RESUME PENYAKIT TROPIS DAN TRAUMATOLOGI
BENCANA
A.
Pertemuan
Ke 5
Etiologi,
Patogenesis, Gejala, Penularan, Pencegahan, dan Penanggulangan Penyakit Campak
dan Rubella
a.
Etiologi
campak dan rubella
Campak
definisi : Penyakit infeksi virus akut
sangat menular, ditandai dengan 3 stadium, stadium inkubasi, prodromal dan
erupsi
penyebab :Virus campak Myxovirus Viridae
Measles
cara penularan : Melalui percikan ludah dan saluran nafas
komplikasi
berat: Radang paru, radang otak, diare, radang telinga, dehidrasi dan kematian
Rubella :
Definisi : Penyakit infeksi virus akut menular, biasa
pada anak
Penyebab : Virus RUBELLA
Cara penularan : Melalui saluran nafas melalu BATUK atau
BERSIN
Komplikasi
berat : Bila menulari ibu hamil muda (3 bulan pertama kehamilan) dapat
menyebabkan keguguran atau bayi lahir cacat banyak organ (Sindroma Rubela
Kongenital)
b.
Patogenesis
campak dan rubella
Virus campak berada dalam lendir di
nasofaring (belakang hidung) dan dalam darah, terutama saat masa tunas penyakit
dan saat adanya ruam
Penularan Campak secara droplet melalui udara
sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala sampai 4 hari setelah timbul ruam
Mula2 virus berada di jaringan kelenjar lokal
- menyebar ke pembuluh darah - timbul gejala klinis
Rubella
Virus Rubela berkembang di Nasofaring
(belakang hidung) dan kelenjar getah bening setempat. Virus masuk ke darah
(viremia) pada 4-7 hari setelah virus masuk tubuh
Masa Penularan kira2 7 hari sebelum timbul ruam, sampai 7 hari setelah
adanya ruam
Masa inkubasi Rubella berkisar 14-21 hari
Pemeriksaan serologi darah (IgM & IgG) dapat dikerjakan utk membantu
diagnosis.
c. Gejala
penyakit campak dan rubella
Campak
Demam, bercak kemerahan, batuk, pilek,
konjungtifitis (mata merah) TIMBUL RUAM DI MUKA, LEHER menyebar ke TUBUH,
TANGAN, KAKI
Rubella
Demam ringan, Bercak kemerahan di kulit
terutama wajah, lengan, kulit kepala mirisp campak biasa (karenanya disebut
Campak Jerman), Ruam hanya 2-3 hari dan hilang sendiri (disebut Campak 3 hari),
Pembesaran kelenjar getah bening di belakang telinga, leher belakang
BILA TERJADI PADA:
ANAK: Sering hanya demam ringan atau bahkan
tanpa gejala
WANITA DEWASA: Jadi arthritis / arthralgia
WANITA HAMIL: Terutama trimester pertama (3
Bln) dapat abortus atau bayi lahir dg Sindroma Rubella Kongenital
d.
Penularan
penyakit campak dan rubella
Campak: Melalui percikan ludah dan saluran
nafas
Rubella : Melalui saluran nafas melalu BATUK
atau BERSIN
e.
Pencegahan
penyakit campak dan rubella
Pencegahan rubella yang paling efektif adalah
dengan vaksinasi, terutama bagi wanita yang berencana untuk hamil. Sekitar 90
persen orang yang menerima vaksin ini akan terhindar dari rubella. Sejak adanya
program vaksinasi, jumlah kasus rubella yang tercatat secara global berkurang
secara signifikan. Pemerintah kini
sedang mengampanyekan pemberian vaksin MR menggantikan vaksin MMR.
Vaksin MR ini memberikan perlindungan terhadap penyakit campak dan rubella.
Sebelumnya, pencegahan rubella tergabung dalam vaksin kombinasi MMR yang juga
mencegah campak dan gondong.
