BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis
(TBC atau TB) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan
oleh bakteri. Baketri ini merupakan bakteri hasil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Penyakit ini
diakibatkan infeksi kuman mikobakteriumtuberkulosis
yang dapat menyerang paru-paru, atau organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah
bening, usus, ginjal, kandungan, tulang, sampai otak. TBC dapat mengakibatkan
kematian dan merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian
tertinggi dinegeri ini. TBC sangat mudah menular, yaitu lewat ccairan disaluran
napas yang keluar keudara lewat batuk dan dihirup oleh orang-orang disekitarnya
(Halian, 2012).
Tuberkulosis
(TBC) merupakan penyakit menular yang masih menjadi perhatian didunia. Hingga
saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TBC. Angka kematian dan
kesakitan akibat kuman mycobacerium
tuberkulosis pun tinggi (Halian,
2012).
Tingat
prevalensi penderita TBC di Indonesia diperkirakan sebesar 289 per 100.000
penduduk dan insiden sebesar 189 per 100.000 penduduk. Bahkan 27 dari 1.000
penduduk terancan meninggal seperti yang dilaporkan Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia yang dihimpun sepanjang 2011 mengenai tuberkulosis(TBC) diIndonesia. Laporan tersebut juga meliris bahwa
angka penjaringan penderita baru TBC meningkat 8,46 % dari 744 penderita TBC di
2010 menjadi 807 per 100.000 penduduk di
2011. Namun, kabar baiknya angka kesembuhan pada 2011 mencapai target sebesar
83,7 persen dan angka keberhasilan pengobatan pada 2011 mencapai target sebesar
90,3 % (Tabrani, 2010).
Sulawesi
Tengah merupakan Provinsi yang sebagian masyarakatnya mempunyai mata
pencaharian sebagai penambang, pusat pertambangan terletak di kelurahan Poboya
Palu Timur. Masyarakat penambang cukup sulit untuk mendapatkan penghasilan
sambil melindungi kesehatan mereka, sehingga resiko untuk terpapar oleh
penyakit infeksi dapat terjadi setiap saat. Salah satunya adalah Mycobacterium
tuberculosis. Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Deteksi Suspek Tuberculosis Paru pada Pekerja dan
Masyarakat sekitar Pertambangan Emas Poboya Palu Sulawesi Tengah ditemukan
sampel positif Tuberculosis Paru dan Mycobacterium
tuberculosis berjumlah satu pekerja dari 40 pekerja yang di deteksi, dengan
persentase 2,5% (Tabrani, 2010).
B. Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini yaitu:
1.
Untuk mengetahui teknik pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA)
2.
Untuk dan mengamati Mycobacterium
(jika ada) dan mengetahui tingkat infeksidari sputum.
C. Manfaat
Adapun
manfaat dari praktikum ini yaitu:
1.
Manfaat Khusus
Untuk mahasiswa
kesehatan masyarakat yang berperan
dalam bidang preventif dan promotif dapat memiliki dasar mengenai bakteri
maupun tingkat infeksi dari sputum, sehingga dapat terciptanya hidup sehat dan bersih, serta memberikan
edukasi kepada masyarakat mengenai
penyakit TB sebelum masyarakat terinfeksi atau mengidap penyakit TB,
dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan.
2.
Manfaat Umum
Dapat
mengetahui Basil Tahan Asam (BTA), dan dapat mengamati adanya baktei Mycobacterium tuberculose dan mengetahui tingkat infeksi dari sputum,
serta dapat melakukan pencegahan bakteri terhadap infeksi bakteri pada sputum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis
1.
Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit
yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis compleks (Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2006).
2.
Epidemiologi
Tuberkulosis (TB)
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health
Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai ( Global Emergency ). Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8
juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil
Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman
tuberkulosis dan menurut regional WHOjumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia
tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari
jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2
kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk (Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2006).
