Epidemiologi
Kanker Payudara
1.
Pengertian
Kanker Payudara
Kanker payudara adalah
tumor ganas pada
jaringan payudara. Jaringan payudara terdiri
dari kelenjar susu
(kelenjar pembuat air
susu), saluran kelenjar (saluran air susu), dan jaringan
penunjang payudara. Oleh Word Health Organization (WHO) penyakit ini dimasukkan ke dalam International Classification of
Disease (ICD) dengan kode 174-175.
Kanker payudara
terjadi karena adanya
kerusakan pada gen
yang mengatur pertumbuhan
dan diffrensiasi sehingga
sel itu tumbuh
dan berkembang biak
tanpa dapat dikendalikan. Penyebaran
kanker payudara terjadi
melalui pembuluh getah bening dan tumbuh
di kelenjar getah
bening, sehingga kelenjar getah bening aksila ataupun supraklavikula membesar. Kemudian melalui
pembuluh darah kanker menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati dan otak.
2.
Teori
terjadinya Kanker
Perubahan yang terjadi pada sel, terutama disebabkan oleh sinar
UV, sinar X dan bahan-bahan kimia penyebab kanker. Yang termasuk bahan-bahan
kimia penyebab kanker adalah Benzopyrene, yakni zat berbahaya yang terjadi
akibat adanya pembakaran. Benzopyrene biasa ditemukan pada produk-produk yang
dimasak dengan api atau pengasapan. Benzopyrene mengakibatkan timbulnya sebuah
zat tertentu yang secara kimia bisa mengikat DNA dan ikatan inilah yang
kemudian mengakibatkan terjadinya perubahan struktur DNA.
Perubahan ini merugikan proses pembelahan sel dan sebaliknya
menguntungkan proses “Mutasi.” Semakin lama seseorang mengkonsumsi tembakau,
maka semakin besar pula zat-zat penyebab kanker yang dihisap oleh si perokok,
sehingga semakin tinggi pula resiko- bahwa zat-zat penyebab kanker yang telah
ia hisap tersebut, akan menjadi pemicu terjadinya perubahan struktur dalam gen.
Resiko terjadinya “Mutasi” akan semakin bertambah seiring dengan
pertambahan usia, hal ini dikarenakan tubuh seseorang yang semakin berumur
bekerja tak seoptimal dulu. Inilah yang dengan mudah bisa memicu terjadinya
kesalahan pada pembelahan sel.
A.
Gejala
a)
Fase awal
kanker payudara asimtomatik
(tanpa tanda dan
gejala). Tanda dan
gejala yang paling
umum adalah benjolan
dan penebalan pada payudara. Kebanyakan
kira-kira 90% ditemukan
oleh penderita sendiri.
Kanker payudara pada stadium dini biasanya tidak menimbulkan keluhan.
b)
Fase
lanjut :
1)
Bentuk
dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.
2)
Luka pada
payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.
3)
Eksim pada
puting susu dan
sekitarnya sudah lama
tidak sembuh walau diobati.
4)
Puting sakit,
keluar darah, nanah
atau cairan encer
dari puting atau
keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau tidak menyusui.
5)
Puting
susu tertarik ke dalam.
6)
Kulit
payudara mengerut seperti kulit jeruk (peud d’orange).
c)
Metastase
luas, berupa :
1)
Pembesaran
kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
2)
Hasil
rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
3)
Peningkatan
alkali fosfatase atau
nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke tulang.
4)
Fungsi
hati abnormal.
Di Indonesia, kanker payudara masih menjadi masalah besar karena
lebih dari 70% pasien datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut dengan
berbagai bentuk luka, antara lain tumor melekat pada kulit dan jaringan
dibawahnya serta penyebaran pada
kelenjar getah bening
regional. Gejala lain
yang mungkin timbul
adalah batuk dan sesak
nafas karena metastasis
tumor pada paru,
sakit di punggung
akibat metastasis pada tulang
belakang, berat badan semakin menurun dan anemia.
B.