Pemberian vaksin MR direkomendasikan pada
anak usia 9 bulan sampai kurang dari 15 tahun, dan diberikan melalui suntikan
pada jaringan lemak (subkutan) lengan atas. Vaksin MR ini diberikan pada usia 9
bulan, 18 bulan, dan saat anak duduk di bangku kelas 1 SD, yaitu sekitar usia 6
tahun.
Orang dewasa dan anak-anak yang hanya
mendapatkan satu kali suntikan vaksin MMR, dapat mendapatkan vaksin MR pada
usia berapa pun. Apabila Anak sudah pernah mendapat vaksin MMR, vaksin MR ini
juga boleh diberikan.
Wanita yang merencanakan kehamilan juga
dianjurkan memeriksakan diri melalui tes darah. Jika hasil tes menunjukkan
bahwa seorang wanita belum memiliki kekebalan terhadap rubella, dokter akan
menganjurkannya untuk menerima vaksin MR. Setelah itu, dia harus menunggu
minimal 4 minggu untuk hamil. Harap diingat bahwa vaksinasi ini tidak boleh
dijalani saat sedang hamil.
Selain vaksin, mencegah penularan dan
penyebaran rubella juga penting. Cara-caranya meliputi:
a. Hindari kontak dengan
penderita sebisa mungkin, khususnya untuk ibu hamil yang belum menerima vaksin
MR atau MMR dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
b. Pindahkan penderita ke
ruangan terpisah yang jauh dari anggota keluarga.
c. Menjaga kebersihan diri,
misalnya selalu mencuci tangan sebelum makan, setelah bepergian, atau jika
terjadi kontak dengan penderita.
f.
Penanggulangan
penyakit campak dan rubella
Rubella
tidak membutuhkan penanganan medis khusus. Pengobatan dapat dilakukan di rumah
dengan langkah-langkah sederhana. Tujuannya adalah untuk meringankan gejala,
namun bukan untuk mempercepat penyembuhan rubella. Berikut ini sejumlah langkah
sederhana yang dapat dilakukan.
1.
Beristirahatlah sebanyak mungkin.
2.
Minum banyak air putih untuk mencegah
dehidrasi.
3.
Mengurangi nyeri dan demam. Penderita dapat
mengonsumsi paracetamol atau ibuprofenuntuk menurunkan demam dan
meredakan nyeri pada sendi.
4.
Minum air hangat bercampur madu dan lemon
untuk meredakan sakit tenggorokan dan pilek.
B.
Pertemuan
ke 6
a.
Pengertian
penyakit difteri pertussis dan tetanus
Difteri Difteri disebabkan oleh bakteri yang terdapat di dalam mulut,
tenggorokan dan hidung. Difteri memnyebabkan tumbuhnya selaput dalam
tenggorokan. Ini dapat menyebabkan sukar menelan, bernapas dan bahlan dapat
menyebabkan sesak napas. Bakteri tadi menghasilkan racun yang dapat menjalar
keseluruh tubuh dan menyebabkan komplikasi serius seperti kelumpuhan dan gagal
jantung. Sekitar 10 persen orang yang menderita difteri meninggal karenanya.
Difteri dapat ditularkan melalui batuk dan bersin dari orang yang terinfeksi.
Tetanus Tetanus disebabkan oleh bakteri yang terdapat di tanah, debu dan
pupuk. Bakteri tadi dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka yang mungkin hanya
sekecil cocokan peniti. Tetanus tidak dapat ditularkan dari orang ke orang.
