Makalah
Surveilans
Epidemiologi
Penyakit
Nosokomial
Dosen Pengampuh: Dilla Srikandi Syahadat, S.KM., M.Kes
Disusun Oleh
Kelompok IV:
Nur Fajriah Humairah (N
201 16 056)
Nining Fitra Handayani (N
201 16 071)
Nastesya Gebriella (N
201 16 111)
Karmila (N 201 16 151)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat-Nya lah, kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini, yang merupakan salah satu tugas
mata kuliah Dasar-dasar Epidemiologi. Makalah ini membahas segala hal yang berkaitan dengan Surveilans
Penyakit Nosokomial, yang diharapakan dapat membantu untuk memahami materi
tersebut.
Dalam penyusunan tugas makalah ini, tidak
sedikit hambatan yang kami hadapi. Dan kami menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan dari berbagai pihak. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing dan juga
pembaca dimohon masukannya demi perbaikan makalah ini.
Palu,25 Desember 2017
Kelompok IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................... 4
A.
Latar Belakang.......................................................................................... 5
B.
Rumusan Masalah...................................................................................... 5
C.
Tujuan
Penulisan........................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................................ 6
A.
Pengertian dan
Dasar Hukum Penyakit Infeksi Nosokomial.................... 6
B.
Bentuk Surveilans
Infeksi Noskomial....................................................... 7
C.
Data Seurveilans
Infeksi Nosokomial di Indonesia.................................. 9
BAB
III PENUTUP.................................................................................................. 12
A.
Kesimpulan............................................................................................. 12
B.
Saran....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 14
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Infeksi nosokomial terjadi di
seluruh dunia dan dampaknya mempengaruhi terutama pada negara berkembang dan
negara yang miskin sumber daya. Infeksi yang diperoleh dalam perawatan
pelayanan kesehatan sebagai penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas
antara pasien rawat inap (WHO, 2002).
Selama 10-20 tahun belakangan ini
telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari masalah utama meningkatnya
angka kejadian infeksi nosokomial dan di beberapa Negara, kondisinya justru
sangat memprihatinkan. Keadaan ini justru memperlama waktu perawatan dan
perubahan pengobatan dengan obat-obatan mahal akibat resistensi kuman, serta
penggunaan jasa di luar rumah sakit. Karena itu di negara-negara miskin dan
berkembang, pencegahan infeksi nosokomial lebih diutamakan untuk dapat
meningkatkan kualitas pelayanan pasien di rumah sakit.
Kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi ini adalah lamanya rawat
inap yang tentunya akan membutuhkan biaya yang lebih banyak dari perawatan
normal bila tidak terkena infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat menyebabkan
kematian bagi pasien.
Dalam Kepmenkes No. 129 tahun 2008 ditetapkan suatu standar minimal pelayanan rumah sakit,
termasuk didalamnya pelaporan kasus infeksi nosokomial untuk melihat sejauh
mana rumah sakit melakukan pengendalian terhadap infeksi ini. Data infeksi
nosokomial dari surveilans infeksi nosokomial di setiap rumah sakit dapat
digunakan sebagai acuan pencegahan infeksi guna meningkatkan pelayanan medis
bagi pasien (Kepmenkes, 2008).
Studi tentang infeksi nosokomial meliputi pemahaman penyebab
infeksi tersebut, karakteristik pasien yang terinfeksi, dan seberapa sering
infeksi ini terjadi. Dengan mengidentifikasi karakteristik pasien yang berada
pada risiko tertinggi untuk infeksi, kita dapat lebih efektif mengarahkan dan
memprioritaskan pencegahan dan pengendalian usaha.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
dan dasar hukum penyakit infeksi nosokomial?
2.
Apa saja bentuk
surveilans infeksi nosokomial?
3.
Apa saja data
terbaru seurveilans infeksi nosokomial di Indonesia?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian dan dasar hukum penyakit infeksi nosokomial.
2.
Untuk
mengetahui bentuk surveilans infeksi noskomial.
3.
Untuk
mengetahui data terbaru seurveilans infeksi nosokomial di Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan
Dasar Hukum Penyakit Infeksi Nosokomial
Infeksi
Nosokomial adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau pasien saat
dilakukan perawatan di rumah sakit. Jenis yang paling sering adalah infeksi
luka bedah dan infeksi saluran kemih dan saluran pernafasan bagian bawah (pneumonia).
Tingkat paling tinggi terjadi di unit perawatan khusus, ruang rawat bedah dan
ortopedi serta pelayanan obstetri (seksio sesarea). Tingkat paling tinggi dialami
oleh pasien usia lanjut, mereka yang mengalami penurunan kekebalan tubuh
(HIV/AIDS, pengguna produk tembakau, penggunaan kortikosteroid kronis), TB yang
resisten terhadap berbagai obat dan mereka yang menderita penyakit bawaan yang
parah (Alvarado, 2000).
Penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah :
1.
Suntikan yang
tidak aman dan seringkali tidak perlu.
