MAKALAH
PENYAKIT DIFTERI (PD3I)
MATA
KULIAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
KELOMPOK II
Nining
Fitra Handayani N 201 16 071
Nastesya
Gebriella N 201 16 101
Lia
Roziah N 201 16 076
Jessica
Riku N 201 16 016
Iis
Damayanti N 201 16 041
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Epidemiologi Penyakit Menular Mengenai Penyakit Difteri.
Makalah
ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir
kata kami berharap semoga makalah Epidemiologi Penyakit Menular Mengenai
Penyakit Difteri ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Palu, 01 April 2018
Penyusun
Kelompok II
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI
........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang...............................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah ......................................................................................... 2
C.
Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Definisi Penyakit Difteri................................................................................
3
B. Epidemiologi
penyakit berdasarkan orang tempat dan waktu.......................
3
C. Riwayat
alamiah penyakit..............................................................................
4
D. Rantai
penularan penyakit.............................................................................
6
E.
Upaya pencegahan dan penanggulangan
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) 7
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................................... 9
B.
Saran ............................................................................................................. 10
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
PD3I adalah Penyakit yang
Dapat Dicegah dengan Imunisasi. Imunisasi
adalah upaya yang
dilakukan dengan sengaja
memberikan kekebalan
(imunitas) pada bayi
atau anak sehingga
terhindar dari penyakit. Pentingnya imunisasi
didasarkan pada pemikiran
bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya
terpenting dalam pemeliharaan
kesehatan anak (Supartini,
2004, hlm.173). Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat atau populasi atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu
dari dunia seperti
pada imunisasi cacar
variola. Keadaan yang terakhir lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit
yang hanya dapat ditularkan melalui manusia. Program imunisasi
bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian
dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah
difteri, tetanus, batuk
rejan (pertusis), campak
(measles) , polio, dan tuberculosis.
(Notoatmodjo, 2007, hlm.46).
Prevalensi
PD3I sangatlah besar. Pada tahun 2008 kasus campak berjumlah 11933, tetanus
neonatal 170, dan 187 kasus difteri di Indonesia. PD3I juga merupakan salah
satu faktor kematian anak di Indonesia yang cukup tinggi.
Tenaga
Kesehatan Masyarakat adalah salah satu tenaga di bidang kesehatan yang memiliki
ilmu manajemen yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Ditinjau dari
kurikulum pendidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat, maka kompetensi tenaga
kesehatan masyarakat yaitu kemampuan menganalisis dan sintesis permasalahan
kesehatan masyarakat dan upaya mengatasi masalah tersebut, memiliki pengetahuan
dan ketrampilan dalam menyusun, mengelola, dan mengevaluasi program kesehatan
masyarakat, memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menyusun proposal
penelitian, manajemen kesehatan, dan melaksanakannya dengan baik. Tenaga
kesehatan masyarakat (Kesmas) bermanfaat dalam mengatasi permasalahan kesehatan
masyarakat berbasis lingkungan, termasuk melalukan berbagai kreasi dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Dalam upaya pembangunan
kesehatan peranan yang dilakukan tenaga kesehatan masyarakat salah satunya
adalah melakukan upaya promotif dan preventif. Oleh karena itu, dengan adanya
makalah ini dapat menambah wawasan dari pembaca utamanya calon tenaga kesehatan
masyarakat agar nantinya dapat membantu upaya promotif dan preventif dari PD3I
sehingga derajat kesehatan masyarakat makin meningkat.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa definisi penyakit difteri?
2.
Apa saja epidemiologi penyakit
berdasarkan orang, tempat dan waktu dalam penyakit difteri?
3.
Bagaimana riwayat alamiah penyakit
difteri?
4.
Bagaimana rantai penularan penyakit
difteri?
5.
Bagaimana upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi penyakit
difteri.
2.
Untuk mengetahui epidemiologi penyakit
berdasarkan orang, tempat dan waktu dalam penyakit difteri.
3.
Untuk mengetahui riwayat alamiah
penyakit difteri.
4.
Untuk mengetahui rantai penularan
penyakit difteri.
5.
Untuk mengetahui upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Difteri adalah
infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Gejalanya berupa
sakit tenggorokan, demam, dan terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan.
Dalam kasus yang parah, infeksi bisa menyebar ke organ tubuh lain seperti
jantung dan sistem saraf. Beberapa pasien juga mengalami infeksi kulit.
B. Epidemiologi
Penyakit Berdasarkan Orang, Tempat dan Waktu
1.
Person (Orang)
Difteri dapat menyerang seluruh
lapisan usia tapi paling sering menyerang anak-anak yang belum diimunisasi. Penderita
difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 15 tahun. Selama permulaan pertama dari
abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak
muda.
