Iklan atas - New

Resume KESEHATAN IBU ANAK / KELUARGA BERENCANA


Tugas Resume
KESEHATAN IBU ANAK / KELUARGA BERENCANA

Pertemuan Ke-5 : Kesehatan Reproduksi Ibu
A.  Konsep Ruang Lingkup
1.    Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi
Pengertian kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi serta fungsi dan prosesnya. Kesehatan reproduksi adalah  keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses reproduksi (cholil,1996).
2.    Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam lingkup kehidupan
a.    Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
b.    Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi termasuk PMS-HIV/AIDS.
c.    Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
d.   Kesehatan reproduksi remaja
e.    Pencegahan dan penanganan infertile
f.     Kanker pada usia lanjut
g.    Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker servik, mutilasi genital, fistula, dll.
B.  Tujuan
Pada dasarnya ada tujuan dan sasaran program kesehatan reproduksi. Tujuan program kesehatan reproduksi terbagi dua yaitu tujuan utama dan tujuan khusus.
1.    Tujuan utama
Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus didahului oleh hubungan seksual, tujuan utama program kesehatan reproduksi adalah  meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak reproduksinya dapat terpenuhi, yang pada akhirnya menuju peningkatan kualitas hidupnya.
2.    Tujuan khusus
Dari tujuan umum tersebut dapat dijabarkan empat tujuan khusus yaitu :
a.    Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi reproduksinya.
b.     Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
c.     Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya.
d.    Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara optimal.
3.    Sedangkan sasaran program kesehatan reproduksi antara lain adalah
a.    Penurunan angka prevalensi anemia pada wanita (usia 15-49 tahun).
b.    Penurunan angka kematian ibu hingga 59% semua wanita hamil mendapatkan akses pelayanan prenatal, persalinan oleh tenaga terlatih dan kaus kehamilan resiko tinggi serta kegawatdaruratan kebidanan, dirujuk ke fasilitas kesehatan.
c.    Peningkatan jumlah wanita yang bebas dari kecatatan/gangguan sepanjang hidupnya sebesar 15% diseluruh lapisan masyarakat.
d.   Penurunan proporsi bayi berat lahir rendah (<2,5 kg).
e.    Pemberantasan tetanus neonatarum (angka insiden diharapkan kurang dari 1 kasus per 1000 kelahiran hidup) disemua kabupaten.
f.     Semua individu dan pasangan mendapat akses informasi dan pelayanan pencegahan kehamilan yang terlalu dini, terlalu dekat jaraknya, terlalu tua dan terlalu banyak.
g.    Proporsi yang memanfaatkan pelayanan kesehatan dan pemeriksaan dan pengobatan PMS minimal mencapai 70%.
C.  Hak-hak Reproduksi
Hak reproduksi perorangan dapat diartikan bahwa“setiap orang baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama dll) mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri, keluarga dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta untuk menentukan waktu kelahiran anak dan dimana akan melahirkan”.
Jadi, hak reproduksi dapat dijabarkan secara praktis antara lain sebagai berikut :
1.     Setiap orang berhak memperoleh standard pelayanan kesehatan reproduksi yang terbaik.
2.     Perempuan dan laki-laki berhak memperoleh informasi lengkap tentang seksualitas, kesehatan reproduksi, manfaat dan efek samping obat-obatan dan tindakan medis.
3.     Untuk memperoleh pelayanan KB yang amandan efektif terjangkau, dapat diterima sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan, dan tidak melawan hukum.
4.     Perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, yang memungkinkan sehat dan selamat menjalani kehamilan dan persalinan serta memperoleh bayi yang sehat.
5.     Hubungan suami istri didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama.
6.     Para remaja, laki-laki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang tepat dan benar tentang reproduksi remaja, sehingga dapat berperilaku sehat dan menjalani kehidupan seksual.
7.     Laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan informasi yang mudah diperoleh dan akurat mengenai PMS termasuk HIV/AIDS.
Referensi:
Pertemuan Ke-6: Pemeriksaan Antenatal Care
A.  Definisi
Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter kepada ibu selama masa kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan (Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar, 2004). Pengawasan antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan terutama untuk ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Pelayanan atau asuhan merupakan cara untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.