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000
setiap hari dan 2 - 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan
bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu
625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka
mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalens
HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang
muncul.Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB
setelah India dan Cina.Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian
akibat TB. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara
penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia (Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2006).
Sedangkan Indonesia berada di posisi
keenam untuk prevalensi tuberkulosis dengan 281 per 100.000 penduduk.Tingkat
prevalensi penderita TB di Indonesia diperkirakan sebesar 289 per 100 ribu
penduduk dan insidensi sebesar 189 per 100 ribu penduduk.Bahkan 27 dari 1.000
penduduk terancam meninggal (Kemenkes RI, 2013).
Prevalensi TB paru di Sulawesi
Tengah berdasarkan diagnosis TB yaitu sebesar 0,2%, gejala batuk lebih dari 2
minggu 4,9% dan batuk disertai darah yaitu 3,7%. Di kota Palu angka penemuan
penderita (CDR) TB paru menurun bermakna pada tahun 2006 dan 2007 (34,9% dan
33,8) (Riskesdas,
2013).
3.
Pencegahan dan Pengobatan
Dalam hal pencegahan penularan penyakit
Tuberkulosis paru (TBC paru) yang dilakukan oleh keluarga sangatlah berperan
supaya tidakterjadi penularan dalam anggota keluarga lainnya. Akan tetapi
penyakit Tuberkulosis paru (TBC paru) dapat dicegah dengan berbagai cara yaitu
dengan hidup sehat (makan makanan bergizi, istirahat cukup, olah raga teratur,
hindari rokok, alkohol, obat bius dan hindari stres), bila batuk mulut ditutup,
jangan meludah di sembarang tempat serta menerapkan strategi DOTS (Directly
Observed Treatment, Shortcourse) (Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia, 2006).
Pencegahan TB pada anak dan orang dewasa tentunya adalah mencegah infeksi
basil TB pada anak, yakni dengan mencegah kontak antara anak dengan penderita
TB yang menular [sputum (+)]. Namun, kiranya hal ini sulit, selama TB masih
merupakan penyakit rakyat dan hubungan kekeluargaan kita masih erat.
Sebagaimana halnya pada orang dewasa, sistem imunitas seluler memegang peranan
yang menentukan apakah seorang anak akan menderita TB atau tidak, setelah
mendapat infeksi. Karena itu, gizi (terutama protein dan Fe yang cukup)
memegang peranan yang penting disamping menghindari faktor-faktor lain yang
dapat menurunkan sistem imunitas seluler, seperti kortikoterapi. Dengan
demikian, yang mutlak perluh untuk mencegah TB pada orang dewasa ialah
mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal, dengan
sedapat-dapatnya menghindari faktor-faktor yang dapat melemahkannya, seperti
kartikoterapi dan kurang gizi
(Danusantoso, 2012).
Obat
tuberkulosis harus diminum oleh penderita secara rutin selama enam bulan
berturut-turut tanpa henti. Kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan
juga perlu diawasi oleh anggota keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang
setiap saat dapat mengingatkan penderita untuk minum obat. Apabila pengobatan
terputus tidak sampai enam bulan, penderita sewaktu-waktu akan kambuh kembali
penyakitnya dan kuman tuberkulosis menjadi resisten sehingga membutuhkan biaya
besar untuk pengobatannya (Buntuan, 2014).
Pengobatan yang
terputus ataupun tidak sesuai dengan standar DOTS juga dapat berakibat pada
munculnya kasus kekebalan multi terhadap obat anti TB yang memunculkan jenis
kuman TB yang lebih kuat, yang dikenal dengan Multi Drug Resistant (MDR-TB). Istilah DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse) dapat diartikan sebagai pengawasan langsung menelan obat
jangka pendek. Pengobatan MDR-TB membutuhkan
biaya yang lebih mahal dan waktu yang lebih lama dengan keberhasilan pengobatan
yang belum pasti (Depkes RI, 2009).