Stadium
Dibawah ini pembagian
stadium klinis Portman
yang disesuaikan dengan
aplikasi klinik :
a)
Stadium I
:Tumor terbatas dalam payudara,
bebas dari jaringan sekitarnya, tidak
ada klasifikasi/infiltrasi berkulit dan jaringan dibawahnya. Besar tumor
1-2 cm. KGB (Kelenjar Getah Bening) regional belum teraba.
b)
Stadium
II : Sama dengan
stadium I, besar
tumor 2-5 cm,
sudah ada KGB
aksila (+), tetapi masih bebas dengan diameter kurang 2
cm.
c)
Stadium
IIIA : Tumor berukuran 5-10 cm, tetapi masih bebas dari jaringan sekitarnya,
KGB aksila masih bebas satu sama lain.
d)
Stadium
IIIB : Tumor meluas
dalam jaringan payudara ukuran
5-10 cm, fiksasi
pada kulit/dinding dada,
kulit merah dan
ada edema (lebih dari
1/3 permukaan kulit
payudara), ulserasi, nodul satelit,
KGB aksila melekat
satu sama lain
atau ke jaringan
sekitarnya dengan diameter
2-5 cm dan belum ada metastasis jauh.
e)
Stadium
IV : Tumor seperti
stadium I, II
atau III tetapi
sudah disertai dengan
KGB aksila supraklavikula dan metastasis jauh.
3.
Epidemiologi
Kanker Payudara
Distribusi dan frekuensi semua wanita memiliki risiko terkena
kanker payudara. Kanker payudara juga bisa menyerang pria dengan perbandingan 1
: 100 antara pria dengan wanita. Kanker
payudara ditemukan di
seluruh dunia.
Tahun 2003, insidens kanker payudara di Belanda 91 per 100.000
penduduk, Amerika 71,7 per 100.000 penduduk, Swiss 70 per 100.000
wanita, Australia 83,2
per 100.000 penduduk,
Kanada 84,7, Indonesia 26 per
100.000 wanita pada tahun 2002
dan Jepang 16
per 100.000 penduduk.
Kanker payudara lebih
sering dijumpai pada
umur 40-49 tahun
yaitu sebesar 30,35%. Menurut
Sukardja yang dikutip
oleh Arlinda (2002)
di Amerika frekuensi
kanker payudara tertinggi
ditemukan pada umur
40-50 tahun. Demikian juga
di Jepang yaitu sebesar 40,6% kanker payudara ditem
4.
Faktor
risiko Kanker Payudara
Beberapa
faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya kanker payudara adalah :
a.
Usia
Risiko utama kanker
payudara adalah bertambahnya usia.
Berdasarkan penelitian
American Cancer Society tahun
2006 diketahui usia
lebih dari 40 tahun
mempunyai risiko yang
lebih besar untuk
mendapatkan kanker payudara yakni 1 per 68 penduduk dan risiko ini
akan bertambah seiring dengan pertambahan
usia yakni menjadi
1 per 37
penduduk usia 50
tahun, 1 per 26 penduduk usia 60
tahun dan 1 per 24 penduduk usia 70 tahun. Kanker payudara juga ditemukan pada
usia <40 tahun namun jumlahnya
lebih sedikit yakni
1 per 1.985
penduduk usia 20
tahun dan 1
per 225 penduduk
usia 30 tahun. Data American
Cancer Society (2007)
melaporkan 70% perempuan didiagnosa menderita kanker
payudara di atas usia 55.
b.
Jenis
Kelamin
Kanker payudara lebih
banyak ditemukan pada
wanita. Pada pria
juga dapat terjadi
kanker payudara, namun
frekuensinya jarang hanya
kira-kira 1% dari
kanker payudara pada wanita.
c.
Riwayat
Reproduksi
Riwayat reproduksi dihubungkan
dengan banyak paritas,
umur melahirkan anak pertama
dan riwayat menyusui
anak. Wanita yang
tidak mempunyai anak
atau yang melahirkan
anak pertama di
usia lebih dari
30 tahun berisiko
2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang melahirkan pertama di bawah
usia 30 tahun. Wanita
yang tidak menyusui
anaknya mempunyai risiko
kanker payudara 2 kali
lebih besar. Kehamilan
dan menyusui mengurangi
risiko wanita untuk terpapar dengan
hormon estrogen terus. Pada wanita menyusui, kelenjar payudara
dapat berfungsi secara
normal dalam proses
laktasi dan menstimulir sekresi hormon progesteron yang
bersifat melindungi wanita dari kanker payudara.
d.