Salah satu fungsi terpenting dari perawatan antenatal adalah untuk memberikan saran dan informasi pada seorang wanita mengenai tempat kelahiran yang tepat sesuai dengan kondisi dan status kesehatannya. Perawatan antenatal juga merupakan suatu kesempatan untuk menginformasikan kepada para wanita mengenai tanda – tanda bahaya dan gejala yang memerlukan bantuan segera dari petugas kesehatan.
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi.
Kunjungan ibu hamil atay ANC adalah pertemuan antara bidan dengan ibu hamil dengan kegiatan mempetukarkan informasi ibu dan bidan. Serta observasi selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum dan kontak sosil untuk mengkaji kesehatan dan kesejahteraan umumnya.
Pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
B.  Tujuan
1.    Tujuan Umum
Menyiapkan seoptimal mungkin fisik, mental ibu dan janin selama kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat (Mochtar, 1998 : 47).
2.    Tujuan Khusus
a.    Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
b.    Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.
c.    Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
d.   Memberikan nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan Keluarga Berencana, kehamilan persalinan, nifas dan laktasi (Mochtar,    1998 : 48).
C.  Jenis Pelayanan Antenatal Care
Menurut Depkes RI (2007),  pelayanan antenatal antara lain:
1.    Identifikasi ibu hamil yaitu bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi ibu, suami dan anggota keluarga agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini secara teratur.
2.    Pemantauan dan pelayanan antenatal yaitu bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Beberapa pelayanan tersebut antara lain seperti anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risiko tinggi atau kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, penyakit menular seksual (PMS) dan infeksi human immune deficiency virus/aquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS), memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas. Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan melakukan rujukan.
3.    Palpasi abdominal yaitu bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4.    Pengelolaan anemia pada kehamilan yaitu bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5.    Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan yaitu bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gej ala preeklamsi serta mengambil tindakan yang tepat untuk merujuk.
6.    Persiapan persalinan yaitu bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester III, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk bila terjadi keadaan gawat darurat.


Sementara dalam praktiknya terdapat standar minimal yang harus terpenuhi. Standard tersebut dikenal dengan istilah 7T pelayanan antenatal antara lain :


1.    Timbang berat badan.
2.    Mengujur tekanan darahnya.
3.    Mengukur tinggi fudusnya.
4.    Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) lengkap.
5.    Pemberian tablet zat besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilannya.
6.    Tes terhadap penyakit menular seksual.
7.    Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.


Referensi:
Pertemuan ke-7: Pendewasaan Usia Kawin
A.  Definisi dan Tujuan PUP
1.    Definisi Pendewasaan Usia Kawin
Pendewasaan usia kawin adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu 20 tahun  bagi wanita dan 25 tahun bagi pria. PUP bukan sekedar menunda sampai usia tertentu saja tetapi mengusahakan agar  kehamilan pertamapun terjadi pada usia yang cukup dewasa.
2.    Tujuan Pendewasaan Usia Kawin
Tujuan program pendewasaan usia perkawinan adalah  memberikan pengertian dan kesadaran kepada remaja agar  didalam merencanakan keluarga, mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan dengan kehidupan berkeluarga, kesiapan fisik, mental, emosional,  pendidikan, sosial, ekonomi serta menentukan jumlah dan jarak kelahiran.


B.  Dampak Usia Kawin Dini
1.    Dampak positif
a.    Mengurangi beban orang tua, karena dengan menikahkan anaknya maka semua kebutuhan anaknya akan di penuhi oleh suami, dan bahkan orang tua berharap beban ekonominya juga akan dibantu.
b.    Mencegah kemaksiatan, seperti terjadinya perzinahan atau kumpul kebo di kalangan remaja, dengan menikah kan anaknya orang tua akan merasa tenang, karena perzinahan atau bahkan hamil diluar nikah di kalangan remaja tidak akan terjadi.
