Iklan atas - New

Resume penyaakit tropis dan traumatologi bencana


RESUME PENYAKIT TROPIS DAN TRAUMATOLOGI BENCANA
A.    Pertemuan Ke 5
Etiologi, Patogenesis, Gejala, Penularan, Pencegahan, dan Penanggulangan Penyakit Campak dan Rubella
a.       Etiologi campak dan rubella
Campak
definisi              : Penyakit infeksi virus akut sangat menular, ditandai dengan 3 stadium, stadium inkubasi, prodromal dan erupsi
penyebab            :Virus campak Myxovirus Viridae Measles
cara penularan    : Melalui percikan ludah dan saluran nafas
komplikasi berat: Radang paru, radang otak, diare, radang telinga, dehidrasi dan kematian
Rubella :
Definisi             : Penyakit infeksi virus akut menular, biasa pada anak
Penyebab           : Virus RUBELLA
Cara penularan   : Melalui saluran nafas melalu BATUK atau BERSIN
Komplikasi berat : Bila menulari ibu hamil muda (3 bulan pertama kehamilan) dapat menyebabkan keguguran atau bayi lahir cacat banyak organ (Sindroma Rubela Kongenital)
b.      Patogenesis campak dan rubella
Cmapak
Virus campak berada dalam lendir di nasofaring (belakang hidung) dan dalam darah, terutama saat masa tunas penyakit dan saat adanya ruam
Penularan Campak secara droplet melalui udara sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala sampai 4 hari setelah timbul ruam
Mula2 virus berada di jaringan kelenjar lokal - menyebar ke pembuluh darah - timbul gejala klinis
Rubella
Virus Rubela berkembang di Nasofaring (belakang hidung) dan kelenjar getah bening setempat. Virus masuk ke darah (viremia) pada 4-7 hari setelah virus masuk tubuh
Masa Penularan kira2 7 hari sebelum timbul ruam, sampai 7 hari setelah adanya ruam
Masa inkubasi Rubella berkisar 14-21 hari
Pemeriksaan serologi darah (IgM & IgG) dapat dikerjakan utk membantu diagnosis.

