Epidemiologi
Penyakit Menular
Penyakit
Polio
Kelompok 1 :
Rheina Magvira N20116001
Ni Putu Susianti N20116031
Moh.Sahrul N20116166
Ni Made Arinda
Wahyuni N20116176
Lustiawati N20116156
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Program Studi Kesehatan Masyarakat
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Permasalahan
kesehatan tahun 2012 khususnya terdapat pada bidang imunisasi dasar lengkap
yang termasuk didalam penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) harus mendapat perhatian lebih oleh banyak pihak. Penyakit menular yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) adalah penyakit yang diharapkan dapat
diberantas atau ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Imunisasi adalah
suatu cara yang dilakukan untuk menimbulkan ataupun meningkatkan kekebalan
tubuh seseorang terhadap paparan penyakit. Prevalensi kasus penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi terkadang menunjukan peningkatan maupun penurunan, tergantung
jenis penyakit menular.
Poliomyelitis
adalah penyakit menular, disebabkan oleh infeksi virus polio, terutama
menyerang pada anak-anak, dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Virus
polio telah menyebar di seluruh dunia termasuk Indonesia. Tahun 1998 WHO
mencanangkan dunia bebas polio pada tahun 2000, akan tetapi sampai saat ini
secara global dunia belum bisa bebas polio karena banyak Negara yang masih
mempunyai kasu poliomyelitis seperti India, Pakistan, Afganistan, Nigeria dll.
Negara-negara di wilayah Amerika, Eropa dan Asia Pasifik telah dinyatakan bebas
polio oleh WHO, sedangkan wilayah Asia Tenggara dan Afrika masih belum bebas.
Pencegahan dan
pemberantasan virus polio sebenarnya sangat mudah karena sudah ada vaksin yang
sangat bagus dan efektif yaitu vaksin polio oral (OPV) dan vaksin polio inaktif
(IPV), dan hanya manusia satu-satunya reservoir untuk penyebaran virus polio.
Penyebaran virus polio melalui fecal-oral. Anak yang infeksi virus mengekresi
virus polio melalui feces selama 14 hari, tetapi dapat juga ditemukan sampai 30
hari meskipun kemungkinannya sangat kecil. OPV biasa digunakan di Negara
berkebang karena harganya yang terjangkau dan mudah pemberiannya, sedangkan IPV
biasa digunakan di Negara maju karena efektivitasnya tinggi, tidak menimbulkan
masalah kelumpuhan pada penerima vaksin.
Dari uraian
diatas, yang melatarbelakangi yaitu untuk mengetahui tentang riwayat penyakit
alamiah, rantai penularan penyakit, jenis-jenis polio dan cara penanggulangan
dan pencegahan penyakit polio.
B. Rumusan Masalah
1. Jelskan
defenisi Penyakit Polio
2. Jelaskan
Jenis-jenis Polio
3. Jelaskan
Riwayat Alamiah Penyakit Polio
4. Jelaskan
Rantai penularan Penyakit Polio
5. Jelaskan
Upaya pencegahan dan pengobatan penyakit Polio
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui defenisi penyakit polio
2. Untuk
mengetahui jenis-jenis polio
3. Untuk
mengetahui riwayat alamiah penyakit polio
4. Untuk
mengetahui rantai penularan penyakit polio
5. Untuk
mengetahui upaya pencegahan dan pengobatan penyakit polio
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Defenisi
Polio
Polio merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
yang menyerang sistem saraf sehingga penderita menderita kelumpuhan. Virus yang
pada umumnya menyerang anak umur 0-3 tahun ini di tandai dengan munculnya
demam, sakit kepala, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit polio telah dilakukan melalui gerakan
imunisasi polio dan ditindak lanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi
secara aktif terhadap kasus-kasus acute flaccid paralysis (AFP) kelompok
umur <15 tahun dalam kurun waktu tertentu guna mencari kemungkinan adanya
virus polio liar yang berkembang di masyarakat. AFP merupakan kondisi abnormal
ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas
dan akhirnya dapat mengakibatkan kelumpuhan.
2.
