DASAR-DASAR
ILMU GIZI
‘Mineral
Makro’
Kelompok 3 :
1. Intan Marya Suklara (N 201
15 067)
2. Mariana (N
201 15 068)
3. Anugra Basri U. (N
201 15 069)
4. Rifaldi Setiawan (N
201 15 070)
5. Lilis Pabyntan (N
201 15 071)
6. Hadi Ashari (N 201 15 059)
A.
Kalsium
1.
Karakteristik Klasium
Menurut Mulyadi (2015), karakteristik kalsium yaitu:
Simbol: Ca
Nomor atom: 20
Berat atom: 40,078
Klasifikasi: logam alkali tanah
Fase pada Suhu Kamar: Padat
Berat jenis: 1.55 gram per cm3
Titik leleh: 842 ° C, 1548 ° F
Titik
didih: 1484
° C, 2703 ° F
Dalam
kondisi standar kalsium adalah logam mengkilap, keperakan. Kalsium cukup lembut
dan yang paling ringan dari logam alkali tanah karena berat jenisnya yang
rendah. Meskipun kalsium berwarna perak terang ketika pertama kali dipotong,
dengan cepat akan membentuk oksida abu-abu putih di permukaannya bila terkena
udara. Bila terkena air, kalsium akan bereaksi dan menghasilkan hidrogen.
Ketika dibakar, menghasilkan nyala nyala api berwarna oranye-merah (Mulyadi,
2015).
2.
Faktor yang memepengaruhi absorpsi kalsium
Semakin tinggi kebutuhan kalsium dan semakin rendah persediaan
kalsium dalam tubuh maka semakin efisien absorpsi kalsium.Vitamin D dalam
bentuk aktif akan merangsang absorbsi kalsium dengan merangsang produksi
protein pengikat kalsium pada mukosa usus. Absorbsi kalsium paling baik dalam
keadaan asam, sehingga asam lambung membantu absorpsi (Cakrawati dan Mustika,
2014).
Kekurangan vitamin D dalam bentuk aktif akan menghambat absorbsi
kalsium. Asam oksalat pada bayam dan kakao membentuk garam oksalat yang tidak
larut sehingga menghambat absorbsi kalsium. Asam fitat, ikatan yang mengandung
fosfor terutama terdapat di dalam sekam serelia, memebentuk kalsium fosfat yang
juga tidak dapat larut sehingga tidak dapat diabsorpsi. Serat menurunkan
absorpsi kalsium karena menurunkan waktu
transit sehingga mengurangi kesempatan untuk absorbsi kalsium. Stres
fisik dan mental juga dapat menurunkan absorpsi kalsium dan meningkatkan
eksresi (Cakrawati dan Mustika, 2014).
3.
Fungsi Kalsium
a)
Berperan dalam penbentukan tulang
Tulang terdiri dari matriks ekstrasel dan sel tulang. Matriks ekstrasel
terdiri dari bagian organik dan inorganik. Sekitar 90%-95% bagian organik
matriks ekstrasel terdiri dari kolagen tipe I, proteoglikan, protein
non-kolagen, osteokalsin, osteonektin, osteopondin, trombospondin, faktor
pertumbuhan, dan sitokin. Bagian inorganik matriks ekstrasel terutama terdiri
dari kalsium hidroksiapatit sebagai tempat cadangan ion kalsium dan fosfat. Sel
tulang terdiri dari tiga jenis yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Sel tulang terdiri dari tiga jenis yaitu osteoblast, osteosit, dan
osteoklast. Osteoblast bertanggung jawab atas pembentukan tulang, mineralisasi,
dan ekspresi reseptor hormon paratiroid. Osteoklast adalah sel tulang
multinuklear yang berasal dari prekursor hematopoietik monosit-makrofag yang
merupakan fusi dari beberapa sel mononuklear dengan tepi tidak rata dan
mempunyai enzim lisosom dalam sitoplasma. Sedangkan osteosit adalah sel tulang
terbanyak, berbentuk pipih kecil dan terdapat dalam matriks tulang (Setyorini dkk, 2009).