c.       Gejala penyakit campak dan rubella
Campak
Demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, konjungtifitis (mata merah) TIMBUL RUAM DI MUKA, LEHER menyebar ke TUBUH, TANGAN, KAKI
Rubella
Demam ringan, Bercak kemerahan di kulit terutama wajah, lengan, kulit kepala mirisp campak biasa (karenanya disebut Campak Jerman), Ruam hanya 2-3 hari dan hilang sendiri (disebut Campak 3 hari), Pembesaran kelenjar getah bening di belakang telinga, leher belakang
BILA TERJADI PADA:
ANAK: Sering hanya demam ringan atau bahkan tanpa gejala
WANITA DEWASA: Jadi arthritis / arthralgia
WANITA HAMIL: Terutama trimester pertama (3 Bln) dapat abortus atau bayi lahir dg Sindroma Rubella Kongenital
d.      Penularan penyakit campak dan rubella
Campak: Melalui percikan ludah dan saluran nafas
Rubella : Melalui saluran nafas melalu BATUK atau BERSIN
e.       Pencegahan penyakit campak dan rubella
Pencegahan rubella yang paling efektif adalah dengan vaksinasi, terutama bagi wanita yang berencana untuk hamil. Sekitar 90 persen orang yang menerima vaksin ini akan terhindar dari rubella. Sejak adanya program vaksinasi, jumlah kasus rubella yang tercatat secara global berkurang secara signifikan. Pemerintah kini sedang mengampanyekan pemberian vaksin MR menggantikan vaksin MMR. Vaksin MR ini memberikan perlindungan terhadap penyakit campak dan rubella. Sebelumnya, pencegahan rubella tergabung dalam vaksin kombinasi MMR yang juga mencegah campak dan gondong.
Pemberian vaksin MR direkomendasikan pada anak usia 9 bulan sampai kurang dari 15 tahun, dan diberikan melalui suntikan pada jaringan lemak (subkutan) lengan atas. Vaksin MR ini diberikan pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan saat anak duduk di bangku kelas 1 SD, yaitu sekitar usia 6 tahun.
Orang dewasa dan anak-anak yang hanya mendapatkan satu kali suntikan vaksin MMR, dapat mendapatkan vaksin MR pada usia berapa pun. Apabila Anak sudah pernah mendapat vaksin MMR, vaksin MR ini juga boleh diberikan.
Wanita yang merencanakan kehamilan juga dianjurkan memeriksakan diri melalui tes darah. Jika hasil tes menunjukkan bahwa seorang wanita belum memiliki kekebalan terhadap rubella, dokter akan menganjurkannya untuk menerima vaksin MR. Setelah itu, dia harus menunggu minimal 4 minggu untuk hamil. Harap diingat bahwa vaksinasi ini tidak boleh dijalani saat sedang hamil.
Selain vaksin, mencegah penularan dan penyebaran rubella juga penting. Cara-caranya meliputi:
a.       Hindari kontak dengan penderita sebisa mungkin, khususnya untuk ibu hamil yang belum menerima vaksin MR atau MMR dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
b.      Pindahkan penderita ke ruangan terpisah yang jauh dari anggota keluarga.
c.       Menjaga kebersihan diri, misalnya selalu mencuci tangan sebelum makan, setelah bepergian, atau jika terjadi kontak dengan penderita.
f.       Penanggulangan penyakit campak dan rubella
Rubella tidak membutuhkan penanganan medis khusus. Pengobatan dapat dilakukan di rumah dengan langkah-langkah sederhana. Tujuannya adalah untuk meringankan gejala, namun bukan untuk mempercepat penyembuhan rubella. Berikut ini sejumlah langkah sederhana yang dapat dilakukan.
1.      Beristirahatlah sebanyak mungkin.
2.      Minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi.
3.      Mengurangi nyeri dan demam. Penderita dapat mengonsumsi paracetamol atau ibuprofenuntuk menurunkan demam dan meredakan nyeri pada sendi.
4.      Minum air hangat bercampur madu dan lemon untuk meredakan sakit tenggorokan dan pilek.
B.     Pertemuan ke 6
a.       Pengertian penyakit difteri pertussis dan tetanus
Difteri Difteri disebabkan oleh bakteri yang terdapat di dalam mulut, tenggorokan dan hidung. Difteri memnyebabkan tumbuhnya selaput dalam tenggorokan. Ini dapat menyebabkan sukar menelan, bernapas dan bahlan dapat menyebabkan sesak napas. Bakteri tadi menghasilkan racun yang dapat menjalar keseluruh tubuh dan menyebabkan komplikasi serius seperti kelumpuhan dan gagal jantung. Sekitar 10 persen orang yang menderita difteri meninggal karenanya. Difteri dapat ditularkan melalui batuk dan bersin dari orang yang terinfeksi.
Tetanus Tetanus disebabkan oleh bakteri yang terdapat di tanah, debu dan pupuk. Bakteri tadi dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka yang mungkin hanya sekecil cocokan peniti. Tetanus tidak dapat ditularkan dari orang ke orang. Tetanus sering merupakan penyakit fatal, yang meyerang sistem syaraf. Tetanus menyebabkan gerenyet yang mula-mula dirasakan di leher dan otot rahang. Tetanus dapat menyebabkan kesulitan bernapas, kejang yang menyakitkan dan irama petanapas abnormal. Karena imunisasi yang efektif, tetanus sekarang jarang di Australia, but masih terjadi pada orang yang tidak pernah diimunisasi terhadap penyakit ini atau belum menerima vaksin pendorong
Batuk rejan Batuk rejan adalah penyakit yang sangat menular yang mempengaruhi saluran udara dan pernapasan. Penyakit ini menyebabkan batuk kejang. Antara kekejangan ini anak megap-megap untuk bernapas. Batuk kejang sering diikuti mutah-muntah dan batuk ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan. Batuk rejan sangat serius pada bayi berumur di bawah 12 bulan dan sering memerlukan pengiriman masuk ke rumah sakit. Batuk rejan dapat menyebabkan komplikasi seperti pendarahan, kekejangan, radang paru-paru, koma, radang otak, kerusakan otak permanen dan kerusakan paru-paru jangka pajang. Sekitar satu dari setiap 200 anak berumur di bawah enam bulan yang terkena batuk kejang akan meninggal. Batuk rejan dapat ditularkan melalui batuk dan bersin dari orang yang terinfeksi. Orangtua dan anggota keluarga merupakan sumber infeksi utama bagi bayi.