Data menunjukkan bahwa setiap
tahunnya didunia ini terdapat 1,5 juta kematian bayi berusia 1 minggu dan 1,4
juta bayi lahir akibat tidak mendapatkan imunisasi. Tanpa imunisasi, kira-kira
3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, 2 dari
100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan. 1 dari 100 kelahiran anak
akan meninggal karena penyakit tetanus. Dan dari setiap 200.000 anak, 1
akan menderita polio.
2.
Place (Tempat)
Penyakit ini juga dijumpai pada
daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga
kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita.
Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit. Sejak diperkenalkan
vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis, Tetanus) penyakit difteri mulai jarang
dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan
system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang
tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang
menyerang saluran pernafasan ini.
3.
Time (Waktu)
Penyakit difteri dapat meyerang
siapa saja dan kapan saja tanpa mengenal waktu. Apabila kuman telah masuk
kedalam tubuh dan tubuh kita tidak mempunyai system kekebalan tubuh maka
pada saat itu kuman akan berkembang biak dan berpotensi untuk terjangkit penyakit
difteri.
C. Riwayat
Alamiah Penyakit
1. Tahap Prepatogenesis
Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium
diphtheriae, suatu bakteri gram positif yang berbentuk polimorf, tidak
bergerak dan tidak membentuk spora. Gejala utama dari penyakit difteri
yaitu adanya bentukan pseudomembran yang merupakan hasil kerja dari
kuman ini. Pseudomembran sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih
keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan.
Disamping menghasilkan pseudomembran, kuman ini juga menghasilkan sebuah
racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahaya karena menyerang otot
jantung, ginjal dan jaringan syaraf. Timbulnya lesi yang khas disebabkan oleh
cytotoxin spesifik yang dilepas oleh bakteri. Lesi nampak sebagai suatu membran
asimetrik keabu-abuan yang dikelilingi dengan daerah inflamasi
Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia,
baik sebagai penderita maupun sebagai carier. Cara penularannya yaitu melalui
kontak dengan penderita pada masa inkubasi atau kontak dengancarier. Caranya
melalui pernafasan ataudroplet infection dan difteri kulit yang mencemari tanah
sekitarnya.
2. Tahap Patogenesis
a. Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang
waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh manusia yang peka terhadap
penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi penyakit
difteri ini 2 – 5 hari, masa penularan penderita 2-4 minggu sejak masa
inkubasi, sedangkan masa penularan carier bisa sampai 6 bulan.
b. Tahap Dini
Gejala penyakit difteri ini adalah :
·
Panas lebih dari 38 °C
·
Tenggorokan dilapisi selaput tebal
berwarna abu-abu
·
Demam dan menggigil
·
Ada psedomembrane bisa di pharynx, larynx atau tonsil
·
Sakit waktu menelan
·
Leher membengkak seperti leher sapi (bullneck),
disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher
c. Tahap Lanjut
Biasanya bakteri berkembangbiak pada
atau di sekitar permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan
peradangan. Bila bakteri sampai ke hidung, hidung akan meler. Peradangan bisa
menyebar dari tenggorokan ke pita suara (laring) dan menyebabkan pembengkakan
sehingga saluran udara menyempit dan terjadi gangguan pernafasan.
Bakteri ini ditularkan melalui
percikan ludah dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah
terkontaminasi oleh bakteri. Ketika telah masuk dalam tubuh, bakteri melepaskan
toksin atau racun. Toksin ini akan menyebar melalui darah dan bisa menyebabkan
kerusakan jaringan di seluruh tubuh, terutama jantung dan saraf.
Toksin biasanya menyerang saraf
tertentu, misalnya saraf di tenggorokan. Penderita mengalami kesulitan menelan
pada minggu pertama kontaminasi toksin. Antara minggu ketiga sampai minggu
keenam, bisa terjadi peradangan pada saraf lengan dan tungkai, sehingga terjadi
kelemahan pada lengan dan tungkai. Kerusakan pada otot jantung (miokarditis)
bisa terjadi kapan saja selama minggu pertama sampai minggu keenam, bersifat
ringan, tampak sebagai kelainan ringan pada EKG. Namun, kerusakan bisa sangat
berat, bahkan menyebabkan gagal jantung dan kematian mendadak. Pemulihan
jantung dan saraf berlangsung secara perlahan selama berminggu-minggu. Pada
penderita dengan tingkat kebersihan buruk, tak jarang difteri juga menyerang
kulit.
Pada serangan difteri berat akan
ditemukan pseudomembran, yaitu lapisan selaput yang terdiri dari sel darah
putih yang mati, bakteri dan bahan lainnya, di dekat amandel dan bagian
tenggorokan yang lain. Membran ini tidak mudah robek dan berwarna abu-abu. Jika
membran dilepaskan secara paksa, maka lapisan lendir di bawahnya akan berdarah.