Jenis-jenis Polio
a. Polio
Paralitik
Denervasi jaringan otot skelet sekunder oleh infeksi
poliovirus dapat menimbulkan kelumpuhan.Tanda-tanda awal polio paralitik ialah
panas tinggi, sakit kepala, kelemahan pada punggung dan leher, kelemahan
asimetris pada berbagai otot, peka dengan sentuhan, susah menelan, nyeri otot,
hilangnya refleks superfisial dan dalam, parestesia, iritabilitas, konstipasi,
atau suka buang air kecil. Kelumpuhan umumnya berkembang 1- 10 hari setelah
gejala awal mulai timbul Prosesnya berlangsung selama 2- 3 hari, dan biasanya
komplit seiring dengan turunnya panas.
b. Polio
spinal
Polio spinal adalah tipe poliomielitis paralisis yang paling
sering akibat invasi virus pada motor neuron di kornu anterior medula spinalis
yang bertanggung jawab pada pergerakan otot-otot, termasuk otot-otot
interkostal, trunkus, dan tungkai. Kelumpuhan maksimal terjadi cukup cepat (2-4
hari), dan biasanya timbul demam serta nyeri otot. Virus dapat merusak
otot-otot pada kedua sisi tubuh, tetapi kelumpuhannya paling sering
asimetris.Kelumpuhan seringkali lebih berat di daerah proksimal dari pada
distal.
c. Polio
Bulbar
Terjadi kira-kira 2% dari kasus polio paralitik. Polio
bulbar terjadi ketika poliovirus menginvasi dan merusak saraf-saraf di daerah
bulbar batang otak. Destruksi saraf-saraf ini melemahkan otot-otot yang
dipersarafi nervus kranialis, menimbulkan gejala ensefalitis, dan menyebabkan
susah bernafas, berbicara, dan menelan. Akibat gangguan menelan, sekresi mukus
pada saluran napas meningkat, yang dapat menyebabkan kematian. Polio
bulbospinal Kira-kira 19% dari semua kasus polio paralitik yang memberikan
gejala bulbar dan spinal; subtipe ini dikenal dengan polio respiratori atau
polio bulbospinal. Poliovirus menyerang nervus frenikus, yang mengontrol
diafragma untuk mengembangkan paru-paru dan mengontrol otot-otot yang
dibutuhkan untuk menelan.
3.
Riwayat Alamiah Penyakit Polio
1. Masa Inkubasi & Priode Klinis
Masa inkubasi & periode klinis Masa inkubasi polio biasanya 7-14 hari
dengan rentang 3-35 hari. Manusia merupakan satu-satunya reservoir dan
merupakan sumber penularan. Virus ditularkan antar manusia melalui rute oral-fekal.
Penularan melalui secret faring dapat terjadi bila keadaan higine sanitasinya
baik sehingga tidak memungkinkan terjadinya penularan oral-fekal. Makanan dan
bahan lain yang tercemar dapat menularkan virus, walaupun jarang terjadi.
2. Masa Laten & periode infeksi
Pada akhir inkubasi dan masa awal
gejala, para penderita polio sangat poten untuk menularkan penyakit. Setelah
terpakjan dari penderita, virus polio dapat ditemukan pada secret tenggorokan
36 jam kemudia dan masih bisa ditemukan sampai satu minggu, serta pada tinja
dalam waktu 72 jam sampai 3-6 minggu. Gejala awal biasanya terjadi selama 1-4
hari, yang kemudian menghilang. Gejala lain yang bisa muncul adalah nyeri
tenggorokan, rasa tidak enak di perut, demam ringan, lemas, dan nyeri kepala
ringan. Gejala klinis yang mengarahkan pada kecurigaan serangan virus polio
adalah adanya demam dan kelumpuhan akut. Kaki biasanya lemas tanpa gangguan
saraf perasa. Kelumpuhan biasanya terjadi pada tungkai bawah, asimetris, dan
dapat menetap selamanya yang bisa disertai gejala nyeri kepala dan muntah.
Biasanya terdapat kekakuan pada leher dan punggung setelah 24 jam.
Kelumpuhan sifatnya mendadak dan layuh,
sehingga sering dihubungkan dengan lumpuh layuh akut (AFP, acute flaccid
paralysis), biasanya menyerang satu tungkai, lemas sampai tidak ada gerakan.
Otot bisa mengecil, reflex fisiologi dan reflex patologis negative.
Gambar
Gejala yang timbul dari penyakit.
4.
