TUGAS MATA KULIAH ANALISIS BIAYA SATUAN
PENERAPAN
BIAYA SATUAN DI RUMAH SAKIT UNDATA PALU
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
1.
Rheina Magvira N
201 16 001
2.
Hema Nurmaliana N
201 16 003
3.
Rizka Anatasia Gunawan N 201 16 004
4.
Agnes Monica Simbolinggi N 201 16 009
5.
Irma Apriani N
201 16 011
6.
Putri Retnosari N
201 16 012
7.
Riska Yuliana Ridwan N 201 16 013
8.
Vivin Virdayanti N
201 16 216
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO PALU
2 0 1 9
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera Bagi Kita
Semua.
Dengan memanjatkan puji
syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya
kepada kita sekalian, sehingga dalam kehidupan kita dapat berkarya serta
melaksanakan tugas dan kewajiban di bidang masing–masing. Semoga kita semua
selalu mendapat petunjuk dan perlindunganNya sepanjang masa. Dan dalam pada itu
dengan izin-Nya, Alhamdulillah niat dan tekad penyusun untuk menyelesaikan
penyusunan tugas mata kuliah Analisis Biaya Satuan yaitu “Analisis Biaya Satuan di RS Undata Palu”
dapat tersusun dengan baik.
Tugas ini di susun dengan
bahasa yang sederhana berdasarkan berbagai literatur tertentu dengan tujuan
untuk mempermudah pemahaman mengenai teori yang di bahas. Kendati demikian, tak
ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penyusun terbuka dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, penyusun
berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan
sumbangsih untuk kemajuan perkembangan akademik.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Palu, 21 April 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
KATA
PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR
ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A.
Latar Belakang........................................................................................ 1
B.
Tujuan.................................................................................................... 2
C.
Manfaat.................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 4
A.
Pengertian Rumah Sakit.......................................................................... 4
B.
Tugas dan fungsi Rumah Sakit................................................................ 4
C.
Pengertian Biaya..................................................................................... 5
D.
BIaya Satuan........................................................................................... 5
E.
Pengukuran Biaya Rumah Sakit.............................................................. 7
F.
MAnfaat Perhitungan Biaya Satuan........................................................ 8
G.
Prosedur Penentuan Tarif di RS.............................................................. 9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 10
A.
Penetapan Tarif di RS Undata Palu....................................................... 10
B.
Dasar Penetapan Tarif di RS Undata Palu............................................. 10
C.
Analisis Biaya Satuan di RS Undata Palu............................................. 10
D.
Kelebihan Penggunaan Analisis Biaya Satuan di RS
Undata Palu......... 10
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................... 12
A.
KESIMPULAN..................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 13
DOKUMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah suatu badan usaha
yang menyediakan dan memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka
panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitative untuk orang-orang yang
menderita sakit, terluka dan untuk yang melahirkan (World Health Organization). UU No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat. Pelayanan rumah sakit juga diatur dalam kode etik rumah
sakit, dimana kewajiban rumah sakit terhadap karyawan, pasien dan masyarakat
diatur. Berdasarkan Pasal 29 ayat (1) huruf f dalamUU No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Nurwahyuni, 2017).
Rumah Sakit
sebagai suatu unit ekonomi, mempunyai fungsi produksi, konsumsi dan pertukaran.
Aktivitas ekonomi yang dilakukan dalam unit ekonomi tersebut berupa pemberian
layanan kesehatan. Faktor penggerak yang sangat dasar adanya aktifitas ekonomi
tersebut tentunya timbul karena kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Untuk
dapatmenjalankan fungsinya, rumah sakit dihadapkan pada kemajuan teknologi
dibidang kesehatan yang berdampak pada pembiayaan dan investasi dengan biaya
tinggi. Peningkatan kebutuhan masyarakat akan pelayanan bidang kesehatan
menuntut rumah sakit untuk selalu meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya
sehingga dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan profesional. Tuntutan
tersebut merupakan tujuan dan sekaligus motivasi untuk menyelenggarakan
pelayanan rumah sakit (Unit Cost dan Tarif Rumah Sakit). Tujuan dari
penetapan tarif adalah meningkatkan pemulihan biaya rumah sakit dan
meningkatkan akses pelayanan. Unsur pertama yang perlu dipertimbangkan dalam
penentuan tarif pelayanan kesehatan adalah biaya per unit (Nurwahyuni,2017).
