GAMBARAN
TENTANG DIMENSI MUTU PELAYANAN PADA
UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA TAHUN 2019
PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat
Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Strata Satu (S1)
Pada
Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas
Tadulako
PEMINATAN ADMINISTRASI DAN
KEBIJAKAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keberadaan
pelayanan kesehatan tersebut dipengaruhi oleh keberadaan unit pelayanan
kesehatan itu sendiri, mulai dari kondisi fisik bangunan, ketersediaan alat dan
tenaga, serta manajemen pelayanan termasuk didalamnya mutu pelayanan.
Rumah Sakit sebagai salah satu
institusi yang memberikan pelayanan kesehatan, memiliki tanggung jawab yang
sama dengan institusi pelayanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Peran tersebut saat ini makin menonjol mengingat
munculnya perubahan-perubahan pola penyakit, perubahan struktur demografis,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perubahan sosial ekonomi
masyarakat. Kesemua faktor tersebut turut mempengaruhi
harapan masyarakat akan pelayanan yang bermutu (Aditama, 2012).
Mengukur mutu pelayanan rumah
sakit dilakukan secara tidak langsung melalui petunjuk-petunjuk (indicator,
kriteria, dan standar) yang dianggap relevan dengan aspek-aspek tertentu yang
ada perannya dalam produksi jasa. Indikator pelayanan rumah sakit dipakai untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan (Jacobalis,1998).
Menurut Harold Koening HFZ, 1994
yang dikutip dari Susanto (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit meliputi faktor internal dan eksternal
rumah sakit. Faktor internal berasal dari rumah sakit yang meliputi faktor
input yakni Sumber Daya Manusia, Sarana dan Fasilitas, dan faktor proses
pelayanan yang meliputi pelayanan medis, pelayanan keperawatan dan penunjang.
Sedangkan faktor eksternal lebih kompleks tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh
faktor kondisi pasien.Selain itu juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi BOR (Bed Occupancy
Rate)
suatu rumah sakit seperti struktur organisasi,
budaya rumah sakit, standar pelayanan, demografi dan lain-lain.
Menurut Philips Kotler (1994)
yang dikutip dari Wijono 2016, kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan
seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau output dari
produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang.
Ada tiga tingkat kepuasan, bila
pelayanan yang kurang dari harapan pasien tidak dipuaskan, bila pelayanan
sebanding dengan harapan, pasien puas, dan jika pelayanan melebihi harapan,
pasien amat puas dan senang. Kualitas atau mutu pelayanan
dan kepuasan pasien mempunyai hubungan yang sangat erat. Pelayanan Rumah Sakit
yang berkualitas akan memberikan kepuasan kepada pasien dan menjadi awal
membangun hubungan yang kuat untuk jangka waktu yang panjang. Dalam jangka
waktu yang panjang ikatan seperti ini memungkinkan rumah sakit untuk memahami
dengan seksama harapan pasien serta kebutuhan mereka. Ikatan tersebut
memberikan keuntungan bagi rumah sakit berupa finansial dan juga pasien dengan
kesembuhannya. (Laksono, 2018).
Outcome dari proses pelayanan
rumah sakit merupakan tingkat kesesuaian dengan persyaratan. Total quality
service merupakan konsep tentang bagaimana menanamkan mutu pelayanan pada
setiap fase penyelenggaraan jasa yang melibatkan semua personel yang ada dalam
organisasi. Dan mutu itu dapat diukur dengan beberapa dimensi, sehingga
dimensi-dimensi ini bisa dianalisis apakah suatu produk atau pelayanan yang
diberikan sudah bermutu ataukah tidak (Hardiana, 2005).
Seperti beberapa dimensi kualitas
jasa yang diteliti oleh Parasuraman, Zeithamal dan Berry (1988), mereka
menganalisis 5 (lima) dimensi kualitas jasa yang dikenal dengan ServQual.Kelima dimensi mutu itu adalah:
1. Reliability ( Kehandalan )
2. Assurance ( Jaminan atau kepastian )
3. Tangible ( Nyata )
4. Empathy (Empati)
Sedangkan menurut Teori L.D Brown
(Pohan, 2016) yang digunakan sebagai kerangka pikir peneliti karena, terdapat
sepuluh dimensi mutu barang dan jasa yang bersifat multidimensi. Sepuluh
dimensi mutu tersebut adalah; Dimensi kompetensi teknis, keterjangkauan atau
akses, efektifitas, efisiensi, kesinambungan, keamanan, kenyamanan, informasi,
ketepatan waktu, dan hubungan antar manusia. Pada dimensi-dimensi ini merupakan
suatu kerangka pikir yang dapat digunakan dalam menganalisis masalah mutu
layanan kesehatan yang sedang dihadapi dan kemudian mencari solusi yang
diperlukan untuk dapat mengatasinya. Dan jika terjadi ketidakpuasan pasien.
Maka analisis dapat dilakukan terhadap setiap dimensi dan setelah diketahui
dimensi mutu yang belum/tidak terpenuhi, maka solusi yang tepat akan dapat
ditentukan, kemudian dilakukan analisis terhadap standar layanan kesehatan yang
digunakan.
Dari berbagai pendapat para
peneliti mutu tersebut dapat dikatakan bahwa dimensi kualitas pelayanan akan
tergantung pada jenis pelayanan yang akan diberikan dan dinilai, semua itu akan
berbeda tergantung dimensi-dimensi mutu pelayanan yang diterapkan.
