“METODE PENGUKURAN
DAN CONTOH”
KEPUASAN KERJA
Management Sumber Daya Manusia
Disusun
oleh kelompok:
Nama : Ardiansyah
Stambuk : N 201 16 022
Kelas : Smester Pendek
PROGRAM
STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
TADULAKO
2018
ARDIANSYAH
N20116022
1.
Pengukuran Kepuasan Kerja Menggunakan
Rating Scale
Rating scale merupakan salah satu cara mengukur kepuasan kerja yang
sering digunakan oleh sebagian besar perusahaan. Cara pengukuruan kepuasan
kerja jenis ini bisa dilakukan dengan dua cara pengukuran yaitu minesota
satisfaction questionare dan questionare, dan job descriptive index Minesota
satisfaction questionare merupakan instrumen pengukur kepuasan kerja yang
memuat secara detail hal-hal apa saja yang bisa dimasukkan ke dalam kategori
unsur kepuasan kerja dan unsur ketidakpuasan kerja.
Rating scale jenis ini dapat mengukur berbagai macam elemen pekerjaan
yang dinilai mampu menggambarkan tingkat kepuasan karyawan, dari mulai elemen
pekerjaan yang memiliki nilai sangat memuaskan hingga elemen pekerjaan yang
memiliki nilai sangat tidak memuaskan. Setiap karyawan akan diminta memeberikan
jawaban yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang sedang ia lakukan saat ini
Sedangkan cara pengukuran kepuasan kerja karyawan dengan menggunakan job
descriptive index merupakan cara pengukuran kepuasan kerja yang akan memberikan
gambaran mengenai sikap karyawan terhadap elemen-elemen pekerjaan yang ia
jalani. Variable yang menjadi tolak ukurnya adalah pekerjaan itu sendiri, upah
atau gaji yang didapatkan, peluang untuk mendapatkan promosi, supervisi, dan
rekan kerja.
CONTOH:
2.
Pengukuran Kepuasan Kerja Menggunakan
Critical Incidents
Critical incidents merupakan istrumen pengukur kepuasan kerja karyawan
dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada para karyawan mengenai berbagai
macam faktor yang dapat membuat mereka merasa puas atau tidak puas.
Demikianlah indikator dan cara mengukur kepuasan kerja karyawan yang
mungkin bermanfaat untuk anda. Perusahaan yang baik tentunya harus memerhatikan
kesejahteraan para karyawannya, oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran
kepuasan kerja untuk mengetahui tingkat kepuasan yang dirasakan oleh para
karyawan selama bekerja. Dengan begitu perusahaan bisa memperbaiki serta
meningkatkan berbagai macam aspek yang memengaruhi kepuasan kerja karyawan
tersebut.
Individu menjelaskan
kejadian yang menghubungkan pekerjaan mereka yang dirasaka terutama memuaskan
atau tidak memuaskan. Jawaban mereka dipelajari untuk mengungkap tema yang
mendasari. Sebagai contoh misalnya apabila banyak pekerja yang menyebutkan
situasi pekerjaan dimana mereka mendapatkan perlakuan kurang baik oleh
supervisor atau sebaliknya.
CONTOH:
3.
Pengukuran Kepuasan Kerja Menggunakan
Interviews
Interviews merupakan cara mengukur kepuasan kerja karyawan dengan proses
wawancara kepada karyawan yang dilakukan secara personal. Metode ini dinilai
ampuh dalam mengetahui secara mendalam tentang sikap karyawan terhadap berbagai
macam elemen yang terdapat di dalam pekerjaannya. Dengan
melakukan wawancara tatap muka dengan pekerja dapat diketahui sikap mereka
secara langsung dan dapat mengembangkan lebih dalam dengan menggunakan
kuesioner yang terstruktur.
Interview merupakan prosedur pengukuran kepuasan kerja
dengan melakukan wawancara tatap muka dengan pekerja. Dengan menanyakan secara
langsung tentang sikap mereka, sering mungkin mengembangkan lebih mendalam
dengan menggunakan kuesioner yang sangat terstruktur. Dengan mengajukan
pertanyaan secara berhati-hati kepada pekerja dan mencatat jawabannya secara
sistematis, hubungan pekerjaan dengan sikap dapat dipelajari.