Tulang merupakan jaringan pengikat yang sangat khusus bentuknya
dan dibentuk dengan dua proses yang terpisah yaitu pembentukan matriks dan
penenpatan mineral ke dalam matriks.
Tiga jenis komponen yang berperan yaitu osteoblast dalam pembentukan tulang,
osteocyte dalam pemeliharaan tulang dan osteoclast dalam penyerapan kembali tulang.Osteoblast membentuk kolagen
tempat mineral melekat, sedangkan mineral lain ditemukan dalam jumlah kecil
yaitu natrium, magnesium dan fosfor. Tulang secara terus menerus dibentuk dan
dirombak secara stimulan (Cakrawati dan Mustika, 2014).
b)
Membantu otot berkontraksi, jantung berdetak, darah mengalir dan
sistem syaraf mengirimkan rangsangan
Dalam proses kontraksi otot, rangsangan yang menghasilkan
kontraksi merupakan implus listrik yang diangkut oleh serabut urat syaraf.
Diperkirakan stimulasi kimia dari ujung syaraf ke tenunan otot yang menyebabkan
terjadinya kontraksi adalah lepasnya ion kalsium dari tempat penyimpanannya
didalam sel. Keluarnya ion kalsium menstimulasi enzim atp-ase dalam miosin
menyebabkan pecahnya ATP yang menghasilkan energi membentuk ikatan silang
antara miosin dan aktin membentuk aktimiosin. Setelah terjadi pengendoran otot,
ion kalsium dipompa kembali ketempat penyimpanannya didalam sel. Bila darah
kalsium kurang, otot tidak bisa ,mengendur sesudah kontraksi, tubuh akan kaku
dan menimbulkan kejang (Cakrawati dan Mustika, 2014).
c)
Mengatur pembekuan darah
Kalsium berfungsi mengatur pembekuan darah dimana apabila terjadi
luka, ion kalsium dalam darah akan merangsang pembebasan fosfolipida
tromboplastin dari platelet darah yang terluka. Tromboplastin akan
mengkatalisis perubahan protorombin menjadi trombin. Trombin kemudian membantu
perubahan fibrinogen menjadi fibrin yang merupakan gumpalan darah (Cakrawati
dan Mustika, 2014).
4.
Akibat kekurangan kalsium
a)
Gangguan pertumbuhan
Sekitar
99% kalsium berada dalam jaringan yang keras, yaitu jaringan
tulang dan gigi. Selebihnya kalsium tersebar luas di dalam tubuh. Dengan asupan
kalsium yang baik, tulang dan gigi menjadi kuat dan tumbuh normal sebaliknya,
jika tubuh kekurangan kalsium maka pembentukan tulang akan berjalan dengan baik
sehingga menghambat pertumbuhan. Dengan terpenuhinya kalsium yang cukup dalam
tubuh maka tulang akan menjadi padat sehingga pertumbuhan terjadi secara baik
bagitu pula sebaliknya (Shita dan
Sulistiyani, 2010).
b)
Tulang kurang kuat, mudah bengkok, dan rapuh
Kalsium dalam tubuh berperan sebagai elemen yang memberi kekerasan
pada tulang. Oleh karena itu kalsium dapat membentuk kerangka yang mampu
menanggung berat badan. Jika dalam tulang tidak terdapat endapan kalsium yang
cukup, maka akan terjadi kekacauan dalam metabolisme sel tulang hingga volume
tulang berkurang. Pemasukan kalsium yang rendah mengakibatkan
berkurangnya masa tulang karena merangsang lepasnya hormone parathyroid, yang
menarik kalsium dari tulang. Jika pemasukan kalsium rendah berlangsung lama,
tulangnya akan semakin lemah (Shita
dan Sulistiyani, 2010).
c)
Riketsia
Kekurangan kalsium menyebabkan osteomalasia atau ricketsia
biasanya karena kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangan konsumsi kalsium
sehingga tulang menjadi lunak (Cakrawati dan Mustika, 2014).
5.
Akibat kelebihan kalsium yang dapat menyebabkan konstipasi dan
batu ginjal
Mineral Ca dalam darah berbentuk ion dan berikatan dengan protein
plasma, kadar Ca darah dikontrol oleh hormon parathormon yang digetahkan
kelenjar anak gondok, kadar Ca yang berlebihan dalam jaringan akan dibuang
lewat tinja dan kemih (Sakung, 2016).