Tetanus sering merupakan penyakit fatal, yang meyerang sistem syaraf. Tetanus
menyebabkan gerenyet yang mula-mula dirasakan di leher dan otot rahang. Tetanus
dapat menyebabkan kesulitan bernapas, kejang yang menyakitkan dan irama
petanapas abnormal. Karena imunisasi yang efektif, tetanus sekarang jarang di
Australia, but masih terjadi pada orang yang tidak pernah diimunisasi terhadap
penyakit ini atau belum menerima vaksin pendorong
Batuk rejan Batuk rejan adalah penyakit yang sangat menular yang
mempengaruhi saluran udara dan pernapasan. Penyakit ini menyebabkan batuk
kejang. Antara kekejangan ini anak megap-megap untuk bernapas. Batuk kejang
sering diikuti mutah-muntah dan batuk ini dapat berlangsung selama
berbulan-bulan. Batuk rejan sangat serius pada bayi berumur di bawah 12 bulan
dan sering memerlukan pengiriman masuk ke rumah sakit. Batuk rejan dapat
menyebabkan komplikasi seperti pendarahan, kekejangan, radang paru-paru, koma,
radang otak, kerusakan otak permanen dan kerusakan paru-paru jangka pajang.
Sekitar satu dari setiap 200 anak berumur di bawah enam bulan yang terkena
batuk kejang akan meninggal. Batuk rejan dapat ditularkan melalui batuk dan
bersin dari orang yang terinfeksi. Orangtua dan anggota keluarga merupakan
sumber infeksi utama bagi bayi.
b.
Etiologi
penyakit difteri pertussis dan tetanus
Difteri disebabkan oleh Corynebacterium,
yaitu bakteri yang menyebarkan penyakit melalui partikel di udara, benda
pribadi, serta peralatan rumah tangga yang terkontaminasi. Jika Anda menghirup
partikel udara dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi, Anda dapat terkena
difteri. Cara ini sangat efektif untuk menyebarkan penyakit, terutama pada
tempat yang ramai. Penyebab lainnya adalah kontak dengan benda-benda pribadi
yang terkontaminasi. Anda dapat terkena difteri dengan memegang tisu bekas
orang yang terinfeksi, minum dari gelas yang belum dicuci, atau kontak
sejenisnya dengan benda-benda yang membawa bakteri. Pada kasus yang langka,
difteri menyebar pada peralatan rumah tangga yang digunakan bersama, seperti
handuk atau mainan.
Bakteri penyebabbatuk
rejan biasanya menyebar melalui cairan yang keluar saat penderita batuk atau
bersin.
disebabkan oleh racun berbahaya bakteri Clostridium tetani,
yang masuk menyerang saraf tubuh melalui luka kotor. Clostridium tetani bisa
bertahan hidup di luar tubuh dalam bentuk spora untuk waktu yang sangat lama.
c.
Patogenesisi
penyakit difteri pertussis dan tetanus
Difteri
Fase
Pertama
Minggu pertama, penyakit
ini akan memengaruhi jalan napas. Pasien sudah mulai sulit bernapas. Pasien
mengalami demam, pembentukan selaput dimulai dalam 2-3 hari. "Jika segera
diobati, daya tahan fisik kuat, dan gizi cukup maka bisa selamat," kata
Hindra dan Sri.
Fase
Kedua
Akhir pekan pertama baru
dibawa ke dokter, maka sudah akan mengalami masalah jantung. Racun yang dibawa
kuman dialirkan melalui darah, menyebar ke jantung, dan otot lemah.
"Baru diobati setelah hari ketujuh kemungkinan tak tertolong lebih
tinggi," jelasnya.
Fase
Ketiga
Pekan kedua baru dibawa ke
dokter, pasien akan mengalami masalah saraf. Sengau dalam berbicara dan selalu
tersedak saat makan dan minum.
Fase
Keempat
Akhir minggu kedua pasien
akan semakin parah dan terlambat ditangani. Hal itu tergantung pula jenis
kumannya. Kuman difteri ada 3 macam, dan yang paling berat memberikan racun
paling parah.