Metode ini untuk mengukur
kepuasan kerja dengan menggunakan wawancara atau interview yang dilakukan
terhadap para karyawan secara individu. Dengan metode ini dapat diketahui
secara mendalam dan terperinci mengenai bagaimana sikap karyawan terhadap
berbagai aspek pekrjaan yang saling berkaitan.
CONTOH:
4. Pengukuran Job Descriptive Index (JDI)
yaitu
pengukuran standar terhadap kepuasan kerja seperti yang terkutip pada Riggio
(1992), ” The job Descriptive Index is a self-report job satisfaction
rating scale measuring five job facet: the job itself, supervision,
pay, promotion and co-workers”. Pernyataan di atas
menjelaskan bahwa terdapat lima dimensi pekerjaan yang menggambarkan
elemen-elemen utama dari pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang, yaitu:
pekerjaan itu sendiri, supervisi, pemberian upah, promosi dan mitra kerja.
Secara lebih terperinci kelima dimensi di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pekerjaan itu sendiri (job itself)
Dari studi-studi
tentang karakteristik pekerjaan, diketahui bahwa sifat dari pekerjaan itu
sendiri adalah determinan utama dari kepuasan kerja. Hackman and Lawyer tahun
1975 seperti yang di terjemahkan oleh Muh Shobarudin (1992), yaitu “Kepuasan
kerja akan tercapai jika ada kesesuaian antara keinginan dari para pekerja dan
dimensi inti pekerjaan (five core job dimensions) yang terdiri dari
ragam ketrampilan, identitas pekerjaan, keberartian pekerjaan, otonomi dan umpan
balik.” Setiap dimensi inti dari pekerjaan mencakup sejumlah aspek materi
pekerjaan yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Adapun kaitan dari
masing-masing dimensi tersebut dengan kepuasan kerja dijelaskan bahwa dengan
semakin besarnya keragaman aktivitas pekerjaan yang dilakukan, seseorang akan
merasa pekerjaannya makin berarti, karena pekerjaan yang sama sederhana dan
berulang menyebabkan karyawan menjadi bosan.
b. Supervisi (supervision)
Menurut Halsey
(1983) Supervisi adalah “memilih orang-orang yang tepat untuk tiap-tiap
pekerjaan, menimbulkan minat tiap-tiap orang terhadap pekerjaan dan mengajarkan
bagaimana harus melakukan pekerjaannya, mengukur dan menilai hasil kerjanya,
mengadakan koreksi-koreksi bilamana perlu dan memindahkan orang kepada
pekerjaannya yang lebih sesuai atau memberhentikan mereka yang ternyata tidak
dapat bekerja dengan baik, memberi pujian dan penghargaan atas kerja yang baik
dan akhirnya menyelaraskan setiap orang kedalam suatu kerja sama yang erat
dengan teman-teman kerjanya” Dari pendapat Hasley, dapat disimpulkan bahwa
supervisi adalah suatu usaha untuk memimpin dengan mengarahkan orang lain
sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik, serta memberikan hasil yang
maksimum.
c. Imbalan (pay)
Merupakan salah satu faktor yang dapat
digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja, memotivasi, dan kepuasan kerja.
Adapun pengertian imbalan menurut Hadi Poerwoto seperti yang ditulis oleh
Heijrachman (1990) adalah, “jumlah keseluruhan pengganti jasa yang telah
dilakukan oleh tenaga kerja yang meliputi gaji / upah pokok dan tunjangan
sosial lainnya”. Pada beberapa studi yang telah dilakukan diketahui bahwa
imbalan merupakan karakteristik pekerjaan yang menjadi ukuran ada tidaknya
kepuasan kerja, dimana penyebab utamanya adalah ketidakadilan dalam pemberian
imbalan tersebut. Ada 2 macam imbalan yaitu:
·
Imbalan
intrinsik, yaitu imbalan yang diperoleh karena adanya pengakuan dan
penghargaan.
