BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker
serviks merupakan jenis kanker paling umum pada perempuan diseluruh Dunia
setelah kanker payudara. Bukti kuat pendukung kanker serviks disebabkan oleh
infeksi Human Papiloma Virus (HPV). (Suryapratama, 2010). Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi
pada area leher rahim yaitu bagian rahim yangmenghubungkan rahim bagian atas
dengan vagina. Usia rata-rata kejadian kanker leher rahim adalah 52tahun, dan
distribusi kasus mencapai puncak 2 kali pada usia 35-39 tahun dan 60 – 64 tahun
(Dwipoyono, 2009).
Sampai saat ini, kanker mulut rahim masih merupakan masalah kesehatan
perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannya yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi, dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan
prognosis penderita (Rasjidi, 2009).
Secara global terdapat 600.000 kasus baru dan
300.000
kematian setiap
tahunnya, yang hampir 80% terjadi di negara berkembang. Fakta-fakta
tersebutmembuat kanker leher rahim menempati posisi kedua kanker terbanyak pada
perempuan di dunia, danmenempati urutan pertama di negara berkembang. Penyakit ini banyak terdapat pada wanita Amerika Latin, Afrika, dan
negara-negara berkembang lainnya di Asia, termasuk Indonesia (Syatriani, 2011).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa definisi kanker
serviks ?
2.
Apa epidemiologi kanker
serviks ?
3.
Bagaimana klasifikasi
kanker serviks ?
4.
Apa faktor
resiko/faktor penyebab kanker serviks ?
5.
Apa permasalahan kanker
serviks ?
6.
Bagaimana pencegahan
dan penanggulangan kanker serviks ?
C. Tujuan
1.
Agar dapat mengetahui definisi
kanker serviks.
2.
Agar dapat mengetahui
epidemiologi kanker serviks
3.
Agar dapat mengetahui
klasifikasi kanker serviks.
4.
Agar dapat mengetahui
faktor resiko/faktor penyebab kanker serviks.
5.
Agar dapat
mengetahui permasalahan kanker serviks.
6.
Agar dapat mengetahui
pencegahan dan penanggulangan kanker serviks.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim
yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini
biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik
menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur
antara 20-30 tahun.1 Selain kanker payudara, kanker serviks merupakan salah
satu dari 2 jenis kanker yang banyak membunuh kaum perempuan di Indonesia.
Menurut penelitian World Health Organization (WHO), di seluruh dunia
terdapat 490.000 kasus kanker serviks dan mengakibatkan 240.000 kematian tiap
tahunnya, 80% dari angka itu terjadi di Asia. Berdasarkan penelitian, sebesar
25,6% dari 10 jenis kanker pada perempuan adalah kanker serviks, sedangkan 73%
dari 3.874 pasien kanker yang ada merupakan kanker pada kelamin perempuan.
Seluruh dunia, setiap 1 menit terdapat 1 kasus baru dan setiap 2 menit terdapat
1 kematian (Syatriani, 2011).
B. Epidemiologi Kanker
Serviks
Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapore sebesar 25,0
pada ras Cina; 17,8 pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000
penduduk. Insidens dan angka kematian kanker serviks menurun selama beberapa
dekade terakhir di AS. Hal ini karena skrining Pap menjadi lebih populer dan
lesi serviks pre-invasif lebih sering dideteksi daripada kanker invasif.
Diperkirakan terdapat 3.700 kematian akibat kanker serviks pada 2006 (Rasjidi,
2009).
Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker mulut
rahim setiap tahunnya. Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat
laboratorium patologi, kanker serviks merupakan penyakit kanker yang memiliki
jumlah penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih kurang 36%. Dari data 17
rumah sakit di Jakarta 1977, kanker serviks menduduki urutan pertama, yaitu 432
kasus di antara 918 kanker pada perempuan (Rasjidi, 2009).
Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, frekuensi kanker serviks sebesar
76,2% di antara kanker ginekologi. Terbanyak pasien datang pada stadium lanjut,
yaitu stadium IIB-IVB, sebanyak 66,4%. Kasus dengan stadium IIIB, yaitu stadium
dengan gangguan fungsi ginjal, sebanyak 37,3% atau lebih dari sepertiga kasus.2
Relative survival pada wanita dengan lesi pre-invasif hampir 100% (Rasjidi,
2009).
Relative 1 dan 5 years survival masingmasing sebesar 88% dan 73%.
Apabila dideteksi pada stadium awal, kanker serviks invasif merupakan kanker
yang paling berhasil diterapi, dengan 5 YSR sebesar 92% untuk kanker lokal
(Rasjidi, 2009).
Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah,
status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan
sarana dan prasarana, jenis histopatologi, dan derajat pendidikan ikut serta
dalam menentukan prognosis dari penderita (Rasjidi, 2009).
C. Klasifikasi Kanker
Serviks
Adapun klasifikasi
kanker serviks, menurut Aziz (2009), yaitu:
1.
Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma
Sel Skuamosa adalah kanker yang berasal dari lapisan epidermis. Contohnya
adalah penyakit bowen. Biasanya penyakit Bowen ini menyerang kaki bagian bawah,
pada wanita berusian 60-70 tahun. Tampilan kulit yang terinfeksi penyakit Bowen
ini kemerahan, kulit atasnya menjadi kasar dan berkesan timbul. Bagian ini
terasa gatal, perih/nyeri dan jika keadaannya parah akan sampai berdarah. Pada
beberapa kasus, sel kanker ini dapat menjalar ke daerah vital bahkan bisa
memicu bertumbuhnya kanker serviks karena sel kankernya mirip dengan human
papilloma virus (HPV).
2.
Adenokarsinoma
Sel adenomatosa adalah
sel kelenjar yang menghasilkan lendir. Leher rahim memiliki sel-sel kelenjar
yang tersebar di sepanjang bagian dalam lorong yang membentang dari leher rahim
ke rahim (kanal endoserviks).Adenokarsinoma adalah kanker dari sel-sel
kelenjar. Hal ini kurang umum dibandingkan dengan kanker sel skuamosa, namun
dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi lebih umum. Adenokarsinoma serviks
pada tahap awal dapat disertai dengan bercak selama hubungan seksual pada tahap
akhir dari penyakit dapat menyebabkan nyeri di punggung dan kaki, darah dalam urin,
edema kaki, penurunan berat badan.
D. Faktor Resiko Kanker
Serviks
Menurut
Darmawati (2017) dalam Prayetni (2007), beberapa faktor predisposisi kanker
serviks antara lain yaitu:
1. HPV (Human Papilloma
Virus)
HPV (Human Papilloma Virus) adalah
virus penyebab kutil genetalia (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan
56. Sekitar 90-99% jenis kanker serviks disebabkan oleh HPV. Virus ini bisa
ditransfer melalui hubungan seksual dan bisa hadir dalam berbagai variasi.
2. Tembakau
Tembakau dalam rokok bisa
menurunkan system kekebalan tubuh dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi HPV pada leher rahim.
3. Tidak adanya tes PAP
yang teratur
Kanker serviks lebih umum terjadi pada
perempuan yang tidak melakukan Tes PAP
secara teratur. Tes PAP adalah upaya mencari sel-sel sebelum bersifat
kanker. Tes ini diperlukan karena perawatan terhadap perubahan-perubahan leher
rahim sebelum bersifat kanker.
4. Perilaku Seksual
Berganti pasangan seks akan
meningkatkan penularan penyakit kelamin. Risiko terkena kanker serviks menjadi
10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih.
5. Sistem Imun yang Lemah
Perempuan yang terinfeksi HIV, akan
mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh. Sehingga mengakibatkan mudahnya
masuk berbagai penyakit ke dalam tubuh.
6. Melahirkan banyak anak
Makin banyak anak yang dilahirkan seorang wanita,
maka risiko mengidap kanker serviks semakin tinggi. Wanita yang punya tiga
anak, tiga kali lebih berisiko terkena kanker serviks daripada wanita yang
tidak punya anak sama sekali. Diperkirakan bahwa perubahan hormon saat sedang
hamil membuat leher rahim lebih rentan terserang HPV.
E. Permasalahan Kanker
Serviks
Kementerian
Kesehatan (Kemkes) mencatat dari sekian banyak kanker yang menyerang penduduk
Indonesia, kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks) tertingi kasusnya
di seluruh Rumah Sakit (RS). Berdasarkan Sistem Informasi RS (SIRS), jumlah
pasien rawat jalan maupun rawat inap pada kanker payudara terbanyak yaitu
12.014 orang (28,7%) dan kanker serviks 5.349 orang (12,8%). Baru disusul
kanker leukimia sebanyak 4.342 orang (10,4%, lymphoma 3.486 orang (8,3%) dan
kanker paru 3.244 orang (7,8%) (Manafe, 2014).
Menurut Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, kasus kanker serviks di
Sulawesi Selatan tahun 2008 sebanyak 573 kasus, dimana 3 Penderita kanker
serviks di Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Dr. Wahidin Sudirohusodo
cenderung menurun, akan tetapi penurunannya tidak signifikan dimana pada tahun
2007 sebanyak 231 kasus, menurun pada tahun 2008 yaitu sebanyak 220 kasus, dan
pada tahun 2009 sebanyak 167 kasus.4 Tujuan penelitian untuk melihat besar risiko
kejadian kanker serviks terhadap penggunaan pembalut, penggunaan sabun, status
ekonomi, dan pasangan pria yang tidak disirkumsisi (Syatriani, 2011).
F. Pencegahan dan
Penanggulangan Kanker Serviks
Adapun pencegahan
kanker serviks menurut Mukharomah (2015), yaitu:
1.
Jalani pola hidup sehat dengan
mengkonsumsi makanan yang cukup nutrisi dan bergizi.