b.      Etiologi penyakit difteri pertussis dan tetanus
Difteri disebabkan oleh Corynebacterium, yaitu bakteri yang menyebarkan penyakit melalui partikel di udara, benda pribadi, serta peralatan rumah tangga yang terkontaminasi. Jika Anda menghirup partikel udara dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi, Anda dapat terkena difteri. Cara ini sangat efektif untuk menyebarkan penyakit, terutama pada tempat yang ramai. Penyebab lainnya adalah kontak dengan benda-benda pribadi yang terkontaminasi. Anda dapat terkena difteri dengan memegang tisu bekas orang yang terinfeksi, minum dari gelas yang belum dicuci, atau kontak sejenisnya dengan benda-benda yang membawa bakteri. Pada kasus yang langka, difteri menyebar pada peralatan rumah tangga yang digunakan bersama, seperti handuk atau mainan.
Bakteri penyebabbatuk rejan biasanya menyebar melalui cairan yang keluar saat penderita batuk atau bersin.
disebabkan oleh racun berbahaya bakteri Clostridium tetani, yang masuk menyerang saraf tubuh melalui luka kotor. Clostridium tetani bisa bertahan hidup di luar tubuh dalam bentuk spora untuk waktu yang sangat lama.
c.       Patogenesisi penyakit difteri pertussis dan tetanus
Difteri
Fase Pertama
Minggu pertama, penyakit ini akan memengaruhi jalan napas. Pasien sudah mulai sulit bernapas. Pasien mengalami demam, pembentukan selaput dimulai dalam 2-3 hari. "Jika segera diobati, daya tahan fisik kuat, dan gizi cukup maka bisa selamat," kata Hindra dan Sri.
Fase Kedua
Akhir pekan pertama baru dibawa ke dokter, maka sudah akan mengalami masalah jantung. Racun yang dibawa kuman dialirkan melalui darah, menyebar ke jantung, dan otot lemah. "Baru diobati setelah hari ketujuh kemungkinan tak tertolong lebih tinggi," jelasnya.
Fase Ketiga
Pekan kedua baru dibawa ke dokter, pasien akan mengalami masalah saraf. Sengau dalam berbicara dan selalu tersedak saat makan dan minum.
Fase Keempat
Akhir minggu kedua pasien akan semakin parah dan terlambat ditangani. Hal itu tergantung pula jenis kumannya. Kuman difteri ada 3 macam, dan yang paling berat memberikan racun paling parah.
Pertussis
Infeksi berlangsung selama 6 minggu, dan berkembang melalui 3 tahapan:
1.      Tahap kataral ( mulai terjadi secara bertahap dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi). Gejalanya menyerupai flu ringan :
bersin-bersin
mata berair
nafsu makan berkurang
Lesu
batuk (pada awalnya hanya timbul di malam hari kemudian terjadi sepanjang hari)
2.      Tahap paroksismal (mulai timbul dalam waktu 10-14 hari setelah timbulnya gejala awal). 5-15 kali batuk diikuti dengan menghirup nafas dalam dengan nada tinggi. Batuk bisa disertai pengeluaran sejumlah besar lendir yang biasanya ditelan oleh bayi/ anak-anak atau tampak sebagai gelembung udara di hidungnya. Batuk atau lendir yang kental sering merangsang terjadinya muntah. Serangan batuk bisa diakhiri oleh penurunan kesadaran yang bersifat sementara.
3.      Tahap Konvalesen (mulai terjadi dalam waktu 4-6 minggu setelah gejala awal). Batuk semakin berkurang, muntah juga berkurang, anak tampak merasa lebih baik. Kadang batuk terjadi selama berbulan-bulan, biasanya akibat iritasi saluran pernafasan.
Tetanus
Penyakit tetanus ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh bahan racun/toksin yang dihasilkan bakteri Clostridium tetani atau Basi tetanus. Kuman ini masuk ke dalam tubuh kita melalui luka yang diakibatkan oleh kecelakaan, gigitan binatang, patah tulang yang terbuka, tertusuk benda yang tajam seperti paku, kawat berduri, dan lainnya. Selain melalui luka, kuman ini dapat pula masuk melalui luka bakar dan infeksi pada telinga. Tetanus juda sering kita temukan pada bayi yang baru dilahirkan, dikenal sebagai tetanus neonatorum, yang disebabkan infeksi pada tali pusat yang tidak dirawat dengan baik dan steril.Sumber infeksi lainnya dapat pula berasal dari tanah, abu jalanan ataupun kotoran binatang yang telah terkontaminasi dengan kuman tersebut, kuman tetanus ini dapat berkembang pada saluran cerna binatang yang memamah biak, seperti lembu, kerbau, sapi, kuda dan lainnya, yang seterusnya kuman ini sering ditemukan pada kotoran binatang tadi. Ladang, sawah ataupun kebun yang menggunakan pupuk kandang merupakan tempat yang ideal dimana kuman ini berkembang biak. Oleh karena itulah, para petani atupun pekerja di sawah, kebun dan ladang ini harus berhati-hati agar dalam bekerja tidak terluka dan memakai alat pelindung diri yang baik, seperti alas kaki, pakaian yang tertutup, alat pelindung kepala dan lainnya.
Pada saat kuman ini berkembang biak, dan menghasilkan zat-zat racun yang diserap oleh ujung-ujung saraf motorik, dan diteruskan sampai ke susunan saraf pusat, maka toksin ini sudah tidak mungkin dinetralisir lagi dengan baik.
C.     Pertemuan ke 7
a.       Gejala penyakit DPT
Difteri
