Iklan atas - New

Klasifikasi PJK (penyakit jantung koroner)


Klasifikasi PJK
a.    Pengertian Penyakit Jantung Koroner (Coronary Heart Disease)
Penyakit Jatung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Jantung diberi oksigen dalam darah melalui arteri-arteri koroner utama yang bercabang menjadi sebuah jaringan pembuluh lebih kecil yang efisien.
b.    Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner
Menurut Huon Gray (2002:113) penyakit jantung koroner diklasifikasikan menjadi 3, yaitu Silent Ischaemia (Asimtotik), Angina Pectoris, dan Infark Miocard Akut (Serangan Jantung). Berikut adalah penjelasan masing-masing klasifikasi PJK :
·      Silent Ischaemia (Asimtotik)
Banyak dari penderita silent ischaemia yang mengalami PJK tetapi tidak merasakan ada sesuatu yang tidak enak atau tanda-tanda suatu penyakit.
·      Angina Pectoris
Angina pectoris terdiri dari dua tipe, yaitu Angina Pectoris Stabil yang ditandai dengan keluhan nyeri dada yang khas, yaitu rasa tertekan atau berat di dada yang menjalar ke lengan kiri dan Angina Pectoris tidak Stabil yaitu serangan rasa sakit dapat timbul,8 baik pada saat istirahat, waktu tidur, maupun aktivitas ringan. Lama sakit dada jauh lebih lama dari sakit biasa. Frekuensi serangan juga lebih sering.
·      Infark Miocard Akut (Serangan Jantung)
Infark miocard akut yaitu jaringan otot jantung yang mati karena kekurangan oksigen dalam darah dalam beberapa waktu. Keluhan yang dirasakan nyeri dada, seperti tertekan, tampak pucat berkeringat dan dingin, mual, muntah, sesak, pusing, serta pingsan.

c.    Penyebab Penyakit Jantung Koroner
Penyebab PJK terdiri dari beberapa faktor dan dinamakan faktor risiko. Faktor risiko merupakan faktor-faktor yang keberadaannya berkedudukan sebelum terjadinya penyakit. Secara garis besar faktor risiko PJK dapat dibagi dua, yaitu faktor risiko yang dapat diubah / modifiable (kolesterol, hipertensi, merokok, obesitas, diabetes melitus, kurang aktifitas fisik, stres) dan faktor risiko yang tidak dapat diubah / non modifiable (riwayat keluarga, jenis kelamin, usia).
Berdasarkan penelitian terdahulu tentang diagnosa penyakit jantung koroner, maka dalam penelitian ini digunakan faktor risiko (variabel input) seperti jenis kelamin, usia, denyut nadi, tekanan darah sistolik, kolesterol, gula darah sewaktu, trigliserida, elektrokardiogram. Serta dengan tambahan gejala terjadinya penyakit jantung koronerseperti nyeri dada, sesak nafas dan batuk. Berikut ini adalah uraian tentang variabel input yang digunakan, yaitu :
·      Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih besar terkena PJK dibandingkan dengan wanita. Akan tetapi, pada wanita yang sudah menopause risiko PJK meningkat. Hal itu berkaitan dengan penurunan hormon estrogen yang berperan penting dalam melindungi pembuluh darah dari kerusakan yang memicu terjadinya aterosklerosis.
·      Usia
Hasil penelitian terdahulu terbukti bahwa semakin bertambahnya usia, risiko terkena PJK semakin tinggi, dan pada umumnya dimulai pada usia 40 tahun ke atas.
·      Denyut Nadi
Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang darah yang mengalir melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung.