Jadi ketika kerja ginjal tidak maksimal dalam mengeluarkan Ca yang
berlebihan, maka Ca akan menumpuk diginjal sehingga dapat menyebabkan batu
ginjal. Dan jika kadar Ca diusus berlebihan maka usus akan sulit mencerna
makanan sehingga terjadi konstipasi (susah buang ai rbesar).
6.
Asupan kalsium berdasarkan AKG
Kelompok Umur
|
AKG (mg)
Kalsium
|
Bayi/anak
|
|
0-6 bulan
|
200
|
7-11 bulan
|
250
|
1-3 tahun
|
650
|
4-6 tahun
|
1000
|
7-9 tahun
|
1000
|
Laki-laki
|
|
10-12 tahun
|
1200
|
13-15 tahun
|
1200
|
16-18 tahun
|
1200
|
19-29 tahun
|
1100
|
30-49 tahun
|
1000
|
50-64 tahun
|
1000
|
65-80 tahun
|
1000
|
80+ tahun
|
1000
|
Perempuan
|
|
10-12 tahun
|
1200
|
13-15 tahun
|
1200
|
16-18 tahun
|
1200
|
19-29 tahun
|
1100
|
30-49 tahun
|
1000
|
50-64 tahun
|
1000
|
65-80 tahun
|
1000
|
80+ tahun
|
1000
|
Hamil (+an)
|
|
Trimester 1
|
+200
|
Trimester 2
|
+200
|
Trimester 3
|
+200
|
Menyusui (+an)
|
|
6 bulan pertama
|
+200
|
6 bulan kedua
|
+200
|
Sumber: Himagizi,
2014
7.
Pangan sumber kalsium
Menurut Shita dan
Sulistiyani (2010), Sumber kalsium terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Sumber kalsium dari hewani antara lain; ikan, udang, susu dan
produk olahan susu (dairy) seperti yogurt, keju dan ice cream,
kuning telur, ikan teri, udang rebon, dan daging sapi. Namun, bila
mengonsumsi makanan hewani secara berlebih terutama daging sapi dapat
menghambat penyerapan kalsium, karena kadar proteinnya tinggi. Kandungan
protein yang tinggi akan meningkatkan keasaman (pH) darah. Untuk itu, walaupun
kaya kalsium makanan hewani harus dikonsumsi secukupnya saja.
b) Sumber makanan yang mengandung kalsium nabati terdapat disayuran
hijau seperti sawi, bayam, brokoli, daun papaya, daun singkong, peterseli.
Selain itu terdapat juga pada biji-bijian seperti kenari, wijen, dan kacang
almond. Kacangkacangan juga mengandung kalsium seperti kacang kedelai, kacang
merah, kacang polong, tempe, dan tahu.
Daftar Pustaka
Cakrawati dan Mustika, NH 2014, Bahan pangan, Gizi, dan Kesehatan, Alfabeta, Bandung.
Himagizi, 2014, diakses 5 November 2016 pukul 16.00,<http://himagizi.lk.ipb.ac.id/files/2014/01/AKG2013-Hardin-Final-Editbersama.pdf>.
Mulyadi,
T 2015, Pengertian, Ciri, dan
Sifat Kalsium, diakses 4 November 2016 pukul 18.00, <http://budisma.net/2015/03/pengertian-ciri-dan-sifat-kalsium.html>.
Sakung,
J 2016, Dasar-Dasar Biomedik, Trans
Info Media, Jakarta.
Setyorini,
A dkk 2009, ‘Pencegahan Osteoporosis dengan Suplementasi Kalsium dan Vitamin D pada
Penggunaan Kortikosteroid Jangka Panjang’, Jurnal
Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1, Hal. 32-38.
Shita dan Sulistiyani, 2010, ‘Pengaruh Kalsium
Terhadap Tumbuh Kembang Gigi Geligi Anak’, Stomatognati, Vol. 7 No. 3, Hal. 40-44.
0 Komentar