Sejak tahun 1995, Programpemberantasan tuberkulosis
Pdil, telahdilaksanakan dengan strategi DOTS(Directly Observed Treatment ShorcourseChemotherapy). DOTS sudah terujikeampuhannya
di berbagai Negara dalam mendeteksi dan menyembuhkan penderitaTB, baik sebagai
kasus Perindividu maupun bentuk komonitas dalam programnasional. Sampai saat
ini di Indonesia tampaknya belum semua pihak terkait memahami secara utuh
mengenai apa itu DOTS serta bagaimana pelaksanaannya. Secara umum DOTS memang dapat
diterapkan dalam kasus per kasus TB yaitu dimulai dari memfokuskan perhatian(direct
attention) dalam usaha menemukar /mendiagnosis penderita secara baik dan
akurat, utamyanya melalui pemeriksaan mikroskopik (Turijan, 2010).
4.
Morfologi dan StrukturMycobacterium
tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau
sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran
lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat
kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding
sel M.tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks
(complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor, dan mycobacterial
sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam
lemak berantai panjang (C60 – C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh
ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur
lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida
seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks
tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu
apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna
tersebut dengan larutan asam – alkohol (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2006).
Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma
yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M.
tuberculosis dapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal .
Saat ini telah dikenal purified antigens dengan berat molekul 14 kDa
(kiloDalton), 19 kDa, 38 kDa, 65 kDa yang memberikan sensitiviti dan
spesifisiti yang bervariasi dalam mendiagnosis TB. Ada juga yang menggolongkan
antigen M. tuberculosis dalam kelompok antigen yang disekresi dan yang
tidak disekresi (somatik). Antigen yang disekresi hanya dihasilkan oleh basil
yang hidup, contohnya antigen 30.000 a, protein MTP 40 dan lain lain (Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia, 2006).
5.
Tingkat Infeksi Tuberkulosis
BTA negatif apabila dalam 100 LP atau selama 15 menit pengamatan
tidak dijumpai adanya BTA (Prayitno, 2012).
BTA positif apabila dalam
pengamatan dijumpai adanya BTA.Menurut Prayitno (2012) BTA positif apabila dibuat sediaan
langsung dan diwarnai dengan Ziehl-Neelsen atau Kinyoun Gabbet, maka dapat dilakukan
penilaian menurutIUATLD (International
Union Againts Tuberculose Lung Disease) yaitu:
a.
Negatif : tidak dijumpai adanya BTA
b.
Positif : ditemukan 1-9 BTA/100 LP
c.
Positif 1 : ditemukan 10-90 BTA/100 LP
d.
Positif 2 : ditemukan 1-10 BTA/1 LP
e.
Positif 3 : ditemukan lebih dari 10 BTA/1 LP.
6.
Macam-Macam Tuberkolosis
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2006) penyakit
tuberkolosis dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a.
TB Paru
Tuberkulosis paru adalah penyakit tuberculosis yang
menyerang jaringan paru-paru, namun tidak menyerang selaput pembungkus
paru-paru, yaitu pleura. Tipe TBC ini banyak dijumpai di masyarakat sekitar
kita.TBC paru ini pun terbagi menjadi TBC yang bisa diperiksa dari hasil pemeriksaan
dahak & TBC paru yang dibedakan berdasarkan tipe pasien yang dirawat
sebelumnya.TBC paru berdasarkan dari pemeriksaan dahak contohnya adalah TBC
paru BTA positif dan TBC paru BTA negatif. Sedangkan TBC paru berdasarkan tipe
pasien yang dirawat sebelumnya adalah TBC kasus baru, TBC kasus kambuh
(relaps), TBC kasus defaulted atau drop out, TBC kasus ginjal, dan TBC kasus
kronis (menahun) atau persisten.
b.