2.    Dampak negatif
a.    Dampak terhadap pasangan suami istri
Terkadang anak yang menikah di usia dini tidak bisa memenuhi atau bahkan tidak tahu sebenarnya apa saja hak dan kewajibannya sebagai suami istri itu ? nah, ketidaktahuan ini di sebabkan karena mental dan fisik yang belum matang dan belum benar-benar siap untuk menghadapi kehidupan setelah pernikahan, akibatnya masing-masing pihak ingin menang sendiri dan pertengkaran pun tidak dapat di hindari.
b.    Dampak terhadap masing-masing keluarganya
Pernikahan yang dilakukan anak-anak yang masih di bawah umur, mereka masih mempunyai sifat kekanak-kanakan dimana mereka belum bisa mandiri dalam mengurusi kehidupan keluarganya. Biasanya mereka yang melakukan pernikahan dini itu masih ikut dengan orang tua, masih tinggal dengan orang tuanya sehingga mereka tidak bisa mandiri dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. Ketika terjadi pertengkaran dalam rumah tangga mereka, maka orang tua masing-masing akan ikut campur dalam menyelesaikan masalah nya. Nah hal inilah yang akan mengurangi keharmonisan antar keluarga masing-masing.
c.    Dampak terhadap anak-anaknya
Tidaklah mudah untuk menjalankan pernikahan di usia muda, terutama bagi wanita yang melangsungkan pernikahan di bawah umur 20 tahun apabila hamil akan mengalami gangguan-gangguan pada kandungannya, selain itu rentan perceraian di dalam pernikahan dini. Mengapa? Karena seringkali pertengkaran ataupun perselisihan itu berujung perceraian. Dan biasanya sebelum terjadi perceraian anak sudah lahir, hingga kemudian anak itu di titipkan untuk sementara waktu ataupun selamanya kepada nenek dan kakeknya atau saudara ayah dan ibunya.
C.  Perencanaan Keluarga
Perencanaan keluarga ini sangat erat kaitannya dengan mempersiapkan kehamilan dengan jarak yang ideal. Dengan persiapan yang matang, semua anggota keluarga akan mendapat manfaatnya. Manfaat yang didapat antara lain ibu dapat dapat merawat anak secara optimal, hubungan dengan suami bisa lebih harmonis, bisa mempersiapkan masalah finansial secara matang, selain itu ibu juga memiliki waktu berkualitas untuk dirinya sendiri.
Referensi:
Pertemuan ke-8 : Metode Kontrasepsi
A.  Jenis-jenis Alat Kontrasepsi
1.    Kondom pria dan wanita
Jika dibandingkan dengan alat kontarsepsi lainnya, maka kondom merupakan alat kontrasepsi yang paling dikenal masyarakat, terutama yang dikhususkan bagi pria. Namun, kini telah beredar kondom bagi wanita; yang hampir mirip dengan kondom pria, namun harus dipasang di mulut vagina 8 jam sebelum melakukan hubungan seksual. Kekurangan: Jenis alat kontrasepsi ini hanya dapat digunakan sekali, kurang efektif dalam mencegah kehamilan, dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada alat kelamin.
2.    Pil KB
Ternyata, pil KB dibagi ke dalam 2 golongan, yaitu jenis yang mengandung hormon progesteron dan kombinasi progesteron-estrogen (seperti Diane 35 dan Yasmin). Kekurangan: Harus rutin dikonsumsi setiap hari, dalam beberapa kasus dapat memicu terganggunya pola menstruasi, kenaikan berat badan, hingga darah tinggi; serta tidak melindungi penggunanya dari penularan infeksi menular seksual (IMS).
3.    Suntik KB
Suntik KB merupakan langkah pencegahan kehamilan dengan menyuntikkan hormon progestin pada lengan bagian atas setiap 3 bulan sekali. Kekurangan: Dapat menimbulkan efek serupa penggunaan pil KB, seperti mual dan kenaikan berat badan; tidak melindungi penggunanya dari IMS, serta dapat menurunkan gairah seksual.
4.    Koyo Ortho Evra
Koyo ortho evra memang tidak terlalu populer di masyarakat pada umumnya. Untuk pemakaian, koyo ini biasanya ditempelkan pada perut bagian bawah, bokong atau lengan; dan mampu mencegah kehamilan dengan melepaskan hormon estrogen dan progestin ke dalam tubuh. Kekurangan: Dapat memicu iritasi kulit, meningkatkan tekanan darah, menyebabkan sakit kepala berkepanjangan.
5.    IUD/Spiral
IUD atau yang masyarakat kenal dengan spiral, merupakan alat kontraspesi berbentuk huruf T yang dipasang di dalam rahim. IUD ada yang terbuat dari tembaga (seperti Paragard yang bertahan selama 10 tahun) dan bahan lain yang mengandung hormon (seperti Mirena yang bertahan selama 5 tahun). Kekurangan: Dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, seperti kram; ada risiko tubuh menolak pemasangan IUD, serta memicu ketidakteraturan pola serta volume darah yang dikeluarkan saat menstruasi.
