Epidemiologi
Penyakit Hipertensi
Hipertensi
atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh
yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent
Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai pengan
gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.
Hipertensi
adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal
bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya
hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui
(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan
kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan
volume aliran darah.
Penyakit
hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh meningkatnya
tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini biasanya berpotensi mengalami
penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit jantung.
Dari
definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi adalah
suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Hipertensi
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih.
· Tanda
dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak
ada gejala
Tidak
ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah.
b. Gejala
yang lazim
Gejala
terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Sementara gejala ringan hipertensi yaitu :
· Pusing
atau sakit kepala
· Sering
gelisah
· Sukar
tidur
· Mudah
marah
· Wajah
merah
· Tengkuk
terasa pegal dan terasa berat
· Sesak
napas
· Telinga
berdengung
· Mudah
lelah, mimisan dan mata berkunang-kunang
Gambar 1. Gejala Hipertensi
Pada
pemeriksaan fisik, hipertensi juga dicurigai ketika terdeteksi adanya
retinopati hipertensi pada pemeriksaan
fundus optik di belakang mata dengan menggunakan oftalmoskop. Biasanya beratnya
perubahan retinopati hipertensi dibagi atas tingkat I-IV,walaupun jenis yang
lebih ringan mungkin sulit dibedakan antara satu dan lainnya.Hasil oftalmoskopi
juga dapat memberi petunjuk berapa lama seseorang telah mengalami hipertensi.
a. Etiologi
Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
· Elastisitas
dinding aorta menurun
· Katub
jantung menebal dan menjadi kaku
· Kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun,
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
· Kehilangan
elastisitas pembuluh darah.
b. Jenis
Hipertensi
Hipertensi
dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih sering
dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas, dan diabetes melitus.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan,
yaitu :
· Hipertensi
esensial atau hipertensi primer
yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
· Hipertensi
renal atau hipertensi sekunderyaitu
hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
· Komplikasi
Hipertensi, Jika
hipertensi tidak diobati maka akan menyebabkan stroke, penyakit jantung
koroner, gagal jantung, gagal ginjal kronik.
c. Klasifikasi
Hipertensi
Klasifikasi penyakit hipertensi terdiri
dari :
· Tekanan
sistolik:
a. < 119 mmHg : Normal
b. 120-139
mmHg : Pra hipertensi
c. 140-159
mmHg : Hipertensi derajat 1
d. > 160 mmHg : hipertensi derajat 2
· Tekanan
diastolik
a. <
79 mmHg : Normal
b. 80-89
mmHg : pra hipertensi
c. 90-99
mmHg : hipertensi derajat 1
d. >100mmHg
: hipertensi derajat 2
Catatan
:
· Stadium
1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99 mmHg)
· Stadium
2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg 100-109 mmHg)
· Stadium
3: Hipertensi berat (180-209 mmHg 110-119 mmHg)
d. Gejala Hipertensi
Hipertensi
sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus, gejala-gejala yang
mudah diamati antara lain yaitu Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, Sering gelisah, Wajah merah, Tengkuk terasa pegal, Mudah marah, Telinga berdengung, Sukar tidur, Sesak napas, Rasa berat ditengkuk, Mudah lelah dan Mata berkunang-kunang
2.
Faktor
Risiko Hipertensi
Faktor risiko
terjadinya hipertensi, adalah antara lain :
a. Obesitas
(kegemukan)
Walaupun
belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun
terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi (usia 18 tahun ke atas).
Obesitas atau kegemukan di mana berat badan mencapai indeks massa tubuh > 27
(berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m) juga merupakan salah satu
faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari
populasi penderita hipertensi. Curah
jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas
lebih tinggi dari penderita hipertensi
yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal,
sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang
rendah. Obesitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi penimbunan
lemak yang berlebihan di jaringan lemak tubuh, dan dapat mengakibatkan
terjadinya beberapa penyakit. Parameter
yang umum digunakan untuk menentukan keadaan tersebut adalah indeks massa tubuh
seseorang 25-29,9 kg/m2.