TB Extra Paru
Tuberkulosis ekstra paru adalah TBC yang menyerang
berbagai organ tubuh lainnya selain kepada paru-paru. Misalkan saja menyerang
pada bagian selaput pembungkus paru-paru, selaput pembungkus otak &
otaknya, tulang, kelenjar getah bening, selaput pembungkus jantung
(perikardium), organ pencernaan termasuk juga pada usus, kulit, ginjal & saluran
kemih, sistem persendian, organ kelamin, dan masih banyak lagi.
B. Bakteri Tahan Asam (BTA)
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan
lemaknya sangat tebal sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan
biasa, tetapi harus dengan pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini
disebut bakteri tahan asam (BTA) karena dapat mempertahankan zat warna pertama
sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Golongan bakteri ini biasanya
bersifat patogen pada manusia contohnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi dari sputum
penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika positif terdapat bakteri TBC
berwarna merah. Selain menyerang manusia juga menyerang hewan seperti marmut,
dan kera. Penularannya dapat melalui udara yang masuk ke saluran pernafasan (Prayitno, 2005).
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang
mempertahankan zat warnacarbolfuchsin (fuchsin
basayang dilarutkan dalam suatu campuran phenol-alkohol-air) meskipun
dicuci dengan asam klorida dalam alkohol. Bakteritahan asam (BTA) merupakan
bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai karbon (C) yang panjangnya 8 -
95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam
lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri
yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacteriumbovis,
Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose adalah
bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberkulosis, dan bersifat tahan
asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam(BTA).Penularan Mycobacterium tuberculosis terjadi melalui
jalan pernafasan
(Prayitno, 2005).
Pewarnaan Ziehl
Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini
disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin)sewaktu dicuci dengan
larutan pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna merah,
sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat
(alkohol asam) akan melakukan reaksi dengan carbol
fuchsin dengan cepat,sehingga sel bakteri tidak berwarna (Hidayatullah, 2010).
C. Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium
tuberculosis adalah salah satu bakteri yang
banyak ditemukan di masyarakat. Salah satu spesiesnya adalah Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menularkan kuman tuberculosis melalui udara,
percikan dahak, atau ludah yang terinfeksi oleh kuman tuberculosis
(Girsang, 2009).
Mycobacterium tuberculosis
dinamakan juga “Basil Koch” karena pertama sekali ditemukan oleh Robert Koch
pada tahun 1882, sedangkan M. leprae yang bentuk kumannya serupa ditemukan oleh
Hansen pada tahun 1868, dan kuman ini juga disebut basil Hansen. Untuk
kelangsungan hidup dan perkembangbiakan Mycobacterium
dipengaruhi oleh lingkungan tempat kehidupannya, penanganan, dan pengenalan
koloni sangat diperlukan, karena tiap koloni mempunyai sifat kehidupan yang
berbeda satu sama lainnya (Girsang, 2009).
D. TaksonomiMycobacterium tuberculosis
Taksonomi
bakteri Mycobacterium tuberculosis menurut Velma Buntuan (2014) adalah sebagai berikut:
Kingdom :
Bacteria
Filum :
Actinobacteria
Ordo :
Actinomycetales
Sub Ordo :
Corynebacterinea
Famili :
Mycobacteriaceae
Genus :
Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium tuberculosis
E. Sputum
1.
Definisi Sputum
Sputum
adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru,bronkus dan trakea
yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atauditelan.Kata “sputum” yang dipinjam
langsung dari bahasa Latin“meludah,” disebut juga dahak (Kamus Kesehatan,
2011).
2.
Proses Terbentuknya Sputum
Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah
100 ml dalamsaluran napas setiap hari.Mukus ini digiring ke faring dengan
mekanismepembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan.
Keadaanabnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik,kimiawi
atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkanproses pembersihan
tidak berjalan secara normal sehingga mukus inibanyak tertimbun. Bila hal ini
terjadi membran mukosa akan terangsangdan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan
intra thorakal dan intraabdominal yang tinggi, dibatukkan udara keluar dengan
akselerasi yangcepat beserta membawa sekret mukus yang
tertimbun tadi. Mukus tersebutakan keluar sebagai sputum. Sputum yang
dikeluarkan oleh seorang pasienhendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume
dan konsistensinya,kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik
proses kejadianpatologik pada pembentukan sputum itu sendiri (Saptawati dkk, 2012).
3.
Teknik Pemeriksaan Sputum
Menurut Hidayatullah (2010),
teknik pewarnaan sputum terdiri dari 6 jenis, yaitu:
a.
Pewarna Gram
Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan
informasi tentang jenis mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.
b.
Kultur Sputum
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme spesifik guna menegakkan diagnosis definitif.
c.
Sensitivitas
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman
terapi antibiotik dengan mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan
organisme yang terdapat dalam sputum.
d.
Basil Tahan Asam
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya Mycobacterium
tuberculosa, yang setelah dilakukan pewarnaan Ziehl Neelsen, bakteri tidak mengalami perubahan warna
oleh alkohol asam.
e.
Sitologi
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk
mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma) pada paru-paru.Sputum mengandung
runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat
sel-sel malignan.Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma, tidak
terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat
tidak meruntuhkan sel.
f.
Tes Kuantitatif
Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72
jam.Pemeriksaan kualitatif harus sering dilakukan untuk menentukan apakah
sekresi merupakan saliva, lendir, pus, atau bukan.Jika bahan yang diekspektorat
berwarna kuning-hijau biasanya menandakan infeksi parenkim paru
(pneumonia).Untuk pemeriksaan kualitatif, klien diberikan wadah khusus untuk
mengeluarkan sekret.Wadah ini ditimbang pada akhir 24 jam.Jumlah serta karakter
isinya dicatat dan diuraikan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat berlangsungnya praktikum
pemeriksaan sputum yaitu:
Hari/Tanggal : Sabtu, 19 Maret 2016
Waktu : 13:00 – 15:30 WITA
Tempat : Laboratorium Terpadu FKIK
Universitas Tadulako
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
pemeriksaan sputum yaitu:
1.
Alat
a.
Mikroskop
b.
Pipet tetes
c.
Object glass
d.
Spray
e.
Wadah
f.
Jembatan pengecetan
g.
Bunsen
h.
Handskun
i.
Lidi
j.
Korek api
k.
Penjepit tabung
2.
Bahan
a.
Methylen blue
b.
Alkohol 70% dan Alkohol asam 3%
c.
Masker
d.
Aquadest
e.
Carbol fuchsin 0,3%
f.
Spiritus
g.
Sputum (dahak)
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum
pemeriksaan sputum yaitu:
a.
Memfiksasi preparat secara langsung, yaitu dengan membersihkan kotoran dengan
alkohol pada object glass
lalu
meletakkan sputum di atasnya dengan lidi setipis mungkin kemudian melakukan
pengeringan, setelah kering kemudian di lidah apikan.
b.
Menetesi carbol fuchsin 0,3% pada
object glass yang telah kering dan
memanaskan selama 5 menit tetapi tidak sampai mendidih (mengeluarkan uap).
c.
Mencuci dengan aquadest mengalir
dan mengeringkan object glass.
d.
Menetesi dengan alkohol asam 3% lalu mencuci dengan aquadest mengalir dan mengeringkan.
e.
Menetesi dengan methylen blue,
mendiamkan selama 20-30 detik kemudian mencuci dengan menggunakan aquadest mengalir, mengeringkan dan
mengamati di bawah mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang didapatkan dari praktikum
pemeriksaan sputum yaitu:
No
|
Kelompok
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
Sampel
|
Literatur
|
|||
1
|
I
|
Negatif
|
||
2
|
II
|
Negatif
|
||
3
|
III
|
Negatif
|
||
4
|
IV
|
Negatif
|
||
5
|
V
|
Negatif
|
||
6
|
VI
|
Negatif
|
Sumber:
Literatur (Hidayatullah, 2010).