Rantai Penularan penyakit Polio
Virus polio masuk kedalam tubuh
melalui mulut, menginfeksi sel yang pertama ditemuinya, yaitu di faring dan
mukosa saluran cerna. Virus ini masuk dan berikatan dengan immunoglobulin-like
receptor, yang dikenal sebagai reseptor poliovirus atau CD 155, pada membran
sel.10 Di dalam sel-sel saluran cerna, virus ini bertahan selama sekitar 1 minggu, kemudian
menyebar ke tonsil, jaringan limfoid saluran cerna dan kelenjar limfa
mesenterik dan servikal dimana virus ini berkembang biak. Selanjutnya, virus
ini masuk ke dalam aliran darah. Poliovirus dapat bertahan dan berkembang biak
dalam darah dan kelenjar limfa untuk waktu lama, kadang-kadang hingga 17 minggu.
5.
Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Polio
a. Pencegahan
Pencegahan
polio ialah dengan cara ERADIKASI POLIO. Sebenarnya upaya eradikasi polio sudah
berjalan sejak 1988-kurang lebih 17 tahun lalu. Saat itu, semua pihak
optimistis bisa memenuhi target eradikasi tahun 2005, bercermin dari
keberhasilan dunia membebaskan diri dari penyakit cacar. Dalam situs WHO
disebutkan, lebih dari 200 negara ikut berpartisipasi dan melibatkan 200 juta
sukarelawan dengan total investasi 3 miliar dollar AS. Sejak diluncurkannya
upaya eradikasi global itu, kasus polio turun drastis di seluruh dunia. Kalau
tahun 1988 masih terdapat 350.000 kasus polio, akhir tahun 2003 cuma ditemukan
700 kasus. Selain itu pencegahan nya dilakukan dengan imunisasi polio.
Ada 2 bentuk vaksin
yang dikenal dan digunakan dalam upaya pemberantasan polio, yaitu, (i) vaksin
dari virus yang dilemahkan dan diberikan secara oral (oral poliovaccine =
OPV), dan (ii) vaksin yang berasal dari virus yang dinonaktifkan dengan
formalin dandiberikan secara suntikan (injectable poliovaccine = IPV).
Pada umumnya banyak Negara menggantungkan upaya pemberantasan polio pada vaksin
oral (OPV) seperti yang direkomendasikan
oleh WHO. Pada tahun 1977, hanya 5% dari seluruh anak-anak di dunia yang telah
menerima 3 dosis OPV yang dipersyaratkan, tetapi pada tahun 1995 persentasi ini
meningkat menjadi 80% dan sejak tahun 1995 itu OPV telah berhasil mencegah sedikitnya
400.000 kasus poliomielitis paralitik setiap tahunnya. Karena OPV mengandung
virus hidup maka akan berkembang biak, menyebabkan infeksi dan menimbulkan
kekebalan.
Vaksinasi ulangan (booster)
penting sekali untuk mendapatkan kekebalan permanen. Vaksin menginduksi
pembentukan imunoglobulin M (IgM) dan IgG di dalam darah, dan juga sekresi antibodi
IgA di intestine yang menyebabkan tubuh menjadi resisten terhadap reinfeksi
polio. OPV trivalent umumnya digunakan di Amerika di mana imunisasi primer
dimulai pada usia 2 bulan, diberikan secara bersamaan dengan vaksinasi pertama
dari difteri-pertusis-tetanus (DPT). Dosis atau vaksinasi kedua dan ketiga diberikan
dalam interval 2 bulan sesudahnya dan dosis keempat diberikan pada usia 18 bulan.
Dosis multipel ini dianjurkan untuk memperoleh kekebalan maksimal terhadap
ketiga serotipe poliovirus tersebut. Booster vaksin trivalen
direkomendasikan untuk diberikan pada semua anak-anak ketika memasuki sekolah
dasar.
b. Pengobatan
Pengobatan
pada penderita polio tidak spesifik. Pengobatan ditujukan untuk meredakan
gejala dan pengobatan suportif untuk meningkatkan stamina penderita. Perlu
diberikan pelayanan fisioterapi untuk meminimalkan kelumpuhan dan menjaga agar
tidak terjadi atrofi otot. Perawatan ortopedik tersedia bagi mereka yang
mengalami kelumpuhan menetap. Pengendalian penyakit yang paling efektif adalah
pencegahan melalui vaksinasi dan surveilans A I P.
A.
Rehabilitasi Dilakukan dengan beristirahat dan
menempatkan pasien ke tempat tidur, memungkinkan anggota badan yang terkena
harus benar-benar nyaman. Jika organ pernapasan terkena, alat pernapasa terapi
fisik mungkin diperlukan. Jika kelumpuhan atau kelemahan berhubung pernapasan
diperlukan perawatan intensif. ·
B.
