Dimensi
promosi kesehatan
Sampai saat ini masih terjadi
distorsi pemahaman promosi kesehatan. promosi kesehatn masih dipahami
semata-mata sebagai pengganti istilah pendidikan kesehatan. secara
institusional mungkin benar bahwa promosi kesehatan itu merupakan pengganti
pendidikan kesehatan. namun secara konsep berbeda, maka lebih baik dikatakan
bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan dalam
promosi kesehatan sekurang-kurangnya mengandung empat pengertian sekaligus
yakni:
1. Peningkatan
seperti halnya dalam “five level of prevention” dimana pencegahan tingkat
pertama adalah “health promotion”. Terminology ini juga seperti digunakan dalam
dunia akademik (promosi doctor) atau dunia pekerjaan (promosi jabatan). Dalam
konsep lima tingkat pencegahan sebagai berikut
a. Promosi
kesehatan
b. Perlindungan
khusus melalui imunisasi
c. Diagnosis
dini dan pengobatan segera
d. Membatasi
atau mengurangi kecacatan
e. pemulihan
2.
memasarkan
atau menjual, seperti yang berlaku di dunia bisnis, sehingga muncul istilah
dalam fungsi “seles promotion girls” adalah seseorang yang bertugas memasarkan
dan atau menjual suatu produk tertentu. Bahkan di suatu perusahaan menciptakan
jabatan structural “manajer promosi/pemasaran”
3. dalam
literature lama (zaman belanda), dijumpai istilah “propaganda kesehatan”, yang
sebenarnya adalah mempengaruhi orang lalin atau masyarakat untuk melakukan
hal-hal yang sehat misalnya: makan makanan yang bergizi, minum air yang
direbus, buang air besar di jamban, dan sebagainya. Istilah propaganda kesehatan
ini masih dipakai juga sampai awal kemerdekaan repoblik indonesia
4. belakangan
muncul di lapangan atau dalam praktisi promosi kesehatan, bahwa promosi
kesehatan itu dilakukan dan identic dengan penyuluhan kesehatan. tidak keliru
memang, karena dalam penyuluhan tersebut terjadi proses peningkatan pengetahuan
kesehatan bagi masyarakat. Dengan peningkatan pengetahuan tersebut diharapkan
akan berakibat terjadinya peningkatan sikap dan perilaku (praktik) hidup sehat.
Demikian juga telah terjadi dalam penyuluhan.
Dengan
direvitalisasinya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan ini diharapkan
bukan hanya berbeda dalam konsep, tetapi juga berbeda dalam implementasi atau
aplikasinya. Kalau dahulu pendidikan kesehatan menimbulkan kesan dan praktiknya
memeng benar hanya pada perubahan perilaku sebagai salah satu determinan
kesehatan, tetapi promosi kesehatan melakukan intervensi terhadap semua
determinan kesehatan. seperti telah disebutkan diatas bahwa determinan
kesehatan itu juga termasuk prasyarat serta kondisi-kondisi yang sangat luas,
maka intervensi promosi kesehatan maka juga harus menjangkau pihak pihak yang
berkepentingan terhadap kondisi-kondisi dan determinan kesehatan tersebut di
atas. Dengan perkataan lain promosi kesehatan tidak hanya melakukan pendekatan
perubahan perilaku semata-mata, tetapi juga determinan kesehatan yang lain.
Dalam
strategi global promosi kesehatan organisasi kesehatan dunia (who, 1984)
merumuskan bahwa promosi kesehatan sekurang-kurangnya mengandung tujuh prinsip
yakni;
a. perubahan
perilaku
b. perubahan
sosial
c. pengembangan
kebijakan
d. pemberdayaan
e. partisipasi
masyarakat
f. membangun
kemitraan
1. perubahan
perilaku
seperti di sebutkan diatas bahwa pendidikan
kesehatan mempunyai tujuan focus utama perubahan perilaku. Promosi kesehatan tetap
masih mentargetkan perubahan perilaku namun perubahan perilaku yang dimaksutkan
dalam promosi kesehatan bukan semata-mata perilaku kesehatan saja, melainkan
juga perilaku tokoh masyarakat, dan tidak kalah pentingnya perilaku pembuat
kebijakan kesehatan, diberbagai jenis maupun tingkat institusi baik pemerintah
maupun nonpemerintah. Dimensi perubahan perilaku yang diharapkan terhadap
ketiga sasaran tersebut (primer, sekunder, tersier) memeng sedikit berbeda
antara lain
a. untuk
masyarakat (sasaran primer) diharapkan mempunyai pemahaman (pengetahuan) yang
benar tentang kesehatan dengan pengetahuan yang benar tentang kesehatan, dan
selanjutnya diharapkan akan terjadi perubahan perilaku, perubahan perilaku
disini mempunyai dua makna yakni a) bagi yang belum mempunyai perilaku sehat di
harapkan agar berperilaku sehat b) bagi yang sudah berperilau sehat diharapkan
tetap berperilaku sehat (misalnya yang tidak merokok tetap tidak merokok)
b. untuk
tokoh masyarakat (sasaran sekunder), perubahanperilaku yang diharapkan juga
seperti pada sasaran primer yakni mereka ini berperilaku sehat di tengah tengah
masyarakat. Dengan adanya tokoh masyarakat yang berperilaku sehat di tengah
tengah masyarakat ini merupakan “role model” atau perilaku contoh bagi
masyarakat sekitarnya
c. untuk
para penentu kebijakanatau pejabat pemerintahan setempat (sasaran tersier),
perilaku yang diharapkan mencakup tiga hal yakni
a. berperilaku
sehat, untuk kepentingan dirinya sendiri
b. para
pejabat yang berperilaku sehat ini dengan sendirinya juga akan menjadi contoh
bagi masyarakat yang lain
c. sikap
dan perilaku yang sangat penting diharapkan adalah berkaitan dengan otoritasnya
sebagai penguasa yang mempunyai wewenang untuk membuat kebijaka kebijakan
public yang dampaknya dapat mempengaruhi peningkatan kesehatan msyarakatnya.