2.
Selalu menjaga kesehatan tubuh dan
sanitasi lingkungan.
3.
Hindari pembersihan bagian genital
dengan air yang kotor.
4.
Selalu setia kepada pasangan,
jangan bergonta-ganti apalagi diikuti dengan hubungan intim.
5.
Lakukan pemeriksaan pap smear
minimal lakukan selama 2 tahun sekali, khususnya bagi yang telah aktif
melakukan hubungan intim
6.
Perbanyak mengkonsumsi makanan
sayuran yang kandungan beta karotennya cukup banyak, konsumsi vitamin c dan e.
Adapun penanggulangan kanker serviks menurut Mukharomah
(2015), yaitu:
1. Skrining
Dilakukan dengan mendeteksi secara dini,
tujuannya adalah untuk menemukan lesi pra kanker dan kanker stadium awal.
2. Pap Smear
Diagnosis
penyakit kanker serviks pada stadium lanjut didasarkan atas adanya keluhan
pendarahan atau keputihan yang terus – menerus. Pada pemeriksaan dalam terlihat
perubahan bentuk pada daerah mulut rahim yang berbenjol tidak teratur serta
sangat rapuh sifatnya. Pada stadium dini gambaran semacam ini belum nampak,
sehingga diperlukan pemeriksaan. Pemeriksanan sederhana dan aman namun memiliki
kepekaan yang tinggi adalah dengan pap smear.
Pap
smear adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio (vagina ) dan serviks untuk
menentukan adanya perubahan keganasan di porsio atau serviks dan digunakan
dalam penemuan dini kanker serviks. Atau pap smear merupakan skrining yang
paling sederhana, praktis, akurat, ekonomis, dapat dikerjakan dengan cepat,
tidak sakit dan tidak merusak jaringan serta mudah diulang jika diperlukan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Kanker
serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara
rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
2. Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapore sebesar 25,0
pada ras Cina; 17,8 pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000
penduduk 3. Metode pemberian kompensasi ada dua yaitu metode tunggal dan jamak.
Sedangkan sistem pemberian kompensasi ada 3 yaitu sistem waktu, sistem hasil,
dan sistem borongan sedangkan di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus
baru kanker mulut rahim setiap tahunnya
3. Klasifikasi kanker serviks ada dua yaitu karsinoma sel skuamosa dan
adenokarsinoma
4. Faktor resiko terjadinya kanker serviks yaitu HPV (Human Papilloma Virus), merokok, tidak adanya tes PAP yang teratur,
perilaku seksual, sistem imun yang lemah, dan melahirkan banyak anak.
5. Kementerian
Kesehatan (Kemkes) mencatat dari sekian banyak kanker yang menyerang penduduk
Indonesia, kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks) tertingi kasusnya
di seluruh Rumah Sakit (RS).
6.
Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan cara menjalani pola
hidup yang sehat, menjaga kesehatan tubuh dan sanitasi lingkungan, menghindari
pembersihan genital dengan menggunakan air kotor, mengkonsumsi sayuran yang
kaya beta karotennya, dll. Penanggulangan kanekr serviks dapat dilakukan dengan
cara skrinning dan Pap Smear.
B. Saran
Saran dari
makalah ini yaitu diharapkan para pembaca mencari referensi lainnya untuk lebih
menambah wawasan yang lebih luas terkait Kanker Serviks, karena tidak dapat
dipungkiri makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, 2009, Panduan Pelayanan Medik, Buku Kedokteran : EGC, Jakarta.
Darmawati,
2017, ‘Idea Nursing Journal’, Kanker Serviks Wanita Usia Subur,
Volume 1, Nomor 1, ISSN: 2087-2879, Halaman 9-14,
Dwipoyono, B 2009, ‘Indonesia Journal
of Cancer’, Kebijakan Pengendalian Penyakit
Kanker (Serviks) di Indonesia, Vol.3, No.3.
Manafe, D 2014, Di
Indonesia, Kasus Kanker Payudara dan Kanker Serviks Tertinggi, diakses pada
tanggal 02 Desember 2017,< http://www.beritasatu.com/kesehatan/164592-di-indonesia-kasus-kanker-payudara-dan-serviks-tertinggi.html>
Misgiyanto,
Susilawati D, 2014, ‘Jurnal Keperawatan’, Hubungan
Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks
Paliatif, Volume 5, Nomor 1, ISSN: 2086-3071, Halaman 01-15.
Mukharomah,
K 2015, Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Keterlambatan Diagnosis Penderita Kanker Leher Rahim di RSUD Kota
Semarang Tahun 2015, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Rasjidi, I 2009, ‘Indoneasia Journal of Cancer’, Epidemiologi Kanker Serviks, Vol.3, No.3.
Suryapratama, S 2010, Karakteristik Penderita Kanker Serviks di
RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010, Universitas Diponegoro, Semarang.
0 Komentar