Pertussis
Infeksi berlangsung selama
6 minggu, dan berkembang melalui 3 tahapan:
1. Tahap kataral ( mulai
terjadi secara bertahap dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi). Gejalanya
menyerupai flu ringan :
bersin-bersin
mata berair
nafsu makan berkurang
Lesu
batuk (pada awalnya hanya
timbul di malam hari kemudian terjadi sepanjang hari)
2. Tahap paroksismal (mulai
timbul dalam waktu 10-14 hari setelah timbulnya gejala awal). 5-15 kali batuk
diikuti dengan menghirup nafas dalam dengan nada tinggi. Batuk bisa disertai
pengeluaran sejumlah besar lendir yang biasanya ditelan oleh bayi/ anak-anak
atau tampak sebagai gelembung udara di hidungnya. Batuk atau lendir yang kental
sering merangsang terjadinya muntah. Serangan batuk bisa diakhiri oleh
penurunan kesadaran yang bersifat sementara.
3. Tahap Konvalesen (mulai
terjadi dalam waktu 4-6 minggu setelah gejala awal). Batuk semakin berkurang,
muntah juga berkurang, anak tampak merasa lebih baik. Kadang batuk terjadi
selama berbulan-bulan, biasanya akibat iritasi saluran pernafasan.
Tetanus
Penyakit
tetanus ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh bahan racun/toksin yang
dihasilkan bakteri Clostridium tetani atau Basi tetanus. Kuman ini masuk ke
dalam tubuh kita melalui luka yang diakibatkan oleh kecelakaan, gigitan
binatang, patah tulang yang terbuka, tertusuk benda yang tajam seperti paku,
kawat berduri, dan lainnya. Selain melalui luka, kuman ini dapat pula masuk
melalui luka bakar dan infeksi pada telinga. Tetanus juda sering kita temukan
pada bayi yang baru dilahirkan, dikenal sebagai tetanus neonatorum, yang
disebabkan infeksi pada tali pusat yang tidak dirawat dengan baik dan
steril.Sumber infeksi lainnya dapat pula berasal dari tanah, abu jalanan
ataupun kotoran binatang yang telah terkontaminasi dengan kuman tersebut, kuman
tetanus ini dapat berkembang pada saluran cerna binatang yang memamah biak,
seperti lembu, kerbau, sapi, kuda dan lainnya, yang seterusnya kuman ini sering
ditemukan pada kotoran binatang tadi. Ladang, sawah ataupun kebun yang
menggunakan pupuk kandang merupakan tempat yang ideal dimana kuman ini
berkembang biak. Oleh karena itulah, para petani atupun pekerja di sawah, kebun
dan ladang ini harus berhati-hati agar dalam bekerja tidak terluka dan memakai
alat pelindung diri yang baik, seperti alas kaki, pakaian yang tertutup, alat
pelindung kepala dan lainnya.
Pada
saat kuman ini berkembang biak, dan menghasilkan zat-zat racun yang diserap
oleh ujung-ujung saraf motorik, dan diteruskan sampai ke susunan saraf pusat,
maka toksin ini sudah tidak mungkin dinetralisir lagi dengan baik.
C.
Pertemuan
ke 7
a.
Gejala
penyakit DPT
Difteri
• Gejala diawali dengan nyeri tenggorokan ringan dan nyeri menelan. Pada
anak tak jarang diikuti demam, mual, muntah, menggigil dan sakit kepala.
Pembengkakan kelenjar getah bening di leher sering terjadi.
• Komplikasi yang terjadi antara lain kerusakan jantung, yang bisa berlanjut menjadi gagal jantung. Kerusakan sistem saraf berupa kelumpuhan saraf penyebab gerakan tak terkoordinasi. Kerusakan saraf bahkan bisa berakibat kelumpuhan, dan kerusakan ginjal.
• Komplikasi yang terjadi antara lain kerusakan jantung, yang bisa berlanjut menjadi gagal jantung. Kerusakan sistem saraf berupa kelumpuhan saraf penyebab gerakan tak terkoordinasi. Kerusakan saraf bahkan bisa berakibat kelumpuhan, dan kerusakan ginjal.