Obesitas
terutama tipe sentral/abdominal sering dihubungkan dengan beberapa keadaan
seperti diabetes melitus, hiperlipidemia, penyakit jantung, hipertensi,
penyakit hepatobiliar dan peningkatan resiko mortalitas dan morbiditas. Swedish
Obese Study (1999) mendapatkan kejadian hipertensi pada 13,6% populasi obesitas
sedangkan Tromo study membuktikan adanya hubungan antara peningkatan indeks
massa dengan peningkatan tekanan darah
baik pada laki-laki dan wanita. Peningkatan risiko ini juga seiring dengan
peningkatan waist-hip-ratio (WHR) dan waist circumference dimana dikatakan
risiko tinggi bila memiliki WHR > 0,95 untuk laki-laki dan > 0,85 untuk
wanita, serta waist circumference > 102 cm untuk laki-laki dan > 88 cm
untuk wanita. Laki-laki memiliki resiko angka kejadian penyakit kardiovaskular
yang lebih tinggi dibanding wanita, karena obesitas tipe sentral ini lebih
banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan distribusi lemak tubuh antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki
distribusi lemak tubuh terutama pada daerah abdomen sedangkan wanita lebih
banyak pada daerah gluteal dan femoral.
Meskipun
telah banyak penelitian yang dilakukan, akan tetapi patogenesis hipertensi pada obesitas masih belum jelas benar.
Beberapa ahli berpendapat peranan faktor genetik sangat menentukan kejadian
hipertensi pada obesitas, tetapi yang lainnya
berpendapat bahwa faktor lingkungan mempunyai peranan yang lebih utama.
Hal ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan prevalensi obesitas dari tahun
ke tahun tanpa adanya perubahan genetik, selain itu pada beberapa populasi/ ras
dengan genetik yang sama mempunyai angka prevalensi yang sangat berbeda. Mereka
berkesimpulan walaupun faktor genetik berperan tetapi factor lingkungan
mempunyai andil yang besar. Saat ini dugaan yang mendasari timbulnya hipertensi
pada obesitas adalah peningkatan volume plasma dan peningkatan curah jantung
yang terjadi pada obesitas berhubungan dengan hiperinsulinemia, resistensi
insulin dan sleep apnea syndrome, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
terjadi pergeseran konsep, dimana diduga terjadi perubahan neurohormonal yang
mendasari kelainan ini. Hal ini mungkin disebabkan karena kemajuan pengertian
tentang obesitas yang berkembang pada tahun-tahun terakhir ini dengan
ditemukannya leptin.
Perubahan
berat badan juga merupakan salah satu faktor penting pada survival rate penderita
hipertensi. Perubahan berat badan merupakan sebanyak 5 kg (meningkat ataupun
menurun) pada kurun waktu 10-15 tahun akan meningkatkan angka mortalitas
sebesar 1,5-2 kali lebih tinggi. Pada satu studi prospektif-epidemiologi
didapatkan angka mortalitas penyakit kardiovaskular lebih rendah pada populasi
dengan berat badan yang stabil selama
kurun waktu tertentu. Pada obesitas biasanya sering didapatkan adanya fluktuasi
peningkatan dan penurunan berat badan secara periodik ini akan meningkatkan
resiko mortalitas pada obesitas.
b. Stres.
Diduga
melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita
beraktifitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya
tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Hubungan antara stress dengan
hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan
tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Arieska Ann Soenarta, 2008
menyatakan bahwa stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan
curah jantung. Sehingga akan menstimulasi aktifitas saraf simpatetik. Adapun
stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal.
c. Faktor
keturunan (genetik).
Apabila
riwayat hipertensi didapati pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi
essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel
telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi. Peran factor genetik
terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa
hipertensi lebih banyak pada pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan
menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan
timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya.
Orang-orang dengan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit tidak menular lebih
sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga dekat yang
mempunyai faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi risiko terkena
hipertensi pada keturunannya. Keluarga yang memiliki riwayat hipertensi akan
meningkatkan risiko hipertensi sebesar 4 kali lipat. Dari data statistik
terbukti bahwa seseorang memiliki kemungkinan lebih besar mendapatkan penyakit tidak menular jika
orang tuanya penderita PTM. Jika seorang dari orang tua menderita PTM, maka
dimungkinkan sepanjang hidup keturunannya mempunyai peluang 25% terserang
penyakit tersebut. Jika kedua orang tua mempunyai penyakit tidak menular maka
kemungkunan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.
d. Jenis
Kelamin (gender).
Pria
lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.
Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor
psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok,
kelebihan berat badan), depresi, dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada
pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman
terhadap pekerjaan dan pengangguran. Secara
teoritis penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki – laki. Hal ini
disebabkan karena penyakit hipertensi pada wanita meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, beban tugas sebagai ibu rumah tangga apalagi ibu rumah tangga
yang bekerja dengan tingkat stres yang tinggi. Hipertensi esensial mulai
terjadi seiring bertambahnya umur. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang
menderita penyakit ini dari pada wanita (39% pria dan 31% wanita). Prevalensi
hipertensi primer pada wanita sebesar 22%-39% yang dimulai dari umur 50 sampai
lebih dari 80 tahun, sedangkan pada wanita berumur kurang dari 85 tahun prevalensinya sebesar 22% dan meningkat
sampai 52% pada anita berumur lebih dari 85 tahun. (Trenkwalder P et al, 2004).
Bila
ditinjau perbandingan antara perempuan dan pria, ternyata perempuan lebih
banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan
angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk perempuan. Prevalensi di Sumatera
Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta
(Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% perempuan.
Faktor
jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu,
yang banyak dicetuskan oleh hipertensi
dimana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio
sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik. Wanita yang sedang memasuki
menopause berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Di Indonesia terdapat
beban ganda dari prevalensi penyakit hipertensi dan penyakit kardiovaskuler
lainnya dengan penyakit infeksi dan malnutrisi. Prevalensi hipertensi yang
tertinggi adalah pada wanita (25%) dan pria (24%). Rata-rata tekanan darah
sistole 127,33 mmHg pada pria Indonesia dan 124,13 mmHg pada wanita Indonesia.
Tekanan diastole 78,10 mmHg pada pria dan 78,56 mmHg pada wanita. Arieska Ann
Soenarta, 2008 menyatakan bahwa lelaki mempunyai resiko lebih tinggi untuk
menderita hipertensi lebih awal. Lelaki juga mempunyai resiko lebih besar
terhadap morbiditas dan mortalitas cardiovaskuler. Sedangkan diatas umur 50
tahun, hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.
e. Usia.
Dengan
semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga
semakin besar. Penyakit tidak menular tertentu seperti penyakit kardiovaskular,
diabetes mellitus, dan lain lain erat kaitannya dengan umur. Semakin tua
seseorang maka semakin besar risiko terserang penyakit tersebut. Umur lebih
dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi dan penyakit DM. Dengan
bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar
50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta
tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus
hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan
bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi. Hipertensi bisa
terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada usia 35 tahun atau
lebih. Sebenarnya biasa saja bila tekanan darah kita sedikit meningkat dengan
bertambahnya umur. Ini sering disebabkan oleh perubahan alami pada
jantung, pembuluh darah dan hormon.
Hanya saja bila perubahan ini disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu
terjadinya hipertensi.
Muhammadun
AS, 2010 menyatakan bahwa wanita pada usia 50 tahun mempunyai resiko hipertensi
lebih besar dibandingkan laki-laki pada usia yang sama, dan wanita pada usia
dibawah 50 tahun memiliki resiko lebih kecil dibandingkan dengan` laki-laki pada usia yang sama. Arieska Ann Soenarta,
2008 menyatakan bahwa Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan
usia. Seseorang yang berumur diatas 60 tahun, 50 - 60 % diantaranya mempunyai
tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan
pengaruh degenerasi yang terjadi sejalan dengan pertambahan usia.
f. Asupan
garam.
Melalui
peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan diikuti
oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan
hemodinamik (sistem perdarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial
mekanisme inilah yang terganggu. Arieska Ann Soenarta, 2008 menyatakan bahwa
Sodium adalah penyebab dari hipertensi
esensial, asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon
natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah. Sodium
secara eksperimental menunjukkan kemampuan untuk menstimulasi mekanisme
vasopressor pada susunan syaraf pusat. Defisiensi potasium akan berimplikasi terhadap terjadinya
hipertensi.
g. Gaya
hidup yang kurang sehat.
Walaupun
tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun kebiasaan merokok,
minum minuman beralkohol dan kurang olah raga dapat pula mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Marice, S (2010)
dalam penelitiannya mengenai hubungan
perilaku merokok, konsumsi makanan/minuman dan aktifitas fisik dengan
penyakit hipertensi pada responden obes usia dewasa di Indonesia yang
menyatakan bahwa responden yang mengkonsumsi makanan asin tidak terbukti ada
hubungan mengalami penyakit hipertensi.