2. perubahan
sosial
kesehatan adalah bagian dari kesejahteraan sosial.
Oleh sebab itu di beberapa Negara dua kementerian ini, kementarian kesehatan
dan kementerian sosial digabung menjadi satu, dengan nama kementerian kesehatan
dan kesejahteraan sosial. Pada pemerintahan departemen sosial ini juga pernah
digabung menjadi satu departemen saja. Seperti telah disebutkan sebelumnya
bahwa promosi kesehatan tidak hanya berbisnis tentang perubahan perilaku
semata, sebagai salah satu determinan kesehatan, tetapi juga determinan
kesehatan atau faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan yang lain. Faktor sosial diantaranya “system sosial”
disamping sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku secara lansung tetapi juga
mempengaruhi kesehatan secara tidak lansung.
3. Perubahan
lingkungan fisik
Lingkungan fisik, termasuk sarana dan prasarana
untuk kesehatan sangat penting perannya dalam mempengaruhi kesehatan, dan juga
perilaku kesehatan. karena dengan penyuluhan kesehatan atau pemberian informasi
kesehatan hanya mampu meningkatkanpengetahuan kesehatan kepada masyarakat.
Karena untuk terwujudnya pengetahuan kesehatan menjadi perilaku kesehatan
memerlukan sarana dan prasarana
4. Pengembangan
kebijakan
Otoritas pengembangan kebijakan berada ti tangan
para pemegang kekuasaan atau otoritas masyarakat, utamanya adalah pemerintah
daerah baik eksekutif (presiden/para menteri, gubernur, bupati dan seterusnya),
dan legislative (dpr dan dprd tingkat 1 dan bamus setempat). Dalam hal ini
promosi kesehatan, promosi kesehatan melakukan advokasi kepada para pemegang
otoritas ini agar mengembangkan kebijakan-kebijakan public yang berwawasan
kesehatan. para pejabat ini diharapkan mengeluarkan undang-undang, peraturan
pemerintah, keputusan menteri, peraturan daerah, keputusan gubernur, peraturan
dari lurah/kepala desa. Kebijakan kebijakan kesehatan yang berwawasan
kesehatan, contohnya antara lain: undang-undang peraturan pemerintah atau
keputusan menteri atau peraturan daerah tentang penggunaan zat pewarna makanan,
napza, larangan merokok di tempat-tempat umum, ketentuan peringatan bahaya
rokok pada bungkus rokok, larangan pembuangan sampah dan sebagainya.
5. Pemberdayaan
Tujuan
dari pemberdayaan di bidang kesehatan adalah masyarakat baik secara indifidu,
keluarga dan kelompok atau komunitas maupun memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri oleh sebab itu terkait dengan uraian sebelumnya maka
agar masyarakat berdaya dalam arti mampu melahirkan dan meningkatkan
kesehatannya, mereka harus diberikan “pancing” bukan diberiikan. Hal ini
berarti bahwa masyarakat harus memberikan kemampuan untuk memfasilitasi dirinya
sendiri untuk hidup sehat.
6. partisipasi
masyarakat
keterlibatan masyarakat dalam program kesehatan,
seperti kader kesehatan, iuran jamban, dana sehat, posyandu, polindes, pos
kesehatan desa, dan sebagainya adalah merupakan perwujudan partisipasi
masyarakat di bidang kesehatan.
7. membangun
kemitraan
telah disebutkan di atas bahwa sector kesehatan
tidak mungkin dapat berjalan sendiri dalam menjalankan program-programnya dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat. Demikian pula promosi kesehatan dalam
mewujudkan perilaku hidup sehat serta mewujudkan sarana dan prasarana untuk
hidup sehat memerlukan dukungan dari luar program dan sector yang lain. Untuk
itulah maka promosi kesehatan mencakup kegiatan untuk membangun kemitraan dan
aliansi dengan pihak-pihak lain baik di dalam program kesehatan sendiri
terlebih di luar sector kesehatan.
0 Komentar