2.
Penggunaan alat
medis tanpa ditunjang pelatihan maupun dukungan laboratorium.
3.
Standar dan
praktek yang tidak memadai untuk pengoperasian bank darah dan pelayanan
transfusi.
4.
Penggunaan
cairan infus yang terkontaminasi, khususnya di RS yang membuat cairan sendiri.
5.
Meningkatnya
resistensi terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik spektrum luas yang
berlebih atau salah.
Infeksi
nosokomial memberikan dampak sebagai berikut, diantaranya:
1.
Menyebabkan
cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang permanen
dan kematian.
2.
Dampak
tertinggi pada negara-negara sedang berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang
tinggi.
3.
Meningkatkan
biaya kesehatan di berbagai negara yang tidak mampu dengan meningkatkan lama
perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal dan penggunaan
layanan lain.
Infeksi
nosokomial sebagian besar dapat dicegah dengan berbagai cara pencegahan infeksi
yang telah tersedia dan relatif murah yaitu:
1.
Menerapkan
Tindakan Pencegahan Baku khususnya cuci tangan (atau penggunaan larutan cuci
tangan antiseptik) dan memakai sarung tangan.
2.
Memproses alat
dan benda bekas pakai dengan benar.
3.
Mengurangi
suntikan yang tidak aman dan tidak perlu.
4.
Meningkatkan
praktek pencegahan infeksi di Kamar Operasi dan ruang lain yang beresiko tinggi
untuk mencegah infeksi luka bedah dan mencegah penyakit yang ditularkan melalui
darah.
Tidak
semua dapat penyakit infeksi nosocomial dapat dicegah, khususnya penyakit pada
orang tua, sakit jantung kronis, penyakit paru-paru atau ginjal, kurang gizi
parah dan yang disebabkan oleh komplikasi AIDS.
Dasar
hukum penyakit Infeksi Nosokomial adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Di dalamnya disebutkan bahwa Infeksi
Nosokomial merupakan penyakit infeksi yang didapatkan dari rumah sakit (Hospital
Acquired Infection).
B.
Bentuk Surveilans
Infeksi Noskomial
Surveilans Infeksi Nosokomial adalah
Kegiatan pengamatan sistematis, aktif, terus-menerus terhadap timbulnya &
penyebaran infeksi nosokomial pada suatu peristiwa yang menyebabkan meningkat
atau menurunnya risiko tersebut.
Sedangkan tujuan surveilans Infeksi Nosokomial adalah sebagai
berikut:
1.
Memperkirakan
besarnya masalah infeksi nosokomial
2.
Memahami
kejadian infeksi noskomial
3.
Mendeteksi KLB
atau epidemi infeksi nosokomial
4.
Mendokumentasikan
distribusi & penyebaran infeksi
5.
Menguji hipotesis
tentang etiologi/penyebab
Bentuk
Surveilans Infeksi Nosokomial dapat dibedakan menjadi:
1.
Berdasarkan
Cara Pelaksanaannya
a)
Surveilans
Aktif
b)
Surveilans
Pasif
2.
Berdasarkan
Waktu Pelaksanaannya
a)
Berkala
b)
Per bagian yang
dilaksanakan secara terus-menerus
c)
Pada saat
tertentu (Point Surveilance)
C.
Data
Seurveilans Infeksi Nosokomial di Indonesia
Data
kejadian Infeksi
Nosokomial yang terjadi di RS selama bulan Januari–Desember
tahun 2016 :
NO
|
INDIKATOR
|
TAHUN 2016
|
|||||||||||||||||||||||||||
JAN
|
FEB
|
MAR
|
APR
|
MEI
|
JUN
|
JULI
|
AGS
|
SEP
|
OKT
|
NOV
|
DES
|
TOT
|
0/00
|
||||||||||||||||
JML
|
JML
|
JML
|
JML
|
JML
|
JML
|
JML
|
JML
|
JML
|
JML
|
JML
|
JML
|
JML
|
|||||||||||||||||
1
|
PHLEBITIS
|
3
|
5
|
1
|
1
|
0
|
2
|
1
|
3
|
6
|
3
|
0
|
2
|
27
|
0,49
|
||||||||||||||
2
|
IADP
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
||||||||||||||
3
|
ISK
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0,11
|
||||||||||||||
4
|
HAP
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
||||||||||||||
5
|
VAP
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
2
|
2,51
|
||||||||||||||
6
|
ILO
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
2
|
0
|
0
|
3
|
1,14
|
||||||||||||||
7
|
REHECTING
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0,76
|
||||||||||||||
7
|
DECUBITUS
|
7
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
1
|
1
|
2
|
2
|
0
|
15
|
7,53
|
||||||||||||||
Analisa Data :
Angka kejadian infeksi Phlebitis di Tahun 2016
sebanyak 27 kasus (0,49), angka kejadian IADP tidak ada angka kejadian ISK ada 1 kejadian (0,11),
Angka Kejadian VAP sebanyak 2 kasus (2,51). Angka kejadian ILO sebanyak 3 kasus
(1,14) dan pasien yang dilakukan
tindakan rehecting: 2 (0,76), dan angka kejadian Dekubitus sebanyak 15 kasus (7,5).