B. Pembahasan
Tuberkulosis adalah penyakit
yang disebabkan oleh infeksi Mycoba cterium tuberculosis compleks (Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2006).
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan
lemaknya sangat tebalsehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan
biasa, tetapi harus dengan pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini
disebut bakteri tahan asam (BTA) karena dapat mempertahankan zat warna pertama
sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Golongan bakteri ini biasanya
bersifat patogen pada manusia contohnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi dari sputum
penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika positif terdapat bakteri TBC
berwarna merah. Selain menyerang manusia juga menyerang hewan seperti marmut,
dan kera. Penularannya dapat melalui udara yang masuk ke saluran pernafasan (Prayitno, 2005).
Sputum paling baik untuk pemeriksaan adalah sputum
pagi hari, karena sputum pagi paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi di
kumpulkan sebelum menggosok gigi, tetapi sudah berkumur dengan air untuk
membersihkan sisa makanan dalam mulut yang tertinggal (B. sandjaja, 1992).
Berdasarkan sampel yang ada pada kelompok I tidak
ditemukannya bakteri Mycobacterium
tuberculosis dan yang terlihat hanyalah latar belakang berwarna biru akibat
dari pewarnaan methylen blue. Hal
tersebut dikarenakan sampel yang digunakan adalah sputum buatan yang terbuat
dari tepung kanji. Apabila kita menggunakan sputum asli yang positif terkena
penyakit TB maka akan tampak bakteri Mycobacterium
tuberculosis berwarna merah dengan latar belakang biru seperti yang
terlihat pada gambar literatur. Warna merah ditimbulkan akibat dari pewarnaan
pertama menggunakan carbol fuchsin dimana BTA akan menyerap seluruh warna.
Kemudian di alirkan dengan alkohol asam sehingga warna merah yang ada di
sekitar bakteri dapat memudar namun tidak pada warna merah pada bakteri karena
sifatnya yang tahan terhadap asam. Kemudian, di alirkan warna biru dengan
menggunakan methylen blue agar warna pada latar belakang bakteri berubah
menjadi biru dan tampak BTA berwarna merah saat pengamatan mikroskop.
Berdasarkan sampel yang ada pada kelompok II sama, dimana
tidak ditemukannya bakteri Mycobacterium
tuberculosis dan yang terlihat hanyalah latar belakang berwarna biru akibat
dari pewarnaan methylen blue. Hal
tersebut dikarenakan sampel yang digunakan adalah sputum buatan yang terbuat
dari tepung kanji. Apabila kita menggunakan sputum asli yang positif terkena
penyakit TB maka akan tampak bakteri Mycobacterium
tuberculosis berwarna merah dengan latar belakang biru seperti yang
terlihat pada gambar literatur. Warna merah ditimbulkan akibat dari pewarnaan
pertama menggunakan carbol fuchsin dimana BTA akan menyerap seluruh warna.
Kemudian di alirkan dengan alkohol asam sehingga warna merah yang ada di
sekitar bakteri dapat memudar namun tidak pada warna merah pada bakteri karena
sifatnya yang tahan terhadap asam. Kemudian, di alirkan warna biru dengan
menggunakan methylen blue agar warna pada latar belakang bakteri berubah
menjadi biru dan tampak BTA berwarna merah saat pengamatan mikroskop.
Berdasarkan sampel yang ada pada kelompok III sama,
dimana tidak ditemukannya bakteri Mycobacterium
tuberculosis dan yang terlihat hanyalah latar belakang berwarna biru akibat
dari pewarnaan methylen blue. Hal
tersebut dikarenakan sampel yang digunakan adalah sputum buatan yang terbuat
dari tepung kanji. Apabila kita menggunakan sputum asli yang positif terkena
penyakit TB maka akan tampak bakteri Mycobacterium
tuberculosis berwarna merah dengan latar belakang biru seperti yang
terlihat pada gambar literatur. Warna merah ditimbulkan akibat dari pewarnaan
pertama menggunakan carbol fuchsin dimana BTA akan menyerap seluruh warna.
