Isu
globalisasi juga telah menekankan berbagai negara berkembang agar memperhatikan
sector kesehatan sebagai salah satu agenda prioritas pembangunan. Hampir semua
penderita berbagai penyakit tinggal di negara berkembang (90%). Sedang
kontribusi pembiayaan kesehatan negara berkembang hanya sekitar 12% dari total
pembiayaan kesehatan dunia.
Bagi
pemerintah program Jamkesmas adalah program yang dinilai tepat sasaran.
Asumsinya, hampir 50% penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan.
Angka Badan Pusat Statistik (BPS) adalah 17,8% (2006), meningkat 1,8%
dibandingkan 2005 (16 persen). Pada tahun 1996 menjadi 11,34%. Meningkat
kembali menjadi 23,4% (1999), ketika Indonesia dilanda krisis. Kemudian, turun
menjadi 16% (2005), tetapi meningkat kembali menjadi 17,8% (2006) saat harga
BBM naik.
Di
Kelurahan Tanamodindi, jumlah warga miskin yang wajib membayar biaya pengobatan
di Kota Palu ± 12 ribu jiwa dan saat ini baru sekitar 20.610 dari 32.610 warga
miskin yang terdaftar sebagai peserta Jamkesmas dan Jamkesda. Sedangkan
khususnya di Kelurahan Tanamodindi, masyarakat yang wajib membayar biaya
pengobatan berjumlah 3.769 jiwa dan baru sekitar 2.304 jiwa yang terdaftar
sebagai pemegang kartu pelayanan kesehatan, masing-masing 2.010 jiwayang
terdaftar sebagai peserta jaminan kesehatan masyarakat dan 294 jiwa yang
terdaftar sebagai peserta jaminan kesehatan daerah (Jumiati, 2015).
Dengan
demikian, untuk merealisasikan kebijakan tersebut dibutuhkan kerja sama yang
lebih efektif untuk dapat mengetahui masyarakat atau warga miskin yang lebih
berhak untuk mendapatkan jaminan kesehatan. Karena pada kenyataannya komunikasi
yang dilakukan petugas kesehatan masih jauh dari apa yang diharapkan, yaitu
tidak adanya sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat, sehingga masih
banyak masyarakat yang belum memahami tentang program Jamkesda, dalam hal ini
pendataan peserta Jamkesda di Puskesmas Pembantu Lasoani, yang dilakukan oleh
petugas kesehatan masih berdasarkan pada data yang lama, yaitu data penerima
bantuan beras untuk masyarakat miskin.
Sehingga
pada kenyataannya data tersebut tidak dapat mewakili seluruh masyarakat miskin
yang ada diwilayah Kecamatan Mantikulore. Masalah lain adalah sumber daya
aparat yang melakukan olah data belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang
hal-hal yang berhubungan dengan program Jamkesda (Jumiati, 2015).
Untuk mengetahui implementasi
kebijakan program Jaminan Kesehatan dari aspek komunikasi di
Puskesmas Pembantu Lasoani Kecamatan
Mantikulore Kota Palu. Untuk mengetahui implementasi kebijakan program Jaminan Kesehatan dari aspek sumber daya di
Puskesmas Pembantu Lasoani Kecamatan
Mantikulore Kota Palu. Untuk mengetahui implementasi kebijakan program Jaminan Kesehatan dari aspek disposisi di
Puskesmas Pembantu Lasoani Kecamatan
Mantikulore Kota Palu.
Untuk
mengetahui implementasi
kebijakan program Jaminan Kesehatan dari aspek struktur
birokrasi di Puskesmas Pembantu Lasoani Kecamatan Mantikulore Kota Palu.
0 Komentar