Prognosis Penyakit polio mempunyai prognosis yang
buruk, karena pada kasus kelumpuhan mengakibatkan kurang lebih 50-80 % kematian
yang disebabkan oleh polio. Selain itu karena belum dapat ditemukan obat yang
dapat menyembuhkan polio. Pemberian vaksin juga masih kurang efektif untuk
mencegah polio, karena banyak orang yang telah diberi vaksin polio tetapi masih
terkena penyakit ini.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
a.
Polio merupakan salah satu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf
sehingga penderita menderita kelumpuhan.
b.
Jenis-jenis polio ada 3
jenis yaitu polio Polio Paralitik, Polio spinal, Polio Bulbar.
c. Riwayat Alamiah Penyakit Polio
Masa inkubasi & periode klinis
Masa inkubasi polio biasanya 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari. Manusia
merupakan satu-satunya reservoir dan merupakan sumber penularan. Virus
ditularkan antar manusia melalui rute oro-fekal.
Pada akhir inkubasi dan masa awal
gejala, para penderita polio sangat poten untuk menularkan penyakit. Setelah
terpakjan dari penderita, virus polio dapat ditemukan pada secret tenggorokan
36 jam kemudia dan masih bisa ditemukan sampai satu minggu, serta pada tinja
dalam waktu 72 jam sampai 3-6 minggu. Gejala awal biasanya terjadi selama 1-4
hari, yang kemudian menghilang.
d. Rantai Penularan penyakit Polio Virus polio masuk kedalam tubuh
melalui mulut, menginfeksi sel yang pertama ditemuinya, yaitu di faring dan
mukosa saluran cerna. Virus ini masuk dan berikatan dengan immunoglobulin-like
receptor, yang dikenal sebagai reseptor poliovirus atau CD 155, pada membran
sel.10 Di dalam sel-sel saluran cerna, virus ini bertahan selama sekitar 1 minggu, kemudian
menyebar ke tonsil, jaringan limfoid saluran cerna dan kelenjar limfa
mesenterik dan servikal dimana virus ini berkembang biak. Selanjutnya, virus
ini masuk ke dalam aliran darah. Poliovirus dapat bertahan dan berkembang biak
dalam darah dan kelenjar limfa untuk waktu lama, kadang-kadang hingga 17 minggu.
Pencegahan dan penangulangan polio Ada 2 bentuk vaksin yang dikenal dan digunakan dalam upaya
pemberantasan polio, yaitu, (i) vaksin dari virus yang dilemahkan dan diberikan
secara oral (oral poliovaccine = OPV), dan (ii) vaksin yang berasal dari
virus yang dinonaktifkan dengan formalin dandiberikan secara suntikan (injectable
poliovaccine = IPV). Pengobatan pada penderita polio tidak spesifik.
Pengobatan ditujukan untuk meredakan gejala dan pengobatan suportif untuk
meningkatkan stamina penderita. Perlu diberikan pelayanan fisioterapi untuk
meminimalkan kelumpuhan dan menjaga agar tidak terjadi atrofi otot. Perawatan
ortopedik tersedia bagi mereka yang mengalami kelumpuhan menetap. Pengendalian
penyakit yang paling efektif adalah pencegahan melalui vaksinasi dan surveilans
A I P.
2.
Saran
Saran yang bisa di berikan yaitu
lebih meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kesehatan
mereka serta meningkatkna kemauan kesadaran pemerintah mengatasi masalah
kesehatan lebih sungguh-sungguh lagi.
Daftar Pustaka
Dianti, 2016, “Gambaran
Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Yang Mempunyai Anak Balita Usia 0-59 Bulan Terhadap
Pelaksanaan Pin Polio Di Rt.009 Rw.012 Kelurahan Koja Jakarta Utara Tahun
2016”, Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya
Jaya, Vol 2, ISSN 2442-501.
Gendrowahyuhono
Dkk, 2010, “Eradikasi Polio Dan Ipv (Inactivated Polio Vaccine)”, Media Litbang Kesehatan, Vol 20, hlm
149-150.
Hartono, 2016,” Eradiksi dan babak Akhir Polio:Peran Tenaga Kesehatan Indonesia”, Eradikasi Dan
Babak Akhir Polio, Vol. 4.
Lely, 2015, “Rehabilitasi
Medik Pada Poliom”, Jurnal Biomedik (JBM), Vol 7, hlm
117-122.
Widoyono, 2008, Penyakit
Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya, Jakarta, Penerbit Erlangga.
0 Komentar