·      Tekanan Darah Sistolik
Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung. Istilah ini sering digunakan untuk merujuk pada tekanan arterial maksimum saat terjadi kontraksi pada lobus ventrikular kiri dari jantung. Rentang waktu terjadinya kontraksidisebut systole.
·      Kolesterol
Kolesterol ditranspor dalam darah dalam bentuk lipoprotein, 75%merupakan lipoprotein densitas rendah (low densitylipoprotein/LDL) dan 25% merupakan lipoprotein densitas tinggi(high density lipoprotein/HDL). Kadar kolesterol LDL yang rendahmemiliki peran yang baik pada PJK dan terdapat hubungan terbalikantara kadar HDL dan risiko terjadinya PJK.
·      Gula Darah Sewaktu
Gula darah sewaktu adalah tingkat glukosa di dalam darah padawaktu itu (saat pemeriksaan). Konsentrasi gula darah atau tingkatglukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yangdialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-seltubuh.
·      Trigliserida
Trigliserida merupakan satu macam lemak yang terdapat dalam tubuh, yang di dalam cairan darah dikemas dalam bentuk partikel lipoprotein.
·      Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram adalah rekaman aktivitas listrik jantung, yang digunakan untuk mendiagnosa aritmia jantung, iskemia miokard dan infark miokard 11.
·      Nyeri dada
Gejala nyeri dada dirasakan oleh sekitar 1/3 penderita PJK. Nyeridirasakan di bagian tengah dan menyebar ke leher, lengan, dagu. Rasa nyeri sering disertai rasa seperti diremas atau dicengkeram,dan hal ini disebabkan karena jantung kekurangan darah danoksigen. Terkadang nyeri tidak dirasakan, tetapi hanya merasakantidak enak badan saja.
·      Sesak Nafas
Bila jantung tidak dapat memompa sebagaimana mestinya, cairan cenderung dapat berkumpul di jaringan dan paru, sehingga menyebabkan kesulitan bernafas waktu berbaring.
·      Batuk
Batuk merupakan tindakan refleks naluriah atau mekanisme kerjatubuh untuk mengusir benda asing yang dapat mengiritasi saluranpernapasan.
2.    Epidemiologi PJK
PJK tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga berisiko terkena PJK meskipun kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang berumur 65 tahun ke atas, ditemukan 20 % PJK pada laki-laki dan 12 % pada wanita. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan bahwa sekitar 17 juta orang meninggal tiap akibat penyakit kardiovaskuler, terutama PJK (7,2 juta) dan stroke (5,5 juta). (WHO, 2002)
Dewasa ini Penyakit Jantung koroner/Coronary Artery Disease (PJK/CAD) merupakan salah satu penyakit jantung yang sangat penting karena penyakit ini di derita oleh jutaan orang dan merupakan penyebab kematian utama di beberapa Negara termasuk Indonesia. Sebagai gambaran, di Amerika Serikat dilaporkan jumlah penderita PJK (Infark Miokard Akut) baru adalah 1,5 juta per tahun (1 penderita tiap 20 detik).
Di Indonesia, Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi jantung koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi jantung koroner berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7 persen. Sementara prevalensi jantung koroner menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%).
Pada hasil riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan bahwa Prevalensi gagal jantung berdasar wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,13 persen, dan yang terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3 persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi DI Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%). Prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar 0,5 persen.
Kemudian Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter serta yang didiagnosis dokter atau gejala meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2,0 persen dan 3,6 persen, menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi PJK yang didiagnosis dokter maupun berdasarkan diagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada perempuan (0,5% dan 1,5%). Prevalensi PJK lebih tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak bekerja. Berdasar PJK terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi di perkotaan, namun berdasarkan terdiagnosis dokter dan gejala lebih tinggi di perdesaan dan pada kuintil indeks kepemilikan terbawah.
Salah satu factor risiko dari penyakit jantung adalah hipertensi dan Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) dan  Prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak bekerja, kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik.
Sedangkan Pada analisis hipertensi terbatas pada usia 15-17 tahun menurut JNC VII 2003 didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 persen (laki-laki 6,0% dan perempuan 4,7%), perdesaan (5,6%) lebih tinggi dari perkotaan (5,1%). (RISKESDAS. 2013)
Penyakit jantung terdistribusi dalam masyarakat berdasarkan karakteristik masyarakat dan lingkungannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa distribusi PJK adalah:
·      Lebih banyak pada masyarakat negara berkembang dibandingkan negara sedang berkembang.
·       Lebih banyak ditemukan pada daerah perkotaan dibandingkan daerah pedesaan.
·      Lebih banyak mengenai golongan masyarakat sosial ekonomi menengah ke atas dibandingkan sosial ekonomi lemah.
·      Lebih banyak mengenai pria daripada wanita; namun yang lebih banyak meninggal adalah wanita.