6.    Implan
Implan alat kontrasepsi berbentuk batang kecil (40mm) yang dipasang di lengan bagian atas dan berfungsi untuk mencegah kehamilan dengan perlahan melepaskan hormon progestin. Kekurangan: Dapat memicu iritasi serta rasa tidak nyaman di area lengan yang dipasangi implan, meningkatkan risiko mentruasi yang tidak teratur dengan jumlah darah yang berlebih di masa awal penggunaannya, serta tidak dapat digunakan oleh mereka yang menderita diabetes, penyakit liver, serta osteoporosis.
7.    Spermisida
Umumnya, spermisida yang berbentuk krim atau jeli akan diaplikasikan ke dalam vagina minimal 30 menit sebelum berhubungan seksual. Fungsinya adalah untuk membunuh sperma agar tidak bergerak ke dalam rahim dan membuahi sel telur. Kekurangan: Kontrasepsi yang satu ini seringkali memicu timbulnya iritasi serta tidak melindungi penggunanya dari IMS.

8.    Diafragma
Diafragma adalah alat kontrasespsi berbentuk kubah yang terbuat dari karet dan dipasang di mulut rahim; biasanya digunakan bersamaan dengan spermisida. Perlu diperhatikan bahwa diafragma harus tetap dipakai setidaknya sampai 6 jam setelah berhubungan seksual. Kekurangan: Dapat memicu iritasi pada jaringan vagina serta tidak melindungi penggunanya dari IMS
9.    Cervical cap
Berbentuk hampir serupa dengan diafragma, Cervical Cap diletakkan di mulut rahim agar jalur masuk sperma terhalang. Kekurangan: Pemasangannya cukup merepotkan karena harus dilakukan oleh dokter dan hanya efektif digunakan selama 2 hari saja.
10.     Jenis kontrasepsi permanen
Jika Anda dan pasangan sudah yakin dengan keputusan untuk tidak memiliki momongan lagi, maka tidak ada salahnya untuk mencoba kontrasepsi permanen yang dibagi ke dalam 3 jenis, yaitu:
a.    Vasektomi
Vasektomi merupakan prosedur medis yang melibatkan penutupan saluran vas deferens pada pria. Kekurangan: Melibatkan prosedur operasi serta bersifat irreversible, alias tidak dapat diubah lagi.
b.    Tubektomi
Tubektomi merupakan proses sterilisasi pada wanita yang melibatkan langkah pemotongan serta pengikatan saluran tuba falopi. Kekurangan: Melibatkan prosedur operasi, berisiko menimbulkan infeksi dan pendarahan di dalam, serta bersifat irreversible.
c.    Implan Tuba
Kontrasepsi permanen yang dapat Anda coba adalah implan tuba –pemasangan implan yang terbuat dari logam atau silikon di bagian tuba falopi. Kekurangan: Mahal dan memicu ketidaknyamanan di area pinggul
11.     Pil KB kombinasi progestin dan estrogen
Kelebihan:
-Mengurangi perdarahan saat menstruasi
-Mengurangi gejala PMS
-Membuat siklus haid lebih teratur
-Meningkatkan kepadatan tulangMengurangi risiko penyakit kanker ovarium & endometrium,  stroke, salphingitis, rematik
Kekurangan:
-Meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular
-Peningkatan berat badan
-Dapat mengganggu produksi ASI
-Tidak mengurangi risiko infeksi menular seksual
B.  Kontraindkasi dan Tempat Pelayanan
1.    Kondom
Kontraindikasi :
a.    Alergi terhadap karet.
b.    Tempat pelayanan : Rumah sakit, Klinik KB, Puskesmas, Tim Keluarga Berencana Keliling (TKBK), Pos Alat Keluarga Berencana Desa (PAKBD), dan Pembantu Petugas Keluarga Berencana Desa (PPKBD), Apotik, Dokter, Bidan swasta.
2.    Tubektomi (MOW)
Kontraindikasi :
a.    Penyakit jantung,
b.    Penyakit paru-paru,
c.    Turunnya rongga dada (hernia diagfragmatika),
d.   Turunnya tali pusar (hernia umbilikalis),
e.    Radang akut selaput perut (peritonitis akut).
f.     Tempat pelayanan : Rumah sakit, PKM atau KKB yg memiliki tenaga terlatih utk melakukan Tubektomi.