Membran inilah penyebab penyempitan saluran udara atau secara tiba-tiba bisa
terlepas dan menyumbat saluran udara, sehingga anak mengalami kesulitan
bernafas.
3. Tahap Pasca pathogenesis/Tahap Akhir
Dengan pengobatan yang cepat dan tepat maka komplikasi
yang berat dapat dihindari, namun keadaan bisa makin buruk bila pasien dengan
usia yang lebih muda, perjalanan penyakit yang lama, gizi kurang dan pemberian
anti toksin yang terlambat.
Walaupun sangat berbahaya dan sulit diobati, penyakit
ini sebenarnya bisa dicegah dengan cara menghindari kontak dengan pasien
difteri yang hasil lab-nya masih positif dan imunisasi. Pengobatan khusus penyakit difteri bertujuan
untuk menetralisir toksin dan membunuh basil dengan antibiotika (penicilin
procain, Eritromisin, Ertromysin, Amoksisilin, Rifampicin, Klindamisin,
tetrasiklin).
D.
Rantai Penularan Penyakit
Penyebab penyakit difteri adalah jenis bakteri yang
diberi nama Cornyebacterium diphteriae.
Cara penularan penyakit difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun
tidak langung. Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau
bersin membawa serta kuman-kuman difteri. Melalui pernafasan kuman masuk ke
dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah penularan penyakit difteri dari
seorang penderita kepada orang-orang disekitarnya. Tanda-tanda dan gejala
penyakit difteri yaitu: ada membran tebal warna abu-abu yang melapisi
tenggorokan dan tonsil, sakit tenggorokan dan suara serak, sakit ketika
menelan, kelenjar getah bening di leher membengkak, kesulitan bernafas dan
nafas cepat, keluar cairan dari hidung, demam dan menggigil. Tanda dan gejala
umumnya muncul 2-5 hari setelah terinfeksi, namun mungkin juga baru muncul 10
hari kemudian. Penularan penyakit difteri terjadi melalui tetes udara yang
dikeluarkan oleh penderita ketika batuk atau bersin. Penularan juga dapat
terjadi melalui tissue atau sapu tangan atau gelas bekas minum penderita atau
menyentuh luka penderita. Akibat penyakit difteri yaitu setelah melalui masa
inkubasi selama 2-4 hari kuman difteri membentuk racun atau toksin yang
mengakibatkan timbulnya panas dan sakit tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan
terbentuknya selaput putih di tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan
terbentuknya selaput putih di tenggorokan akan menimbulkan gagal nafas,
kerusakan jantung dan saraf. Difteri ini akan berlanjut pada kerusakan kelenjar
limfe, selaput putih mata, vagina. Komplikasi lain adalah kerusakan otot
jantung dan ginjal.
E. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Langkah pencegahan paling efektif untuk penyakit ini adalah dengan vaksin.
Pencegahan difteri tergabung dalam vaksin DTP. Vaksin ini meliputi difteri,
tetanus, dan pertusis atau batuk rejan. Vaksin DTP termasuk dalam imunisasi
wajib bagi anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin ini dilakukan 5 kali pada
saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, satu setengah tahun, dan lima
tahun. Selanjutnya dapat diberikan booster dengan vaksin sejenis (Tdap/Td)
pada usia 10 tahun dan 18 tahun.
Vaksin Td dapat diulangi setiap 10 tahun untuk memberikan perlindungan yang
optimal. Apabila imunisasi DTP terlambat diberikan, imunisasi kejaran yang
diberikan tidak akan mengulang dari awal. Bagi anak di bawah usia 7 tahun yang
belum melakukan imunisasi DTP atau melakukan imunisasi yang tidak lengkap,
masih dapat diberikan imunisasi kejaran dengan jadwal sesuai anjuran dokter
anak Anda. Namun bagi mereka yang sudah berusia 7 tahun dan belum lengkap
melakukan vaksin DTP, terdapat vaksin sejenis yang bernama Tdap untuk
diberikan.