Kemudian di alirkan dengan alkohol asam sehingga warna merah yang ada di
sekitar bakteri dapat memudar namun tidak pada warna merah pada bakteri karena
sifatnya yang tahan terhadap asam. Kemudian, di alirkan warna biru dengan
menggunakan methylen blue agar warna pada latar belakang bakteri berubah
menjadi biru dan tampak BTA berwarna merah saat pengamatan mikroskop.
Berdasarkan sampel yang berada pada kelompok IV sama,
dimana tidak ditemukannya bakteri Mycobacterium
tuberculosis dan yang terlihat hanyalah latar belakang berwarna biru akibat
dari pewarnaan methylen blue. Hal
tersebut dikarenakan sampel yang digunakan adalah sputum buatan yang terbuat
dari tepung kanji. Apabila kita menggunakan sputum asli yang positif terkena
penyakit TB maka akan tampak bakteri Mycobacterium
tuberculosis berwarna merah dengan latar belakang biru seperti yang
terlihat pada gambar literatur. Warna merah ditimbulkan akibat dari pewarnaan
pertama menggunakan carbol fuchsin dimana BTA akan menyerap seluruh warna.
Kemudian di alirkan dengan alkohol asam sehingga warna merah yang ada di
sekitar bakteri dapat memudar namun tidak pada warna merah pada bakteri karena
sifatnya yang tahan terhadap asam. Kemudian, di alirkan warna biru dengan
menggunakan methylen blue agar warna pada latar belakang bakteri berubah
menjadi biru dan tampak BTA berwarna merah saat pengamatan mikroskop.
Pada sampel yang berada pada kelompok V sama, dimana
tidak ditemukannya bakteri Mycobacterium
tuberculosis dan yang terlihat hanyalah latar belakang berwarna biru akibat
dari pewarnaan methylen blue. Hal
tersebut dikarenakan sampel yang digunakan adalah sputum buatan yang terbuat
dari tepung kanji. Apabila kita menggunakan sputum asli yang positif terkena
penyakit TB maka akan tampak bakteri Mycobacterium
tuberculosis berwarna merah dengan latar belakang biru seperti yang
terlihat pada gambar literatur. Warna merah ditimbulkan akibat dari pewarnaan
pertama menggunakan carbol fuchsin dimana BTA akan menyerap seluruh warna.
Kemudian di alirkan dengan alkohol asam sehingga warna merah yang ada di
sekitar bakteri dapat memudar namun tidak pada warna merah pada bakteri karena
sifatnya yang tahan terhadap asam. Kemudian, di alirkan warna biru dengan
menggunakan methylen blue agar warna pada latar belakang bakteri berubah menjadi
biru dan tampak BTA berwarna merah saat pengamatan mikroskop.
Pada sampel kelompok VI sama, dimana tidak ditemukannya
bakteri Mycobacterium tuberculosis
dan yang terlihat hanyalah latar belakang berwarna biru akibat dari pewarnaan methylen blue. Hal tersebut dikarenakan
sampel yang digunakan adalah sputum buatan yang terbuat dari tepung kanji.
Apabila kita menggunakan sputum asli yang positif terkena penyakit TB maka akan
tampak bakteri Mycobacterium tuberculosis
berwarna merah dengan latar belakang biru seperti yang terlihat pada gambar
literatur. Warna merah ditimbulkan akibat dari pewarnaan pertama menggunakan
carbol fuchsin dimana BTA akan menyerap seluruh warna. Kemudian di alirkan
dengan alkohol asam sehingga warna merah yang ada di sekitar bakteri dapat
memudar namun tidak pada warna merah pada bakteri karena sifatnya yang tahan
terhadap asam. Kemudian, di alirkan warna biru dengan menggunakan methylen blue
agar warna pada latar belakang bakteri berubah menjadi biru dan tampak BTA
berwarna merah saat pengamatan mikroskop.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum
pemeriksaan sputum yaitu:
1.