Mubarok,
Khamim (2011), dalam penelitiannya mengenai Studi Prevalensi dan Faktor Risiko
Hipertensi Primer pada Nelayan di Pelabuhan Jepara dengan hasil penelitian
menunjukka bahwa prevalensi hipertensi primer di Pelabuhan Jepara sebesar 24,5
%.
Berdasarkan
analisis diketahui ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian
hipertensi primer (p = 0,0001), ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan
kejadian hipertensi primer (p = 0,02). ada hubungan antara tingkat penghasilan
engan kejadian hipertensi primer (p = 0,0001), ada hubungan antara kebiasaan
minum-minum berkafein dengan kejadian hipertensi primer (p = 0,0001), ada
hubungan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi primer(p = 0,0001).
Secara
umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan hipertensi.
Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi.
Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah.
Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan
garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (system pendarahan) yang
normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor
lain yang berpengaruh. Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olah
raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45
menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan
darah.
3.
Pencegahan
dan penanggulangan Penyakit Hipertensi
a. Pencegahan
Hipertensi
· Pengendalian
berat badan
· Pengurangan
asupan natrium klorida
· Mengurangi
konsumsi alcohol
· Meningkatkan
aktifitas fisik
· Pengendalian
stress
· Menjaga
pola makan
· Modifikasi
gaya hidup
· Diet
rendah garam / kolesterol/lemak jenuh
· Mengurangi
asupan garam dalam tubuh
· Batasi
konsumsi daging dan keju
· Makan
sayur dan buah yang berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang dan wortel.
· Konsumsi
makanan yang mengandung kalium, magnesium dan kalsium.
· Berhenti
merokok (setidaknya mengurangi kegiatan merokok)
· Hindari
obat yang bisa meningkatkan tekanan darah tinggi
· Kendalikan
diabetes
Cara
lain mencegah diabetes yaitu:
· Mengatasi
Obesitas.
Dengan
melakukan diet rendah kolesterol, namun kaya dengan serat dan protein.
Dianjurkan pula minum suplemen potassium dan kalsium. Minyak ikan yang kaya
dengan asam lemak omega-3 juga dianjurkan. Diskusikan dengan dokter ahli/ahli
gizi sebelum melakukan diet.
· Mengurangi
Asupan garam ke dalam tubuh.
Harus
memperhatikan kebiasaan makan penderita hipertensi. Pengurangan asupan garam
secara drastis akan sulit dilaksanakan, jadi sebaiknya dilakukansecara bertahap
dan tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal.
· Menghindari
stres.
Ciptakan
suasana yang menenangkan bagi pasien penderita hipertensi. Perkenalkan berbagai
metode relaksasi seperti yoga atau meditasi, yang dapat mengontrol sistem saraf
yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
· Memperbaiki
gaya hidup yang kurang sehat.
Anjurkan
kepada pasien penderita Hipertensi untuk melakukan olah raga seperti senam
aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain
itu menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi minum minuman beralkohol sebaiknya juga dilakukan.
b. Penanggulangan
Penanggulangan hipertensi dimulai dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat dan perbahan pola hidup kearah yang lebih
sehat. Faktor dominan yang menyebabkan hipertensi adalah pola makan dan
aktivitas tubuh. Akibat dua hal seiring bertambahnya usia semakin meningkatkan
resiko kemunculan penyakit. Pengendalian hipertensi antara lain yaitu :
· Diet
rendah garam, kolesterol, dan lemak jenuh. Mengurangi asupan garam ke dalam
tubuh. Harus memperhatikan kebiasaan makan penderita hipertensi. Pengurangan
asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan, jadi sebaiknya dilakukan
secara bertahap dan tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal.
· Behenti
merokok dan alkohol
· Latihan
fisik secara teratur
· Menghindari
stres. Buatlah suasana yang menenangkan dan lakukan relaksasi-relaksasi rutin
setiap hari. Hal ini penting untuk memberi efek ketenangan yang dapat
mengontrol sistem saraf sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
· Memperbaiki
gaya hidup yang kurang sehat. Penting melakukan olahraga seperti senam aerobik
atau jalan cepat sekitar 30 menit sebanyak beberapa kali dalam sepekan.
0 Komentar