Penanggulangan dapat dilakukan dengan terapi difteri
Penyakit difteri adalah kondisi yang serius, maka dokter akan memberikan terapi dengan cepat dan agresif. Langkah pertama terapi pengobatan difteri adalah injeksi antitoksin. Injeksi antitoksin ini akan melawan toksin yang dihasilkan bakteri di dalam tubuh. Pastikan beritahu dokter jika Anda memiliki alergi terhadap obat tertentu. Jika memang ada suatu alergi, maka dokter akan berhati-hati dalam pemberian antitoksin, dimulai dari dosis yang sedikit lalu meningkat sedikit demi sedikit. Dokter juga dapat meresepkan antibiotik seperti penisilin dan eritromisin, untuk membantu memberantas infeksi dalam tubuh. Selama pengobatan difteri, dokter juga dapat menyarankan untuk pasien opname di rumah sakit di ruang isolasi sehingga pasien tidak akan berpotensi menularkan infeksi ke orang lain
Penyakit difteri adalah kondisi yang serius, maka dokter akan memberikan terapi dengan cepat dan agresif. Langkah pertama terapi pengobatan difteri adalah injeksi antitoksin. Injeksi antitoksin ini akan melawan toksin yang dihasilkan bakteri di dalam tubuh. Pastikan beritahu dokter jika Anda memiliki alergi terhadap obat tertentu. Jika memang ada suatu alergi, maka dokter akan berhati-hati dalam pemberian antitoksin, dimulai dari dosis yang sedikit lalu meningkat sedikit demi sedikit. Dokter juga dapat meresepkan antibiotik seperti penisilin dan eritromisin, untuk membantu memberantas infeksi dalam tubuh. Selama pengobatan difteri, dokter juga dapat menyarankan untuk pasien opname di rumah sakit di ruang isolasi sehingga pasien tidak akan berpotensi menularkan infeksi ke orang lain
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Difteri
adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Gejalanya
berupa sakit tenggorokan, demam, dan terbentuknya lapisan di amandel dan
tenggorokan.
2. Epidemiologi
Penyakit Berdasarkan Orang, Tempat dan Waktu yaitu Person (Orang) difteri dapat
menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyerang anak-anak yang
belum diimunisasi. Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 15 tahun.
Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari
kematian bayi dan anak-anak muda. Place (Tempat) penyakit ini juga dijumpai
pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu,
menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan
kita. Time (Waktu)Penyakit difteri dapat meyerang siapa saja dan kapan saja
tanpa mengenal waktu.
3. Riwayat
Alamiah Penyakit tahap Prepatogenesis difteri
disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri gram
positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.
Tahap Patogenesis yaitu: Tahap Inkubasi merupakan tenggang
waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh manusia yang peka terhadap
penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Tahap Dini gejala penyakit difteri ini adalah panas lebih dari 38
°C, tenggorokan
dilapisi selaput tebal berwarna abu-abu, demam dan menggigil, ada
psedomembrane bisa di pharynx, larynx
atau tonsil, sakit waktu menelan,leher
membengkak seperti leher sapi (bullneck), disebabkan karena pembengkakan
kelenjar leher. Tahap Lanjut
biasanya bakteri berkembangbiak pada atau di sekitar permukaan selaput lendir
mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan. Bila bakteri sampai ke
hidung, hidung akan meler. Tahap Pasca
pathogenesis/Tahap Akhir dengan pengobatan yang cepat dan tepat maka
komplikasi yang berat dapat dihindari, namun keadaan bisa makin buruk bila
pasien dengan usia yang lebih muda, perjalanan penyakit yang lama, gizi kurang
dan pemberian anti toksin yang terlambat.
4. Rantai
penularan penyakit penyebab penyakit difteri adalah jenis
bakteri yang diberi nama Cornyebacterium
diphteriae. Cara penularan penyakit difteri bisa menular dengan cara kontak
langsung maupun tidak langung. Air ludah yang berterbangan saat penderita
berbicara, batuk atau bersin membawa serta kuman-kuman difteri. Melalui
pernafasan kuman masuk ke dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah
penularan penyakit difteri dari seorang penderita kepada orang-orang
disekitarnya.
5.
Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan yaitu langkah pencegahan paling efektif untuk penyakit ini
adalah dengan vaksin. Pencegahan difteri tergabung dalam vaksin DTP. Vaksin ini
meliputi difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan. Vaksin DTP termasuk
dalam imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin ini
dilakukan 5 kali pada saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, satu
setengah tahun, dan lima tahun. Selanjutnya dapat diberikan booster
dengan vaksin sejenis (Tdap/Td) pada usia 10 tahun dan 18 tahun. Penanggulangan
dapat dilakukan dengan terapi difteri penyakit
difteri adalah kondisi yang serius, maka dokter akan memberikan terapi dengan
cepat dan agresif.
B.
Saran
Disarankan untuk melakukan imunisasi
yaitu vaksin DPT yang merupakan wajib pada anak tetapi kekebalan yang
diperoleh hanya selama 10 tahun setelah imunisasi. Sehingga orang dewasa
sebaiknya menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10 tahun sekali dan harus
dilakukan pencarian dan kemudian mengobati carier difteri dan dilakukan uji
schic juga menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan karena difteri
mudah menular dalam lingkungan yang buruk dengan tingkat sanitasi rendah. Semoga makalah mengenai
penyakit difteri ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Andareto 2015, Penyakit Menular di Sekitar Anda, Pustaka Ilmu Semesta, Jakarta.
https://www.scribd.com/document/336783128/makalah-pd3
0 Komentar