Tarif rumah sakit merupakan suatu elemen yang amat esensial bagi rumah
sakit yang tidak dibiayai penuh oleh pemerintah atau pihak ketiga. Rumah sakit
swasta, baik yang bersifat mencari laba maupun yang nirlaba harus mampu
mendapatkan biaya untuk membiayai segala aktifitasnya dan untuk dapat terus
memberikan pelayanan kepada masyarakat sekitarnya. Rumah sakit pemerintah yang
tidak mendapatkan dana yang memadai untuk memberikan pelayanan secara cumacuma
kepada masyarakat, juga harus menentukan tarif pelayanan. Di Indonesia, praktis
seluruh rumah sakit, apakah itu RS umum ataupun RS perusahaan atau RS swasta,
harus mencari dana yang memadai untuk membiayai pelayanannya. Jadi, semua rumah
sakit di Indonesia harus mampu menetapkan suatu tarif pelayanan.
Tiap rumah sakit akan menetapkan tarif pelayanan sesuai dengan misinya
masing-masing. Akan tetapi, ada pertimbangan yang relatif sama di dalam
penetapan tarif rumah sakit, yaitu mendapatkan revenue yang mencukupi untuk menjalankan rumah sakit, baik dari
sumber pengguna jasa maupun dari sumber lain. Ada rumah sakit yang membutuhkan
revenue untuk menutupi biaya operasional saja, ada rumah sakit yang membutuhkan
dana bahan habis pakai saja, dan ada rumah sakit yang membutuhkan dana untuk
segala macam pengeluaran, termasuk penghasilan pemegang saham. Ada rumah sakit
yang memerlukan revenue hanya dari
sumbangan atau anggaran pemerintah.
Penetapan tarif pelayanan rumah sakit akan sangat bervariasi tergantung
dari sifat rumah sakit itu sendiri. Lebih-lebih lagi jika kita kaji bahwa rumah
sakit juga memiliki misi sosial, khususnya RSU dan rumah sakit pemerintah lain,
yang di dalam penetapan tarif tidak hanya bergantung pada revenue requirement.
Pertimbangan kondisi komunitas di sekitarnya atau komunitas yang menjadi target
pelayanan seringkali sangat dominan di dalam penetapan tariff rumah sakit. Hal
ini terkait dengan fungsi sosial dan aspek komoditas umum (publik) pada
berbagai pelayanan kesehatan. Oleh karenanya sering kita saksikan bahwa tari
rumah sakit umum ditetapkan oleh Peraturan Daerah, yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Akan tetapi untuk rumah sakit tertentu seperti RS
ABRI dan RS swasata nirlaba, apakah perlu ditetapkan dengan Perda? Tentu saja
tidak, akan tetapi tarif pelayanan tersebut beberapa pelayanan masih harus
terikat oleh peraturan pemerintah.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan tariff di RSUD
Undata Palu.
2. Untuk mengetahui landasan dalam proses penerapan tarif
3. Untuk mengetahui metode yang
digunakan dalam proses penerapan tarif di RSUD Undata Palu.
C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penerapan tariff
di RSUD Undata Palu
4. Mahasiswa mampu memahami dasar apa yang digunakan
dalam proses penerapan tarif di buat di RSUD Undata Palu.
2. Mahasiswa mampu mengetahui alat yang digunakan dalam
proses penerapan tarif di RSUD Undata Palu
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Rumah Sakit
Menurut WHO (World
Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu
organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang
rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
B. Tugas dan Fungsi Rumah
Sakit
Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakanpenyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
Untuk menyelenggarakan fungsinya, maka rumah sakit
menyelenggarakan kegiatan:
1. Pelayanan
medis.
2. Pelayanan
dan asuhan keperawatan.
3. Pelayanan
penunjang medis dan nonmedis.
4. Pelayanan
kesehatan kemasyarakatan dan rujukan.
5. Pendidikan,
penelitian dan pengembangan.
6. Administrasi
umum dan keuangan.
Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009
tentang rumah sakit, fungsi rumah sakit adalah:
1. Penyelenggaraan
pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan
rumah sakit Universitas Sumatera Utara.
2. Pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna
tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaaan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan
dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan
penelitian dan pengembangan serta pengaplikasian teknologi dalam bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
C. Pengertian Biaya
Pengertian Biaya Definisi biaya menurut Munawir
(2002:307), yang dimaksud dengan biaya adalah nilai kas atau setara kas yang
dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperkirakan akan memberi
manfaat saat kini atau masa depan pada organisasi atau pengorbanan yang terjadi
dalam rangka untuk memperoleh barang atau jasa yang bermanfaat. Definisi biaya
yang lain dikemukakan oleh Mulyadi (2005:8-9), dimana biaya adalah pengorbanan
15 sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau
kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut
Hansen dan Mowen (2005:12), pengertian biaya adalah kas atau nilai ekuivalen
kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang ataupun jasa yang diharapkan
memberi manfaat saat ini atau dimasa depan. Pada intinya ketiga definisi
tersebut memiliki persamaan bahwa konsep biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomis yang dalam hal ini berwujud kas atau setara kas agar dapat memberikan
manfaat tertentu. Manfaat tertentu tersebut digunakan oleh pengguna (user) untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai dengan informasi yang berasal dari perhitungan biaya tersebut. Pengguna
(user) dari informasi biaya tersebut
dapat berasal dari dalam perusahaan (intern)
seperti manajer, atau analis keuangan, maupun berasal dari luar perusahaan (ekstern) seperti investor maupun
pemerintah.
D. Jenis-jenis biaya
satuan
Pengklasifikasian biaya memiliki dasar yang berbeda
– beda. Hal tesebut sesuai dengan keperluan perhitungan biaya yang diinginkan
oleh penggunanya. Klasifikasi tersebut juga disesuaikan dengan tujuan dari
pengguna informasi agar dapat sejalan dengan hasil yang diinginkan sehingga
apabila informasi tersebut digunakan untuk pengambilan keputusan tidak memuat
informasi yang salah nantinya. Hansen dan Mowen dalam bukunya yang berjudul Managerial Accounting (2007:72) mengklasifikasikan biaya berdasarkan 2
komponen 16 yakni perubahan jumlah produk dan berdasarkan fungsinya dalam
produksi. Klasifikasi tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan
pada perubahan jumlah produk (Output)
a. Biaya
Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap biaya yang secara relatif tidak
dipengaruhi oleh jumlah produksi (output)
yang dihasilkan, Misalnya: Gaji pegawai, biaya gedung.
b. Biaya
Variable (Variabel Cost)
Biaya variabel adalah biaya yang nilainya
dipengaruhi oleh banyaknya output
(produksi). Pada umumnya besar volume produksi sudah direncanakan secara rutin.
Oleh sebab itu biaya variabel sering juga disebut sebagai biaya rutin.
Contohnya adalah biaya obat, biaya alat, biaya bahan habis pakai dimana
besarnya akan berbeda jika pasien sedikit dibandingkan pasien yang banyak.
c. Biaya
Semi Variabel (Semi Variable Cost)
Biaya semi variabel adalah biaya yang mengandung
biaya tetap, tetapi juga mengandung biaya tidak tetap. Contohnya adalah biaya
insentif penerimaan selain gaji yang besar kecilnya tergantung pada banyak
sedikitnya jumlah pelayanan yang diberikan. d. Biaya Total (Total Cost) Biaya total adalah jumlah
dari biaya tetap (Fixed Cost) dan
variabel (Variable Cost) atau (Total Cost = Fixed Cost + Variable Cost).
2. Berdasarkan
Fungsinya dalam Proses Produksi
a. Biaya
Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang berkaitan langsung
dengan pelayanan atau biaya yang ditetapkan pada unit-unit yang berkaitan
dengan pelayanan (unit produksi). Contoh biaya langsung pada pelayanan
kesehatan adalah biaya yang dikeluarkan pada pelayanan rawat jalan, rawat inap,
ICU.
b. Biaya
Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang digunakan
secara tidak langsung demi kelancaran proses produksi (pelayanan). Contoh dari
biaya tidak langsung antara lain adalah biaya alat tulis, administrasi,
trasnportasi.
Pada
dasarnya pusat biaya dibagi dalam 2 (dua) bagian:
1. Pusat
Biaya Penunjang
Pusat biaya penunjang merupakan unit-unit yang tidak
langsung meghasilkan produk rumah sakit, seperti: unit pimpinan (direksi), tata
usaha, unit pemeliharaan, laundry, unit gizi dan lain sebagainya.
2. Pusat
Biaya Produksi
Pusat biaya produksi merupakan unit dimana produk
(pelayanan) rumah sakit langsung diterima oleh konsumen (pasien) sehingga
hasilnya merupakan pendapatan rumah sakit, seperti laboratorium, radiologi,
poliklinik rawat jalan, unit gawat darurat, unit rawat inap, unit pelayanan
persalinan, dan sebagainya.