Riwayat
Kanker Individu
Penderita yang pernah
mengalami infeksi atau
operasi tumor jinak
payudara berisiko 3-9 kali
lebih besar untuk
menderita kanker payudara.
Penderita tumor jinak payudara seperti kelainan fibrokistik berisiko 11
kali dan penderita yang mengalami operasi tumor ovarium mempunyai risiko 3-4
kali lebih besar.
e.
Riwayat
Kanker Keluarga
Secara genetik, sel-sel pada tubuh individu dengan riwayat
keluarga menderita kanker sudah memiliki
sifat sebagai embrio
terjadinya sel kanker.
Menurut sutjipto (2000) yang
dikutip oleh Elisabet
T, kemungkinan terkena
kanker payudara lebih
besar 2 hingga
4 kali pada
wanita yang ibu
dan saudara perempuannya mengidap penyakit kanker
payudara.
f.
Menstruasi
cepat dan Menopause lambat
Wanita yang mengalami
menstruasi pertama (Menarche) pada usia
kurang dari 12 tahun berisiko 1,7 hingga 3,4 kali lebih tinggi daripada
wanita dengan menstruasi yang datang pada usia normal atau lebih dari 12 tahun
dan wanita yang mengalami masa
menopausenya terlambat lebih
dari 55 tahun
berisiko 2,5 hingga 5 kali lebih
tinggi. Wanita yang menstruasi pertama di usia kurang dari 12
tahun dan wanita
yang mengalami masa
menopause terlambat akan
mengalami siklus menstruasi lebih
lama sepanjang hidupnya yang
mengakibatkan keterpaparan lebih lama dengan hormon estrogen.
g.
Pajanan
Radiasi
Wanita yang terpapar penyinaran (radiasi) dengan dosis tinggi di
dinding dada berisiko 2 hingga 3 kali lebih tinggi.
h.
Obesitas
dan Konsumsi makanan lemak tinggi
Wanita yang mengalami kelebihan berta badan (obesitas) dan
individu dengan konsumsi tinggi lemak berisiko 2 kali lebih tinggi dari yang
tidak obesitas dan yang tidak sering
mengkonsumsi makanan tinggi
lemak. Risiko ini
terjadi karena jumlah
lemak yang berlebihan
dapat meningkatkan kadar
estrogen dalam darah sehingga akan
memicu pertumbuhan sel-sel kanker.
5.
Pencegahan
Kanker Payudara
Pencegahan kanker payudara
adalah pencegahan yang
bertujuan menurunkan
insidens kanker payudara
dan secara tidak
langsung akan menurunkan
angka kematian akibat kanker
payudara.
A.
Pencegahan
Primordial
Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada
orang sehat yang belum
memiliki faktor risiko.
Upaya ini dimaksudkan dengan
menciptakan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan
kanker payudara tidak
mendapat dukungan dasar
dari kebiasaan, gaya
hidup dan faktor
risiko lainnya. Pencegahan
primordial dilakukan melalui
promosi kesehatan yang
ditujukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
B.
Pencegahan
Primer
Pencegahan primer pada
kanker payudara dilakukan
pada orang sehat
yang sudah memiliki
faktor risiko untuk
terkena kanker payudara.
Pencegahan primer dilakuka n melalui upaya menghindarkan diri
dari keterpaparan berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
Konsep dasar dari
pencegahan primer adalah
menurunkan insidens kanker
payudara yang dapat dilakukan
dengan :
a)
Mengurangi
makanan yang mengandung lemak tinggi.
b)
Memperbanyak
aktivitas fisik dengan berolah raga.
c)
Menghindari
terlalu banyak terkena sinar-x atau jenis radiasi lainnya.
d)
Mengkonsumsi
makanan yang mengandung banyak serat. Serat
akan menyerap zat-zat
yang bersifat karsinogen
dan lemak, yang
kemudian membawanya keluar melalui feses.
e)
Mengkonsumsi produk
kedelai serta produk
olahannya seperti tahu
atau tempe. Kedelai
mengandung flonoid yang berguna
untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi sebagai
estrogen nabati (fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel pada reseptor
estrogen sel-sel epitel saluran kelenjar susu, sehingga akan menghalangi
estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya
sel kanker.
f)
Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan
dan sayuran, terutama
yang mengandung vitamin
C, zat an tioksidan
dan fitokimia seperti
jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak,
kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.
Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh
penderita sendiri daripada oleh
dokter. Karena itu,
wanita harus mewaspadai
setiap perubahan yang
terjadi pada payudara.
Untuk mengetahui perubahan-perubahan tersebut
dilakukan pemeriksaan sederhana
yang disebut pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). SADARI sebaiknya
dilakukan setiap bulan
secara teratur. Cara
ini sangat efektif di
Indonesia karena tidak
semua rumah sakit
menyediakan fasilitas
pemeriksaan memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan
pada payudara dari
bulan ke bulan.
Pemeriksaan optimum dilakukan
pada sekitar 7-14
hari setelah awal siklus
menstruasi karena pada
masa itu retensi
cairan minimal dan
payudara dalam keadaan
lembut dan tidak
membengkak sehingga jika
ada pembengkakan akan
lebih mudah ditemukan.
Jika sudah menopause
maka pilihlah satu hari
tertentu, misalnya hari
pertama untuk mengingatkan
melakukan SADARI setiap bulan.
C.
Pencegahan
Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan
untuk mengobati para penderita
dan mengurangi akibat -akibat yang
lebih serius dari
penyakit kanker payudara
melalui diagnosa dan deteksi dini
dan pemberian pengobatan.
a.
Diagnosa
Kanker Payudara
Diagnosa kanker payudara dapat dilakukan dengan beberapa
pemeriksaan yaitu :
a)
Anamnesa
· Anamnesa terhadap keluhan di payudara atau ketiak apakah ada
benjolan, rasa sakit, edema lengan atau kelainan kulit.
· Anamnesa terhadap keluhan
di tempat lain
berhubungan dengan metastasis seperti nyeri tulang vertebrata,
sesak, batuk dan lain-lain.
· Anamnesa terhadap
faktor-faktor risiko (usia,
riwayat keluarga, riwayat
kanker individu dan konsumsi lemak).
b)
Pemeriksaan
Fisik
Ketepatan mendiagnosa kanker
payudara dengan pemeriksaan
fisik sekitar 70%. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap
status lokalis payudara kanan atau kiri
atau bilateral dan
penderita harus diperiksa
dalam posisi duduk
dan terlentang. Kemudian payudara
diperiksa sehubungan dengan perubahan kulit, perubahan puting
susu, status kelenjar
getah bening dan
pemeriksaan pada lokasi metastasis jauh.
c)
Pemeriksaan
Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini dilakukan pada lesi yang secara klinis dan
radiologi dicurigai ganas. Biopsi jarum
halus dilakukan dengan
menusuk tumor dengan
jarum halus dan disedot dengan
spuit 10 cc sampai jaringan tumor lepas dan masuk ke dalam jarum. Kemudian
jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli Patologi Anatomi untuk
mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna).
d)
Pemeriksaan
Radio logik
Pemeriksaan radiologik dilakukan
dengan menggunakan Mammografi
dan USG (Ultrasonografi)
payudara. Mammografi merupakan tindakan
pemeriksaan payudara dengan
menggunakan sinar X berintensitas rendah.
Tujuan pemeriksaan ini
adalah untuk melihat
ada tidaknya benjolan
pada payudara. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk perempuan dengan
keluhan perihal payudara, baik setelah ditemukan maupun sebelum ditemukan
adanya benjolan dan sebagai check up kanker payudara. American Cancer Society
dalam programnya menganjurkan sebagai berikut :
· Untuk perempuan berumur
35-39 tahun, cukup
dilakukan 1 kali
mammografi dasar (Baseline Mammogram).
· Untuk perempuan berumur
40-50 tahun, mammografi
silakukan 1 atau 2
tahun sekali.
Untuk perempuan berumur
di atas 50
tahun, mammografi dilakukan
setahun sekali.USG sangat bermanfaat jika digunakan bersamaan dengan mammografi
untuk tujuan diagnostik untuk membantu membedakan kista berisi cairan atau
solid. Untuk menentukan stadium dapat menggunakan foto thoraks, USG abdomen,
Bone Scanning (Scan tulang) dan CT Scan
0 Komentar