3.    Vasektomi (MOP)
Kontraindikasi :
a.    Peradangan kulit atau jamur di daerah kemaluan,
b.    Peradangan pada alat kelamin pria,
c.    Penyakit kencing manis,
d.   Kelainan mekanisme pembekuan darah.
e.    Tempat pelayanan : Rumah sakit, Puskesmas, Klinik KB yang mempunyai tenaga terlatih untuk melakukan Vasektomi.
4.    Pil KB
Kontraindikasi :
a.    Tidak dianjurkan bagi yang mempunyai penyakit, seperti lever hati, tumor, jantung, varises, dan darah tinggi,
b.    Menyusui, kecuali pil mini,
c.    Pendarahan di vagina yang tidak  diketahui penyebabnya,
d.   Sakit kepala sebelah (migrain).
e.    Tempat pelayanan : Pos Alat Keluarga Berencana Desa (PAKBD), Pembantu Petugas Keluarga Berencana Desa (PPKBD), Tim Keluarga Berencana Keliling (TKBK), Rumah sakit, klinik KB, Apotik, Dokter, bidan swasta.
5.    Suntikan
Kontraindikasi :
a.    Ibu hamil,
b.    Pendarahan di vagina yang tidak tahu sebabnya,
c.    Tumor,
d.   Penyakit jantung, lever (hati), darah tinggi, dan kencing manis,
e.    Sedang menyusui bayi < 6 minggu.
f.     Tempat pelayanan : Rumah sakit, Klinik, dan Puskesmas, Dokter dan Bidan swasta.
6.    Susuk KB/Implan
Kontraindikasi :
a.    Hamil atau diduga hamil,
b.    Pendarahan di vagina yang tidak tahu penyebabnya,
c.    Penyakit jantung, varises, kencing manis, darah tinggi, dan kanker.
d.   Tempat pelayanan : Rumah sakit, Klinik, dan Puskesmas, Dokter dan Bidan swasta.
7.    Spiral/IUD/AKDR
Kontraindikasi :
a.    Kehamilan,
b.    Gangguan pendarahan,
c.    Peradangan alat kelamin,
d.   Tumor jinak Rahim,
e.    Radang Panggul.
f.     Tempat pelayanan : Rumah sakit, Klinik KB, Puskesmas, Tim Keluarga Berencana Keliling (TKBK, Dokter dan Bidan swasta).
C.  Dampak Eektivitasnya
1.    Kondom
Efektivitas kondom dalam mencegah kehamilan sangat tinggi. Namun, karena cara penggunaan yang salah, fungsi kondom pun bisa jadi tidak efektif dan tetap berisiko menyebabkan kehamilan. Dapat menyebabkan: Alergi terhadap lateks (bahan pembuat karet kondom), Dermatitis dan Kebocoran pada kondom.
2.    Pil
Pil KB sangat efektif, terutama jika dikonsumsi secara konsisten dan mengikuti arahan dokter, setiap hari di waktu yang sama. Dapat menyebabkan: Meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular, Peningkatan berat badan, Dapat mengganggu produksi ASI dan Tidak mengurangi risiko infeksi menular seksual
3.    Suntik KB
Kemungkinan kehamilan yang terjadi pada pengguna KB suntik 3 bulan hanya 0,3 per 100 wanita. Dapat menyebabkan: Timbulnya perdarahan yang tidak normal, Dapat membuat perubahan mood dan Dapat menyebabkan pusing dan payudara lebih terasa sensitif atau nyeri.
4.    IUD/Spiral
Sebagai kontrasepsi jangka panjang, IUD (intrauterine device) memiliki efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan kontrasepsi oral. Dapat menyebabkan: Posisi IUD dapat bergeser dan Tidak nyaman bagi wanita, terkadan juga bagi pria saat berhubungan karena ada benang sisa IUD dan Dapat timbul efek samping seperti kram dan perdarahan saat menstruasi yang lebih banyak.
5.    Implan
Untuk dapat bekerja dengan baik, implan harus berada dalam posisi yang benar serta harus diganti jika sudah habis waktunya. Kejadian kebobolan tersebut biasanya terjadi jika Anda menggunakan KB susuk implan selama 3 tahun dan tidak segera dilepas atau diganti dengan impan yang baru. Dapat menyebabkan: Haid menjadi tidak teratur, atau tidak haid sama sekali, Darah haid menjadi lebih banyak, atau malah menjadi lebih sedikit dan Flek/bercak darah yang keluar saat sedang tidak haid.