Pertussis
Biasanya pertusis mulai seperti pilek dengan ingus, kecapaian dan
adakalanya demam ringan. Kemudian timbulnya batuk, biasanya bertubi-buti,
diikuti dengan rejan. Adakalanya orang muntah setelah batuk. Pertusis parah
sekali bagi anak kecil, yang membiru atau berhenti bernapas sewaktu batuk dan mungkin
harus dibawa ke rumah sakit. Anak yang lebih besar dan orang dewasa mengalami
penyakit yang lebih ringan dengan batuk yang berkelanjutan selama
berminggu-minggu, tanpa memperhatikan perawatan.
Tetanus
• Gejala
Masa tunas biasanya 5 – 14 hari, tetapi kadang-kadang sampai beberapa minggu pada infeksi ringan atau kalau terjadi modifikasi penyakit oleh antiserum.
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher.
• Komplikasi
1.Spame otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saripa) di dalam rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi pneumonia aspirasi.
2.Asfiksia
3.Atelektaksis karena obstruksi secret
4.Fraktura kompresi.
Masa tunas biasanya 5 – 14 hari, tetapi kadang-kadang sampai beberapa minggu pada infeksi ringan atau kalau terjadi modifikasi penyakit oleh antiserum.
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher.
• Komplikasi
1.Spame otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saripa) di dalam rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi pneumonia aspirasi.
2.Asfiksia
3.Atelektaksis karena obstruksi secret
4.Fraktura kompresi.
b.
Cara
penularan penyakit DPT
Difteri
·
Terhirup
percikan ludah penderita di udara saat penderita bersin atau batuk.
·
Barang-barang
yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, contohnya mainan atau handuk.
·
Sentuhan
langsung pada luka borok (ulkus) akibat difteri di kulit
penderita.
Pertussis
Pertusis ditularkan kepada orang lain melalui tetesan (dari batuk atau
bersin). Tanpa perawatan, orang yang menderita pertusis dapat menularkannya
kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk mulai. Waktu antara
eksposur dan penyakit biasanya antara 7 sampai 10 hari, tetapi mungkin
berkelanjutan sampai 3 minggu
Tetanus
disebabkan oleh racun berbahaya
bakteri Clostridium tetani, yang masuk menyerang saraf tubuh melalui luka kotor
c.
Pencegahan
dan penanggulangan penyakit DPT
·
Salah
satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan
jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat anti
dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi
tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri,
Pertusis, Tetanus.
·
Selain
itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :
1. Untuk menimbulkan kekebalan
aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk
rejan), tetanus.
2. Apabila terjadi penyakit
tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami.
·
Secara
alamiah sampai batas tertentu tubuh juga memiliki cara membuat kekebalan tubuh
sendiri dengan masuknya kuman-kuman kedalam tubuh. Namun bila jumlah yang masuk
cukup banyak dan ganas, bayi akan sakit. Dengan semakin berkembangnya teknologi
dunia kedokteran, sakit berat masih bisa ditanggulangi dengan obat-obatan.
Namun bagaimanapun juga pencegahan adalah jauh lebih baik dari pada pengobatan
(Markum, 2005).
D.
Pertemuan
ke 8
Konsep
penaggulangan bencana
Perencanaan penanggulangan bencana disusun
berdasarkan hasil analisis risiko bencana dan upaya penanggulangannya yang
dijabarkan dalam program kegiatan penanggulangan bencana dan rincian
anggarannya. Perencanaan penanggulangan bencana merupakan bagian dari
perencanaan pembangunan. Setiap rencana yang dihasilkan dalam perencanaan ini
merupakan program/kegiatan yang terkait dengan pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan yang dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP),
Jangka Menengah (RPJM) maupun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahunan. Rencana
penanggulangan bencanaditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Penyusunan rencana
penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh: 1. BNPB untuk tingkat nasional; 2.
BPBD provinsi untuk tingkat provinsi; dan 3. BPBD kabupaten/kota untuk tingkat
kabupaten/kota. Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala setiap 2
(dua) tahun atau sewaktu-waktu apabila terjadi bencana
E.
