Nama : Moh. Reza Rizaldy
Stambuk : N 201 16 086
Kelas : A 2016
ANALISIS JURNAL
Jurnal Gizi Klinik Indonesia
Suplementasi Vitamin A dan Asupan Zat Gizi Dengan Serum
Retinol Dan Morbiditas Anak 1-3 Tahun
Milliyantri Elvandari2, Dodik
Briawan3, Ikeu Tanziha3
Abstrak:
Latar belakang: Morbiditas penyakit infeksi di
negara berkembang merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensi masih
tinggi terutama untuk anak di bawah lima tahun. Asupan vitamin A merupakan
salah satu faktor penyebab yang dapat mempengaruhi morbiditas.
Tujuan: Menganalisis hubungan
suplementasi vitamin A dan asupan gizi dengan serum retinol serta hubungan
suplementasi vitamin A, asupan gizi, dan serum retinol dengan morbiditas anak
usia 1-3 tahun.
Metode: Desain penelitian cross-sectional
yang dilaksanakan bulan Februari-Maret 2016 di Kabupaten Kudus dan Grobogan,
Jawa Tengah. Subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 1-3 tahun (n=140).
Serum retinol dikumpulkan dengan mengambil sampel darah melalui vena kemudian
dianalisis menggunakan HPLC, asupan zat gizi dengan food recall 2x24jam,
dan wawancara terstruktur dengan ibu subjek. Analisis data yang digunakan adalah
uji Chi-Square.
Hasil: Studi ini menemukan bahwa 68
subjek (48,6%) tidak mengambil suplementasi vitamin A. Prevalensi anak-anak
memiliki asupan gizi kurang (<90% AKG) yang relatif tinggi yaitu sebesar
68,6% untuk asupan energi; 47,1% protein; 70,7% lemak; dan prevalensi
defisiensi vitamin A (<77% AKG) yang relatif tinggi sebesar 60%. Sejumlah
24,2% subjek memiliki serum retinol rendah (<20μg/dl). Suplementasi vitamin
A, lemak, dan asupan vitamin A berhubungan dengan retinol serum (p<0,05). Suplementasi
vitamin A, asupan vitamin A, vitamin C,
zink, dan serum retinol
berhubungan dengan morbiditas (p<0,05).
Simpulan: Anak yang tidak mengambil kapsul
vitamin A serta asupan vitamin A, vitamin C, zink, dan retinol serum yang
rendah memiliki morbiditas yang lebih tinggi.
KATA KUNCI: morbiditas; serum retinol;
suplementasi vitamin A
Backround
Ø
Anak
usia 1-3 tahun adalah kelompok umur yang rentan terhadap gangguan kesehatan
terutama penyakit infeksi, karena pada usia 1-3 tahun sudah mulai mengenal
lingkungan luar dan dapat memilih makanan sendiri walupun tetap dengan
bimbingan orang tua.
Ø
Di berbagai negara berkembang termasuk
Indonesia, penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga morbiditas dan mortalitas
anak. Diare merupakan menyebab 3,2 juta morbiditas dan mortalitas balita per
tahun
Ø
Program
pemberian suplementasi vitamin A merupakan program pemerintah di seluruh daerah
di Indonesia. Rerata cakupan secara nasional di Indonesia mencapai 85,8% dan
Jawa Tengah merupakan cakupan kapsul vitamin A tertinggi kedua setelah
Yogyakarta (98,39%) (6).
Ø
Salah satu faktor penting dalam upaya mencapai
derajat kesehatan yang optimal pada anak adalah keadaan gizi yang baik. Namun,
pada kenyataanya sampai saat ini di dalam masyarakat masih terdapat berbagai
kekurangan gizi pada anak.
Bahan
dan Metode
Desain
Penulisan jurnal ini menggunakan
desain crosssectional.
Waktu
Waktu pelaksanaan mulai dari
bulan Februari sampai bulan maret 2016
Tempat
Tempat pelaksanaan dilakukan di
Kabupaten Kudus dan Grobogan, Jawa Tengah
Subjek
Ø
Anak
berusia 1-3 tahun dari tiga desa di setiap kecamatan yang memenuhi kriteria
inklusi yaitu anak sehat (tidak menderita infeksi) berdasarkan hasil
pemeriksaan dokter setempat,
Ø
Besar
sampel minimal diperoleh berdasarkan hasil perhitungan rumus dengan melihat
perubahan setidaknya 10% dari kosentrasi serum retinol dalam darah anak (14);
standar deviasi (σ) sebesar 14,2 μg/dl; dan peningkatan serum retinol ( sebesar
8,1μg/dl sehingga dibutuhkan sampel minimal sebanyak 70 subjek di setiap
Kecamatan (15).
Ø
Data berat badan dan tinggi badan diperoleh
dengan pengukuran subjek, asupan zat gizi dengan food recall 2x24
jam, serum retinol darah dengan pengambilan darah vena kemudian diukur
dengan menggunakan metode high performance liquid cromotography (HPLC).
Sementara data karakteristik subjek, data morbiditas (jenis penyakit infeksi:
diare, ISPA, demam, batuk), frekuensi sakit, dan lama sakit dikumpulkan dengan
cara wawancara terstruktur menggunakan kuesioner
Ø
Asupan energi dan protein dikategorikan
menjadi defisit (<90% AKG) dan normal (>90% AKG). Asupan lemak
dikategorikan menjadi kurang (<20-35% AKE) dan cukup (>20-35% AKE) (16).