• Gejala diawali dengan nyeri tenggorokan ringan dan nyeri menelan. Pada anak tak jarang diikuti demam, mual, muntah, menggigil dan sakit kepala. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher sering terjadi.
• Komplikasi yang terjadi antara lain kerusakan jantung, yang bisa berlanjut menjadi gagal jantung. Kerusakan sistem saraf berupa kelumpuhan saraf penyebab gerakan tak terkoordinasi. Kerusakan saraf bahkan bisa berakibat kelumpuhan, dan kerusakan ginjal.
Pertussis
Biasanya pertusis mulai seperti pilek dengan ingus, kecapaian dan adakalanya demam ringan. Kemudian timbulnya batuk, biasanya bertubi-buti, diikuti dengan rejan. Adakalanya orang muntah setelah batuk. Pertusis parah sekali bagi anak kecil, yang membiru atau berhenti bernapas sewaktu batuk dan mungkin harus dibawa ke rumah sakit. Anak yang lebih besar dan orang dewasa mengalami penyakit yang lebih ringan dengan batuk yang berkelanjutan selama berminggu-minggu, tanpa memperhatikan perawatan.
Tetanus
• Gejala
Masa tunas biasanya 5 – 14 hari, tetapi kadang-kadang sampai beberapa minggu pada infeksi ringan atau kalau terjadi modifikasi penyakit oleh antiserum.
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher.
• Komplikasi
1.Spame otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saripa) di dalam rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi pneumonia aspirasi.
2.Asfiksia
3.Atelektaksis karena obstruksi secret
4.Fraktura kompresi.
b.      Cara penularan penyakit DPT
Difteri
·       Terhirup percikan ludah penderita di udara saat penderita bersin atau batuk.
·       Barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, contohnya mainan atau handuk.
·       Sentuhan langsung pada luka borok (ulkus) akibat difteri di kulit penderita.
Pertussis
Pertusis ditularkan kepada orang lain melalui tetesan (dari batuk atau bersin). Tanpa perawatan, orang yang menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk mulai. Waktu antara eksposur dan penyakit biasanya antara 7 sampai 10 hari, tetapi mungkin berkelanjutan sampai 3 minggu
Tetanus
disebabkan oleh racun berbahaya bakteri Clostridium tetani, yang masuk menyerang saraf tubuh melalui luka kotor
c.       Pencegahan dan penanggulangan penyakit DPT
·       Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat anti dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus.
·       Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :
1.    Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
2.    Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami.
·       Secara alamiah sampai batas tertentu tubuh juga memiliki cara membuat kekebalan tubuh sendiri dengan masuknya kuman-kuman kedalam tubuh. Namun bila jumlah yang masuk cukup banyak dan ganas, bayi akan sakit. Dengan semakin berkembangnya teknologi dunia kedokteran, sakit berat masih bisa ditanggulangi dengan obat-obatan. Namun bagaimanapun juga pencegahan adalah jauh lebih baik dari pada pengobatan (Markum, 2005).
D.    Pertemuan ke 8
Konsep penaggulangan bencana
Perencanaan penanggulangan bencana disusun berdasarkan hasil analisis risiko bencana dan upaya penanggulangannya yang dijabarkan dalam program kegiatan penanggulangan bencana dan rincian anggarannya. Perencanaan penanggulangan bencana merupakan bagian dari perencanaan pembangunan. Setiap rencana yang dihasilkan dalam perencanaan ini merupakan program/kegiatan yang terkait dengan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan yang dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Jangka Menengah (RPJM) maupun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahunan. Rencana penanggulangan bencanaditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh: 1. BNPB untuk tingkat nasional; 2. BPBD provinsi untuk tingkat provinsi; dan 3. BPBD kabupaten/kota untuk tingkat kabupaten/kota. Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala setiap 2 (dua) tahun atau sewaktu-waktu apabila terjadi bencana
E.     Pertemuan ke 9
Pencegahan dan mitigasi bencana
Pencegahan dan mitigasi bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh bencana itu sendiri. mitigasi dibagi menjadi dua yaitu mitigasi pasif dan mitigasi aktif.berikut penjelasan mengenai mitigasi secara lebih mendalam.
Mitigasi Pasif
1.      Regulasi
2.      Pembuatan Peta rawan bencana dan peta masalah
3.      pembuatan SOP
4.      Pembuatan dan penyebaran brosur / pengkajian
5.      Penelitian Pengkajian karakteristik bencana
6.      Pengkajian / analisis resiko bencana
7.      Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
8.      pembentukan organisasi dan satua gugus tugas
9.      perkuatan unit-unit social dalam kemasyarakatan
10.  pengarusutamaan PB dalam perencanaan pembangunan.
Mitigasi Aktif
1.      Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan bahaya, larangan masuk daerah rawan bencana
2.      pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai aturan (penataan ruang,imb dll terkait dengan pencegahan bencana).
3.      Diklat mengenai masalah kebencanaan bagi aparat pemerintahan dan masyarakat
4.      Relokasi penduduk dari daerah rawan ke daerah aman
5.      penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat
6.      perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana
7.      pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana seperti tanggul,penahan abrasi dll.