Teknik pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA) menggunakan bahan methylen blue 0,3%, carbol fuchsin 3%, dan alkohol asam. Metode teknik pewarnaan pada
praktikum ini yaitu teknik Ziehl Nelsen (Zn).
2.
Mycobacterium tuberculosis berada pada sampel sputum yang
positif, sedangkan pada sampel negatif tidak ditemukan Mycobacterium tuberculosis. Sehingga apabila sampel mengandung TB
positif, maka dapat ditemukan 1 hingga lebih dari 10 BTA/1 LP.
B. Saran
1.
Saran untuk Praktikum
Selanjutnya
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya yaitu agar
pengamatan sputum dilakukan dengan teliti dan berhati-hati seandainya sputum
yang digunakan merupakan sputum yang terinfeksi oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
2.
Saran untuk Asisten
Adapun saran untuk asisten yaitu agar dalam pembimbingan
laporan dapat dilakukan dengan baik dan santai tanpa adanya tekanan.
DAFTAR PUSTAKA
Buntuan, V 2014, ‘Jurnal
e-Biomedik’, Gambaran Basil Tahan Asam
(BTA) Positif pada Penderita Diagnosa Klinis Tuberkolosis Paru di Rumah Sakit
Islam Sitti Maryam Manado, Vol. 2, No. 2, Hal. 593 – 596
Danusantoso, H 2012,Saku Ilmu Penyakit Paru. Penerbit EGC,
Jakarta.
Depkes RI 2009, Prevalensi TBC di Indonesia, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Girsang, M 2009, Mycobacterium
Penyebab Penyakit Tuberculosis Serta Mengenal Sifat-sifat Pertumbuhannya di
Laboratorium. Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbang
Kesehatan. Jakarta.
Halian,
2012, Infeksi Microbacterium tuberculosis’, Prosiding
FMIPA, ISBN 978-602-97522-0-5, Hal 69, Universitas Pattimura, Ambon.
Hidayatullah, S 2010,
‘Skripsi’, Analisis Hasil Pemeriksaan
Basil Tahan Asam (BTA) dengan Pewarnaan Ziehl Neelsen dan Pemeriksaan Serologis
Metode Rapid Tes TB pada Penderita Suspek Tuberkolosis Paru, Universitas
Hasanuddin Makassar. Hal. 1 – 9.
Kamus Kesehatan 2011, Sputum, Diakses pada tanggal 22 Agustus
2016,<http://www.kamuskesehatan.com>.
Kemenkes
RI 2013, Prevalensi TBC, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2006, Tuberkolosis,
Diakses pada tanggal 22 Agustus 2016, <http://PDPI.co.id/TBC>.
Prayitno, A 2005, ‘Biosmart’, Tes Diagnostik Sputum
pada Penderita Tuberkolosis Paru, Vol. 7, No. 1, ISSN 1411-321X, Hal. 14 –
16.
Riskesdas 2013, Prevalensi TBC di Kota Palu, Dinas
Kesehatan Kota Palu, Palu.
Saptawati, Leli, Mardiastuti,
Kurniawati, dan Rumende 2012, ‘Jurnal Tuberkolosis Indonesia’, Evaluasi Metode Fastplaquetbtm untuk
Mendeteksi Mycobacterium tuberculosis pada Sputum di Beberapa Unit Pelayanan
Kesehatan di Jakarta, Vol. 8, ISSN 1829-5118, Hal. 1 – 9.
Tabrani, 2010. Ilmu Penyakit Paru. Penerbit TIM. Jakarta.
0 Komentar