·      Meninggi setelah berumur 40 tahun. Risiko tinggi sudah terjadi jika memasuki umur 50 tahun.
·      Tinggi angka kematiannya, lebih banyak yang meninggal daripada yang selamat. 
3.    Straregi pencegahan dan promosi kesehatan mengenai masalah PJK di Indonesia
Promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah dilakukan pada seluruh fase kehidupan melalui pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperti organisasi profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) media massa, dunia usaha dan lain- lain dengan tujuan untuk memacu kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah. Upaya promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah pada masyarakat yang masih sehat dan masyarakat yang berisiko, dengan tidak melupakan masyarakat yang berpenyakit dan masyarakat yang menderita kecacatan dan memerlukan rehabilitasi Untuk itu kebijakan promosi dan pencegahan peyakit jantung dan pembuluh darah sebagai berikut :
·      Promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah dikembangkan melalui upaya-upaya yang mendorong memfasilitasi diterbitkannya kebijakan yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit jatung dan pembuluh darah.
·      Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah dilakukan melalui pengembangan kemitraan antara pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi termasuk dunia masyarakat yang masih sehat dan masyarakat yang berisiko, dengan tidak melupakan masyarakat yang berpenyakit dan masyarakat yang menderita kecacatan dan memerlukan rehabilitasi usaha dan swasta.
·      Promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam semua pelayanan kesehatan yang terkait dengan penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah.
·      Promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah didukung oleh tenaga profesional melalui peningkatan kemampuan secara terus menerus (capacity building).
·      Promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah dikembangkan dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai dengan masalah potensi dan sosial budaya untuk meningkatkan efektifitas intervensi yang dilakukan di bidang penanggulangan.
a.    Pencegahan Harus Dilakukan Sedini Mungkin.
·      Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya pencegahan yang dilakukan sebelum seseorang menderita PJK. Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk menghambat berkembangnya dan meluasnya faktor-faktor risiko PJK. Upaya pencegahan ini berupa :
-       Peningkatan kesadaran pola hidup sehat. Upaya ini lebih baik dilakukan sejak bayi dengan tidak membiarkan bayi jadi gemuk dan merubah kriteria bayi gemuk sebagai pemenang kontes bayi sehat. Kegemukan pada bayi akan lebih memudahkan waktu ia dewasa. Demikian pula pendidikan dan pengamalan pola hidup sehat, harus dimulai sejak balita. Menganjurkan anak-anak banyak makan sayuran dan buah serta menghindari makanan yang kurang mengandung serat dan banyak kolesterol seperti Pizza Hut, Mc Donal's, CFC, KFC dan lain-lain. Kampanye stop rokok memang terasa sulit, namun perlu dibudayakan. Bagi orang yang sudah merasakan sakitnya angina pektoris, mungkin lebih mudah, tetapi bagi yang belum merasakanya mungkin memerlukan bantuan orang lain seperti anak dan istrinya. Berhenti merokok merupakan target yang harus dicapai, juga hindari asap rokok dari lingkungan, kurangi atau stop minum alkohol. Melakukan olahraga secara teratur. Biasakan setiap hari untuk melakukan olah raga, setidaknya 3 – 5 kali perminggu dapat melakukan olah raga selama 30 menit sangat berguna untuk kesehatan jantung kita.
-       Pemeriksaan kesehatan secara berkala Banyak orang yang sudah menginjak usia senja (usia diatas 40 tahun) tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis ataupun dislipidemia (kelebihan kolesterol), karena mereka enggan memeriksakan diri ke dokter atau mungkin pula penyakit tersebut tidak memberikan suatu keluhan. Tidak jarang diantara mereka ini kemudian meninggal mendadak karena serangan jantung. Karena itu pemeriksaan kesehatan dalam rangka pencegahan primer perlu dilakukan terutama pada orang sehat (tanpa keluhan) diatas usia 40 tahun, anak dari orang tua dengan riwayat hipertensi, diabetes melitus, familier dislipidemia, mati mendadak pada usia kurang dari 50 tahun, Obesitas.
b.    Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang yang sudah menderita PJK. Tujuan Pencegahan Sekunder adalah supaya tidak terjadi komplikasi lebih lanjut, tidak merasa invalid (cacat di masyarakat), dan status psikologis penderita menjadi cukup mantap. Untuk itu kiranya perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikiut :
-       Pemeriksaan fisik yang lebih teliti untuk mengetahui kemampuan jantung dalam melaksanakan tugasnya.
-       Mengendalikan faktor risiko yang menjadi dasar penyakitnya
-       Pemeriksaan treadmill test untuk menentukan beban/aktivitas fisik sehari-hari.
-       Pemeriksaan laboratorium secara rutin
-       Pemeriksaan Ekokardiografi (EKG) untuk melihat seberapa berat otot jantung yang telah mati.
Dilakukan pemeriksaan Angiografi koroner untuk melihat pembuluh darah koroner mana yang tersumbat dan seberapa berat sumabatannya

Posting Komentar

0 Komentar