DAFTAR PUSTAKA
Jurnal & artikel
Dwi Wahyu Ningtyas1, Arief Wibowo2, 2015, PENGARUH KUALITAS VAKSIN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN CAMPAK DI KABUPATEN PASURUAN, Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 3, No. 3 September 2015: 315–326
Isnaniyanti Fajrin Arifin1 , Corie Indria Prasasti, 2016, FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KASUS DIFTERI ANAK DI PUSKESMAS BANGKALAN TAHUN 2016, Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 26-36
BNPB, 2018, Peraturan kepala badan nasional penaggulangan bencana, nomor 4 tahun 2008, tentang pedoman penyusunan rencana penanggulangan bencana
Kemenkes, 2017, Imunisasi Massal Campak dan Rubella diberikan pada anak usia 9 bulan - kurang dari 15 tahun pada bulan Agustus di Sekolah dan September di Puskesmas, Posyandu dan Fasilitas Kesehatan. Pelaksanaan tahun 2017 di Pulau Jawa dan 2018 di luar Jawa. www.kemenkes.go.id
Situs internet
https://www.alodokter.com/rubella.html
https://www.jawapos.com/kesehatan/health-issues/24/08/2018/mengenal-bahaya-penyakit-campak-dan-rubella






RESUME PENYAKIT TROPIS DAN TRAUMATOLOGI BENCANA







HADI ASHARI

N 201 15 059

KELAS A






PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2018

Posting Komentar

0 Komentar