6.    Spermisida
Spermisida akan jauh lebih efektif, bila menggunakan kontrasepsi lain (misal kondom). Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya. Dapat menyebabkan: Pemakaian spermisida membutuhkan waktu dan Tidak melindungi dari penyakit menular seksual
7.    Diafragma
Efektifitas tidak terlalu tinggi, Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara penggunaan yang benar. Dapat menyebabkan : Diafragma yang terlalu besar bisa membuat rasa yang tidak nyaman, sedangkan yang terlalu kecil bisa berisiko lepas atau pindah posisi dan dapat menimbulkan iritasi.
8.    Vasektomi
Efektivitas vasektomi untuk mencegah kehamilan tergolong tinggi yaitu mendekati 100 persen. Dari 10.000 prosedur vasektomi, hanya 15 - 20 wanita dari pasangan pria yang menjalani vasektomi yang akan mengalami kehamilan. Namun harus diingat, vasektomi tidak efektif dengan segera. Air mani pria sesaat setelah vasektomi masih mengandung sperma. Jika ingin menghindari kehamilan, gunakan alat kontrasepsi lain selama beberapa waktu. Dapat menyebabkan : Biaya relatif lebih mahal dibanding metode lain, Risiko komplikasi tindakan berupa perdarahan atau infeksi dan Tidak menurunkan risiko penularan penyakit kelamin.
9.    Tubektomi
Menurut hasil penelitian lain menyebutkan bahwa kontrasepsi tubektomi merupakan kontrasepsi mantap yang sangat efektif dalam mencegah kehamilan, kontrasepsi jenis ini memiliki efektivitas sekitar 99,4-99,8% per 100 wanita. Dapat menyebabkan : Semakin muda usia seorang wanita melakukan tubektomi, maka semakin tinggi kemungkinan gagal dan Tidak dapat melindungi dari penyakit menular seksual, sehingga masih diperlukan alat kontrasepsi lain seperti kondom.
10.      Sistem kalender
Metode ini efektif bila dilakukan secara baik dan benar. Bagi wanita dengan siklus haid teratur, efektifitasnya lebih tinggi dibandingkan wanita yang siklus haidnya tidak teratur. Dapat menyebabkan: Sulit menentukan waktu yang tepat dari ovulasi dan Tidak mengetahui secara pasti masa subur
Referensi :
Pertemuan ke-9 : Trend KB di Indonesia
A.  Perkembangan KB

1.    Periode Perintisan dan Pelaporan

a.    Sebelum 1957 – Pembatasan kelahiran secara tradisional (penggunaan ramuan, pijet, absistensi/ wisuh/ bilas liang senggama setelah coitus).
b.    Perkembangan birth control di daerah – Berdiri klinik YKK (Yayasan Kesejahteraan Keluarga) di Yogyakarta. Di Semarang : berdiri klinik BKIA dan terbentuk PKBI tahun 1963. Jakarta : Prof. Sarwono P, memulai di poliklinik bagian kebidanan RSUP. Jawa dan luar pulau Jawa (Bali, Palembang, Medan).
2.    Periode Persiapan dan Pelaksanaan
Terbentuk LKBN (Lembaga Keluarga Berencanan Nasional) yang mempunyai tugas pokok mewujudkan kesejahteraan sosial, keluarga dan rakyat. Bermunculan proyek KB sehingga mulai diselenggarakan latihan untuk PLKB (Petugas Lapangan keluarga Berencana).
B.  Tujuan
Untuk berkontribusi dalam menurunkan kematian ibu, pertumbuhan penduduk dan tingkat fertilitas dengan mengatasi kebutuhan KB yang tidak terpenuhi, menghilangkan kendala akses, dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam menyediakan metode kontrasepsi modern yang digunakan secara sukarela oleh perempuan dan laki-laki di Indonesia.
C.  Dampak KB di Indonesia
Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan angka kematian ibu dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; Peningkatan kesejahteraan keluarga; Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan mutu dan layanan KB-KR; Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM; Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.
1.    Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran
a.    Untuk ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka manfaatnya :
1)   Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dan terlalu pendek.