GRAFIK SURVAILENS INFEKSI NOSOKOMIAL
TAHUN 2016
Analisa Data:
Angka kejadian infeksi Phlebitis di Tahun 2016
sebanyak 27 kasus (0,49), angka kejadian IADP tidak ada angka kejadian ISK ada 1 kejadian (0,11),
Angka Kejadian VAP sebanyak 2 kasus (2,51). Angka kejadian ILO sebanyak 3 kasus
(1,14) dan pasien yang dilakukan
tindakan rehecting: 2 (0,76), dan angka kejadian Dekubitus sebanyak 15 kasus (7,53).
Permasalahan:
1. Masih ditemukan adanya kejadian phlebitis di
beberapa unit kerja setiap bulannya.
2. Masih ditemukan adanya kejadian infeksi saluran kencing (ISK)
akibat pemasangan dower catheter.
3. Masih ditemukan kejadian Pneumonia nosokomial
di Rumah Sakit akibat pemasangan alat ventilator.
4. Ada kejadian Infeksi Luka Operasi dan kasus rehecting (luka
post operasi).
5. Ada kejadian Pasien dengan Luka Dekubitus
selama perawatan.
Analisa:
1. Rata–rata kejadian phlebitis di unit
keperawatan terjadi lebih dari 3 hari perawatan, tetapi ada juga kejadian
phlebitis di hari-2 pemasangan kateter infus.
2. Masa perawatan di ruang Intensive yang terlalu
lama menyebabkan pontensial terjadinya Pnemonia nosokomial menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan masa perawatan tanpa
kejadian infeksi nosokomial Rumah Sakit.
3. Kejadian infeksi Saluran kencing yang terjadi akibat dari kurang
memperhatikan teknik aseptic.
4. Infeksi akibat luka post operasi tidak dapat
disebabkan oleh satu sumber saja melainkan harus dikaji ulang bagaimana perawatan dan pola kebiasaan
keseharian diet makan pasien selama masa penyembuhan luka, sudahkah sesuai
dengan ketentuan yang sudah diberikan penyuluhan oleh petugas di Rumah Sakit.
5. Luka dekubitus juga diperberat oleh faktor
predisposisi lainnya yaitu masa perawatan di rumah yang sudah lama dan minimnya
mobilisasi, ketika sampai di rumah sakit dalam kondisi yang sudah mengalami
gangguan integrasi kulit sehingga mempercepat proses terjadinya decubitus di
ruang perawatan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Infeksi
Nosokomial adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau pasien saat
dilakukan perawatan di rumah sakit. Jenis yang paling sering adalah infeksi
luka bedah dan infeksi saluran kemih dan saluran pernafasan bagian bawah (pneumonia).
Dasar hukum penyakit Infeksi Nosokomial adalah Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2.
Bentuk Surveilans
Infeksi Nosokomial dapat dibedakan menjadi:
Berdasarkan
Cara Pelaksanaannya
c)
Surveilans
Aktif
d)
Surveilans
Pasif
Berdasarkan
Waktu Pelaksanaannya
d)
Berkala
e)
Per bagian yang
dilaksanakan secara terus-menerus
f)
Pada saat
tertentu (Point Surveilance)
3.
Data kejadian
Infeksi Nosokomial yang terjadi di RS selama bulan Januari–Desember tahun 2016
menunjukkan beberapa masalah, yaitu:
a)
Masih ditemukan adanya kejadian phlebitis di beberapa
unit kerja setiap bulannya.
b)
Masih ditemukan
adanya kejadian infeksi saluran kencing (ISK) akibat pemasangan dower
catheter.
c)
Masih ditemukan kejadian Pneumonia nosokomial di Rumah
Sakit akibat pemasangan alat
ventilator.
d) Ada kejadian Infeksi Luka Operasi dan kasus rehecting (luka post
operasi).
e)
Ada kejadian Pasien dengan Luka Dekubitus selama
perawatan.
B.
Saran
Pihak
rumah sakit sebaiknya:
1.
Melakukan sterilisasi alat kesehatan agar mengurangi
dampak dari penularan infeksi nosokomial.
2.
Melakukan
sanitasi lingkungan sekitar dengan baik dan benar.
3.
Melakukan penanganan
pasien infeksi sesuai dengan prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmoto, Wiku. 2009. Manajemen Pencegahan & Surveilans untuk
Infeksi Nosokomial. Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Alvarado, C.J. 2000. The Science of Hand Hygiene. University
of Winconsin and Medical School and Health Community.
https://www.scribd.com/document/347435890/DATA-Survailans-Infeksi
Nosokomial-THN-2016
Keputusan
Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008.
Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dFasilitas Pelayanan Kesehatan.
World
Health Organization, 2002.
0 Komentar