Pertemuan
ke 9
Pencegahan dan
mitigasi bencana
Pencegahan
dan mitigasi bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta mengurangi
resiko yang ditimbulkan oleh bencana itu sendiri. mitigasi
dibagi menjadi dua yaitu mitigasi pasif dan mitigasi aktif.berikut penjelasan
mengenai mitigasi secara lebih mendalam.
Mitigasi Pasif
Mitigasi Pasif
1.
Regulasi
2.
Pembuatan
Peta rawan bencana dan peta masalah
3.
pembuatan
SOP
4.
Pembuatan
dan penyebaran brosur / pengkajian
5.
Penelitian
Pengkajian karakteristik bencana
6.
Pengkajian
/ analisis resiko bencana
7.
Internalisasi
PB dalam muatan lokal pendidikan
8.
pembentukan
organisasi dan satua gugus tugas
9.
perkuatan
unit-unit social dalam kemasyarakatan
10. pengarusutamaan PB dalam
perencanaan pembangunan.
Mitigasi
Aktif
1.
Pembuatan
dan penempatan tanda-tanda peringatan bahaya, larangan masuk daerah rawan
bencana
2.
pengawasan
terhadap pelaksanaan berbagai aturan (penataan ruang,imb dll terkait dengan
pencegahan bencana).
3.
Diklat
mengenai masalah kebencanaan bagi aparat pemerintahan dan masyarakat
4.
Relokasi
penduduk dari daerah rawan ke daerah aman
5.
penyuluhan
dan peningkatan kewaspadaan masyarakat
6.
perencanaan
daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana
7.
pembuatan
bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan dan mengurangi
dampak yang ditimbulkan oleh bencana seperti tanggul,penahan abrasi dll.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal & artikel
Dwi Wahyu Ningtyas1, Arief Wibowo2, 2015, PENGARUH KUALITAS VAKSIN
CAMPAK TERHADAP KEJADIAN CAMPAK DI KABUPATEN PASURUAN, Jurnal Berkala
Epidemiologi, Vol. 3, No. 3 September 2015: 315–326
Isnaniyanti Fajrin
Arifin1 , Corie Indria Prasasti, 2016, FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KASUS
DIFTERI ANAK DI PUSKESMAS BANGKALAN TAHUN 2016, Jurnal Berkala Epidemiologi,
Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 26-36
BNPB, 2018, Peraturan
kepala badan nasional penaggulangan bencana, nomor 4 tahun 2008, tentang
pedoman penyusunan rencana penanggulangan bencana
Kemenkes, 2017, Imunisasi Massal Campak dan Rubella diberikan pada anak
usia 9 bulan - kurang dari 15 tahun pada bulan Agustus di Sekolah dan September
di Puskesmas, Posyandu dan Fasilitas Kesehatan. Pelaksanaan tahun 2017 di Pulau
Jawa dan 2018 di luar Jawa. www.kemenkes.go.id
Situs internet
http://www.gitews.org/tsunami-kit/en/E6/further_resources/national_level/peraturan_kepala_BNPB/Perka%20BNPB%204-2008_Pedoman%20Penyusunan%
20Rencana%20Penanggulangan% 20Bencana.pdf file:///C:/Users/Asus/Downloads/
65449%20Indonesian%20DTP% 20Immunisation%20information%20-Jan%202016 .pdf
https://www.alodokter.com/rubella.html
https://www.jawapos.com/kesehatan/health-issues/24/08/2018/mengenal-bahaya-penyakit-campak-dan-rubella
https://www.jawapos.com/kesehatan/health-issues/24/08/2018/mengenal-bahaya-penyakit-campak-dan-rubella
RESUME
PENYAKIT TROPIS DAN TRAUMATOLOGI BENCANA
HADI
ASHARI
N
201 15 059
KELAS
A
PROGRAM
STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
TADULAKO
2018
0 Komentar