2)   Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya  waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat, dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya.
b.    Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya:
1)   Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam keadaaan sehat.
2)   Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan.
c.    Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya:
1)   Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik, karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga.
2)   Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap anak.
3)   Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata-mata.
d.   Untuk ayah, memberikan kesmpatan kepadanya agar dapat:
1)   Memperbaiki kesehatan fisiknya.
2)   Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta lebih banyak waktu terluang untuk keluarganya.
e.    Untuk seluruh keluarga, manfaatnya:
Kesehatan mental, fisik, sosial setiap anggota keluarga tergantung dari kesehatan seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk memperoleh pendidikan (Handayani, 2010).
D.  Ukuran-ukuran KB
Beberapa ukuran KB yang dikenal dalam pelaksanaan kegiatan KB antara lain:
1.    Angka kelangsungan
Merupakan angka yang menunjukkan proporsi peserta keluarga berencana yang masih menggunakan alat kontrasepsi setelah suatu periode pemakaian tersebut. Ada 4 macam angka kelangsungan yang dikenal dan terbagi menjadi 2 kelompok pendekatan yaitu:
a.    Kelompok pertama, ditinjau dari pendekatan klinik (pemakaiannya) terdiri dari angka kelangsungan cara pertama dan angka kelangsungan semua.
b.    Kelompok kedua, ditinjau dari pendekatan demografi (kegagalan setelah pemakaian, tanpa memperdulikan apakah masih memakai atau tidak) terdiri dari kehamilan yang dapat dihindarkan dan kelahiran yang dapat dihindarkan.
2.    Peserta KB Aktif
Tahap yang dilakukan untuk memperkirakan jumlah peserta KB aktif yaitu dengan menggunakan angka kelangsungan dan mendasarkan pada distribusi alat kontrasepsi pada suatu waktu tertentu. Perhitungan ini menggunakan kombinasi dari kedua cara tersebut (sesuai dengan yang dilakukan oleh BKKBN pada saat ini). Dalam memperkirakannya peserta KB aktif perlu rincian terhadap perkiraan jumlah pil oral yang disampaikan, perkiraan jumlah pemberian kondom yang disampaikan kepada peserta KB, perkiraan jumlah suntikan yang dilakukan kepada peserta KB, jumlah peserta medis operatif pria, perkiraan jumlah pengguna medis operatif wanita, dan perkiraan tingkat kelangsungan pemakaian dari peserta KB baru IUD.
3.    Bulan Pasangan Perlindungan atau Tahun Pasangan Perlindungan
Bulan pasangan perlindungan adalah banyaknya bulan pasangan suami istri yang terlindung dari kemungkinan mengalami kehamilan karena menggunakan salah satu alat kontrasepsi. Dan tahun pasangan perlindungan adalah banyaknya tahun pasangan yang terlindungi dari kemungkinan mengalami kehamilan karena menggunakan salah satu alat kontrasepsi. Cara perhitungannya dapat dilakukan dengan cara menggunakan angka kelangsungan penggunaan alat kontrasepsi dan menggunakan banyaknya alat konstrasepsi yang didistribusikan.
4.    Perkiraan Penurunan Fertilitas akibat Pelaksanaan KB
Perhitungan perkiraan penurunan fertilitas dalam hal ini dilakukan dengan menggunakan metode “John Laing” dengan alasan metode cukup halus dan mudah. Cukup halus karena di dalam perhitungannya telah dilakukan penyesuaian dari ukuran efektivitas kontrasepsi dengan cara menghilangkan kemungkinan adanya “PPA” yaitu overlap antara masa “post-parfum amernorhea” dengan masa menggunkan kontrasepsi. Dengan kata lain tanpa menggunakan kontrasepsi pun, orang tercegah dari kehamilan karena masa steril. Jadi, penggunaan kontrasepsi yang dilakukan tidak efektif. Untuk menghitung proporsi penurunan fertilitas perlu diketahui keterangan mengenai jumlah pasangan usia subur.  Proporsi penurunan fertilitas yakni :
YEP = Indeks Yearly effective protection
PUS = Pasangan Usia Subur
*Apabila diketahui data mengenai tingkat fertilitas suatu daerah sebelum program KB (baik total fertility rate = TFR atau crude birth rate = CBR).
Referensi:

Posting Komentar

0 Komentar