Menurut Azwar (2010), pelayanan
kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan
para pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain tata cara penyelenggaraannya
sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
Tuntutan pasien terhadap
pelayanan yang bermutu merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh
rumah sakit, karena dikatakan bermutu jika penyampaiannya yang dirasakan
melebihi harapan para penggunaannya atau pelayanan yang memuaskan. Pasien
adalah pelanggan utama rumah sakit yang menjadi fokus semua bentuk pelayanan
rumah sakit dan pasien akan memberikan penilaian berdasarkan pelayanan yang
diterimanya dan bertindak atas dasar kepuasannya. Puas atau tidak puasnya
pasien tergantung pada penampilan jasa pelayanan yang ditawarkan dalam
hubungannya dengan harapannya. (Wijono, 2016).
Karena pentingnya menjaga mutu
pelayanan pada unit rawat inap, maka telah banyak penelitian yang meneliti
tentang mutu pelayanan unit rawat inap di rumah sakit, diantaranya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Magrib (2002) di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
menyatakan bahwa 38,75% responden yang mengatakan keadaan kamar baik, sedangkan
61,25% lainnya mengatakan keadaan kamar pasien kurang. Menjaga kondisi kamar
dan sekitar sangatlah penting. karena kondisi kamar perawatan sangat
berhubungan dengan keselamatan pasien yang merupakan salah satu dimensi mutu
pelayanan di rumah sakit.
Begitu pula penelitian yang
dilakukan oleh Syahruddin (2003) di rumah sakit Lamaddukkelleng mengemukakan
bahwa mutu pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien rawat inap umumnya
masih kurang terutama dari dimensi kenyamanan 37,33% dan keadaan kamar pasien
18,12%. Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh
Irviani (2011) di Rumah Sakit H. Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar
menyatakan bahwa 31% responden yang menyatakan puas dan 69% yang menyatakan
tidak puas terhadap kenyamanan.
Lebih lanjut, hasil penelitian
Bank Dunia di Indonesia (1998) yang dikutip dalam Rasak, 2010 menunjukkan bahwa
salah satu penyebab rendahnya pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat adalah mutu
pelayanan yang rendah, khususnya bila dikaitkan dengan pelayanan spesialistik
yang ada dan profesionalisme.
Berdasarkan beberapa hasil
penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa peningkatan mutu pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh rumah sakit jika ditinjau dari dimensi mutu pelayanan,
masih relatif rendah.
Menurut Pohan (2016), kenyamanan
terkait dengan penampilan fisik layanan kesehatan. Kenyamanan atau kenikmatan
dapat menimbulkan kepercayaan pasien kepada organisasi layanan kesehatan.
Kenyamanan pasien terhadap layanan kesehatan mempengaruhi
pasien sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali ke tempat
tersebut.
Hal inilah kemudian yang
melatarbelakangi peneliti untuk meneliti tentang mutu pelayanan kesehatan pada
unit rawat inap RSU Anutapura dilihat dari sepuluh dimensi mutu pelayanan
berdasarkan dimensi mutu yang dipaparkan oleh L.D. Brown, untuk pengembangan
pelayanan kesehatan di masa mendatang.
Maka untuk penelitian, peneliti
akan membatasi penelitian dengan menggunakan empat variabel yakni: Ketepatan
waktu, Informasi, Hubungan antar manusia, dan Kenyamanan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana
gambaran mutu pelayanan unit rawat inap rumah sakit umum Anutapura ditinjau
dari dimensi ketepatan waktu, informasi, hubungan antar manusia, dan kenyamanan.
C. Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Untuk mengetahui gambaran mutu
pelayanan kesehatan pada pasien di unit rawat inap rumah sakit umum Anutapura.
2. Tujuan Khusus
a.
Untuk
mengetahui gambaran mutu pelayanan pada unit rawat inap rumah sakit umum Anutapura
ditinjau dari dimensi ketepatan waktu (Perjanjian tepat waktu, tepat waktu
melakukan visite, tepat waktu pemberian pelayanan)
b. Untuk
mengetahui gambaran mutu pelayanan pada unit rawat inap rumah sakit umum Anutapura
ditinjau dari dimensi informasi (Informasi tindakan dokter/perawat, jam
berkunjung, biaya layanan, jam visite dokter)
c. Untuk
mengetahui gambaran mutu pelayanan pada unit rawat inap rumah sakit umum Anutapura
ditinjau dari dimensi hubungan antar manusia (Petugas ramah, tanggap terhadap
keluhan, menghargai, peduli)
d. Untuk
mengetahui gambaran mutu pelayanan pada unit rawat inap rumah sakit umum Anutapura
ditinjau dari dimensi kenyamanan (Kebersihan lingkungan, ruang perawatan,
tersedia tempat sampah, air yang tercukupi).
D. Manfaat
a.
Manfaat
Teoritis
Adapun manfaat dari karya tulis
ilmiah ini adalah dengan memperkaya literatur-literatur yang ada sebelumnya.
Karya tulis ini diharapkan menjadi acuan untuk penelitaian yang lebih mendalam
lagi.
b.
Manfaat
Praktisi
Dengan karya tulis ini diharapkan
mutu pelayanan kesehatan pada pada unit rawat inap rumah sakit umum Anutapura
ditinjau dari dimensi ketepatan waktu, informasi, hubungan antar manusia, dan
kenyamanan sehingga pasien mendapatkan pelayanan yang maksimal dan terpuaskan.
0 Komentar