Asupan vitamin A, vitamin C, dan zink dikategorikan menjadi kurang (<77%
AKG) dan cukup (>77% AKG) (11). Hasil serum retinol darah dikategorikan
menjadi rendah (10-20 μg/dl) dan normal (20-50 μg/dl) (17).
Hasil
Analisis
Tabel
1 Sebaran jenis
kelamin subjek di Kudus sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (51,4%)
sedangkan Grobogan sebagian besar perempuan (51,4%). Program pemberian
suplementasi vitamin A dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu pada bulan
Februari dan Agustus. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa di Kudus
sebesar 54,3% subjek mendapatkan suplementasi vitamin A dua kali dalam satu
tahun sedangkan untuk Grobogan sebesar 51,4% subjek hanya mendapatkan
suplementasi vitamin A satu kali dalam satu tahun terakhir pada tahun 2015.
Kecukupan asupan energi, protein,
lemak, vitamin A, vitamin C, dan zink anak usia 1-3 tahun yaitu 1.125
kkal/hari; 26 g/hari; 44 g; 400 RE; 40 mg; dan 4 mg (18). Sebagian besar
tingkat kecukupan energi, protein, dan lemak pada subjek tergolong defisit
(>50%). Demikian juga dengan tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C, dan
zink subjek sebagian besar kurang (>50%). Berdasarkan hasil analisis HPLC,
rerata serum retinol subjek sebesar 27,9±6,3μg/dl dan status serum retinol
sebagian besar subjek di Kudu (82,9%) dan Grobogan (92,9%) tergolong serum
retinol normal (Elvandari,
Briawan, & Tanziha, 2017).
Tabel
2 Hasil analisis
menunjukkan terdapat hubungan antara suplementasi vitamin A dengan serum
retinol (p<0,05). Subjek yang mendapatkan suplementasi vitamin A lengkap
memiliki morbiditas penyakit infeksi yang rendah dibandingkan dengan anak yang
tidak lengkap mendapatkan suplementasi vitamin A dalam satu tahun terakhir.
Tidak terdapat hubungan antara asupan energi, protein, dan lemak dengan serum
retinol anak (p>0,05). Sebagian besar subjek dengan tingkat kecukupan energi
dan protein normal dan defisit memiliki serum retinol normal karena banyak
faktor lain yang mempengaruhi serum retinol selain asupan energi dan protein.
Namun, terdapat hubungan antara asupan lemak dengan serum retinol (p<0,05).
Sebanyak 16,5% subjek dengan tingkat kecukupan lemak kurang memiliki morbiditas
tinggi .
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat
hubungan suplementasi vitamin A dengan morbiditas (p<0,05). Sebanyak
83,8% subjek tidak lengkap mendapatkan suplementasi vitamin A memiliki
morbiditas tinggi. Tidak terdapat hubungan antara asupan energi, protein, dan
lemak dengan morbiditas anak. Tingkat kecukupan energi, protein, dan lemak pada
sebagian besar subjek tergolong normal dan memiliki morbiditas rendah. Selain
itu, diketahui juga adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan
vitamin A, vitamin C, dan zink dengan morbiditas (p<0,05).
Pembahasan
Sebagian besar subjek di Kudus
mendapatkan suplementasi vitamin A secara lengkap sedangkan sisanya yang tidak
menerima karena ketika pembagian suplementasi vitamin A subjek dalam keadaan
kurang sehat dan tidak berada di lingkungan tempat tinggal.
Tingkat kecukupan energi subjek
sebagian besar defisit sedangkan tingkat kecukupan protein tergolong normal,
tetapi rerata asupan energi dan protein subjek masih di bawah anjuran kecukupan
energi yaitu sebesar 795 kkal dan 28,6 g. Rendahnya asupan energi dan protein
subjek kemungkinan disebabkan oleh ibu subjek yang hanya memberikan makan pokok
dua kali dalam sehari.
Hasil penelitian menunjukan tidak
adanya pengaruh tingkat kecukupan energi dan protein terhadap serum retinol
(p=0,062 dan p=0,122). Tingkat kecukupan lemak subjek sebagian besar kurang dan
hasil penelitian menunjukan adanya hubungan tingkat kecukupan lemak dengan
serum retinol (p=0,024).
Hasil penelitian menunjukan tidak
adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi, protein, dan
lemak dengan morbiditas subjek (p=0,248; p=0,261; p=0,198). Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh banyak faktor lain yang mempengaruhi morbiditas seperti
lingkungan, sumber penyakit (agens), dan pejamu (host) (28).
Kesimpulan
Ø Suplementasi vitamin A subjek
relatif tidak lengkap (48,6%). Tingkat kecukupan energi dan protein subjek
sebagian besar tergolong defisit sementara tingkat kecukupan lemak, vitamin A,
vitamin C, dan zink tergolong kurang
Ø Serum retinol subjek relatif
normal (87,9%) dan morbiditas relatif tinggi (57,1%).
Ø Variabel yang memiliki pengaruh
terhadap serum retinol adalah suplementasi vitamin A, tingkat kecukupan lemak,
dan tingkat kecukupan vitamin A. Anak yang tidak mengambil kapsul vitamin A
serta asupan vitamin A, vitamin C, zink, dan retinol serum yang rendah memiliki
morbiditas yang lebih tinggi.
Daftar
Pustaka
Elvandari, M., Briawan, D., & Tanziha, I. (2017).
Suplementasi vitamin A dan asupan zat gizi dengan serum retinol dan morbiditas
anak 1-3 tahun. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 13(4), 179–187.
https://doi.org/10.30597/MKMI.V12I4.1537
0 Komentar