·
Imbalan
ekstrinsik, yaitu imbalan yang diperoleh karena adanya promosi, upah dan gaji.
d. Kesempatan promosi (promotion)
Kesempatan untuk
maju didalam organisasi disebut dengan promosi atau kenaikan jabatan. Menurut
Flippo (1984), ”a career can be defined a sequence of separate but related
work activities that provides continuity, order and meaning in person’s
life” Hal ini memiliki nilai karena merupakan bukti pengakuan yang
lain terhadap prestasi kerja yang dicapai. Seseorang yang dipromosikan umumnya
dianggap prestasinya adalah baik, di samping pertimbangan lain. Promosi memberikan
kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, lebih bertanggung jawab dan meningkatkan
status sosial. Oleh karena itu individu yang merasakan adanya ketetapan promosi
merupakan salah satu kepuasan dari pekerjaannya.
e. Suasana tempat kerja (co-workers)
Kartono (1985)
mengatakan bahwa “perasaan puas oleh bawahan akan diperoleh apabila bawahan
merasa dihargai oleh atasannya, dilibatkan dalam pemecahan suatu masalah serta
mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.” Hal ini berarti pekerjaan
seringkali memberikan kepuasan kebutuhan sosial, tidak hanya dalam arti
persahabatan saja tetapi juga dari segi yang lain seperti kebutuhan untuk
dihormati, berprestasi dan berafiliasi, karena manusia adalah mahluk sosial.
Pada dasarnya
seorang karyawan menginginkan adanya perhatian dari atasan maupun dari rekan
kerjanya serta lingkungan kerja yang mendukungnya.
Kepuasan
kerja merupakan sikap positif yang menyangkut penyesuaian guru terhadap
faktor-faktor yang, mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kerja, meliputi:
·
Faktor kepuasan
finansial, yaitu terpenuhinya keinginan guru terhadap kebutuhan finansial yang
diterimanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga kepuasan kerja
bagi guru dapat terpenuhi. Hal ini meliputi; sistem dan besarnya gaji, jaminan
sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan serta promosi (As’ad,
1987:118),
·
Faktor kepuasan
fisik, yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan
kondisi fisik guru. Hal ini meliputi; jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja
dan istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan/suhu, penerangan, pertukaran
udara, kondisi kesehatan guru dan umur (As’ad, 1987:117),
·
Faktor kepuasan
sosial, yaitu faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara
sesama guru, dengan atasannya maupun guru yang berbeda jenis pekerjaannya. Hal
ini meliputi rekan kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan bijaksana, serta
pengarahan dan perintah yang wajar (Husnan, 1986:194),
·
Faktor Kepuasan
Psikologi, yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan guru. Hal ini
meliputi; minat, ketenteraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat dan
keterampilan (As’ad,1987:117).
SUMBER
Riggio, Ronald E., Introduction to Industrial
/ Organizational Psychology, Second Edition, Harper Collins College Publisher,
1996.
Shobaruddin, Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia, Cetakan pertama, P.T. Bina Aksara, Jakarta 1988.
Heijdrachman dan Suad Husnan, Manajemen Personalia, Edisi empat, BPPFE, Yogyakarta, 1992.
Flippo, Edwin, B., Personnel Mnagement, Sixth Edition, McGraw-Hill International Edition, New York, 1984.
Kartono, Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan dan Industri, C.V. Rajawali, Jakarta, 1985.
Shobaruddin, Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia, Cetakan pertama, P.T. Bina Aksara, Jakarta 1988.
Heijdrachman dan Suad Husnan, Manajemen Personalia, Edisi empat, BPPFE, Yogyakarta, 1992.
Flippo, Edwin, B., Personnel Mnagement, Sixth Edition, McGraw-Hill International Edition, New York, 1984.
Kartono, Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan dan Industri, C.V. Rajawali, Jakarta, 1985.
0 Komentar