E. Pengukuran Biaya Rumah
Sakit
Pengukuran biaya sangat bergantung pada kemampuan
untuk menelusuri (traceabilility).
Hal tersebut akan menentukan tingkat keakuratan pada proses pembebanan biayanya.
Keakuratan yang dimaksud adalah suatu konsep yang relatif dan harus dilakukan
secara logis terhadap penggunaan metode pembebanan biaya. Tujuan pembebanan
biaya yang tepat digunakan agar dapat menghasilkan informasi yang benar guna
pengambilan keputusan. Proses pembebanan dan perhitungan biaya yang terjadi
dalam Ilmu Akuntansi memiliki istilah yang berbeda dalam Ilmu Kesehatan. Dalam
Ilmu kesehatan, proses tersebut disebut dengan analisis biaya. Analisis biaya
19 sering dilakukan di lingkup rumah sakit. Analisis biaya rumah sakit
didiskripsikan sebagai suatu kegiatan menghitung biaya rumah sakit untuk
berbagai jenis pelayanan yang ditawarkan, baik secara total maupun per unit
atau per pasien . Seperti halnya pengukuran biaya dalam ilmu Akuntansi, analisis
biaya yang dilakukan di rumah sakit juga memiliki berbagai tujuan. Seperti yang
dikemukakan oleh Ade Fatma Lubis dalam bukunya yang berjudul Ekonomi Kesehatan
(2009:97), analisis biaya rumah sakit ini bertujuan antara lain untuk
mendapatkan gambaran mengenai unit atau bagian yang merupakan pusat biaya serta
pendapatan, melihat gambaran biaya pada unit tersebut yang meliputi biaya tetap
dan biaya variabel yang pada akhirnya akan menggambarkan pendapatan rumah
sakit. Proses analisis biaya ini digunakan untuk memperoleh :
1. Informasi
untuk kebijakan tarif dan subsidi serta kebijaksanaan pengendalian biaya
2. Dasar
pertimbangan dalam negosiasi dengan pihak-pihak yang akan mengadakan kontrak
dengan menggunakan jasa rumah sakit.
3. Pertanggungjawaban
tentang efektifitas biaya kepada pihak yang berkepentingan.
4. Dasar
untuk perencanaan anggaran yang akan dating.
F.
Manfaat
Perhitungan Biaya Satuan
Secara garis besar manfaat utama dari perhitungan
biaya satuan,menurut Ade Fatma Lubis dalam bukunya yang berjudul Ekonomi
Kesehatan (2009;98):
1. Pricing
Informasi biaya satuan sangat penting dalam
penentuan kebijaksanaan tarif rumah sakit. Dengan diketahuinya biaya satuan (Unit Cost), dapat diketahui apakah tarif
sekarang merugi atau menguntungkan.
2. Budgetting/Planning
Informasi jumlah biaya (Total Cost) dari suatu unit produksi dan biaya satuan (Unit Cost) dari tiap-tiap output rumah
sakit sangat penting untuk alokasi anggaran dan untuk perencanaan anggaran.
3. Budgetary Control
Hasil analisis biaya dapat dimanfaatkan untuk
memonitor dan mengendalikan kegiatan operasional rumah sakit.
4. Evaluasi
dan Pertanggungjawaban
Analisis biaya bermanfaat untuk menilai performance keuangan rumah sakit secara
keseluruhan, sekaligus sebagai pertanggung jawaban kepada pihak-pihak
berkepentingan.
G. Prosedur penentuan
tarif di Rumah Sakit.
Sebagai Badan Layanan Umum (BLU), Rumah sakit
memiliki aturan tersendiri untuk menentukan besarnya tarif. Penentuan tarif
diatur dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeritah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Secara garis besar dalam pasal 9
tersebut, di dapatkan informasi bahwa BLU dapat memungut biaya kepada
masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan, Imbalan
atas barang/jasa layanan yang diberikan ditetapkan dalam bentuk tarif yang
disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi
dana serta tarif layanan harus mempertimbangkan aspek-aspek: kontinuitas dan
pengembangan layanan; daya beli masyarakat; sas keadilan dan kepatutan; dan
kompetisi yang sehat.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Penetapan Tarif di RS
Undata Palu
Biaya nyata (Real
Cost) yaitu biaya yang langsung kelihatan/diketahui, yang timbul sebagai
akibat tidak tercapainya karakteristik mutu yang dipersyaratkan (Eddy, 2007).
Penetapan tarif di RS Undata Palu belum berbasis real cost. Sehingga tarif RS Undata Palu
ditentukan oleh tim tarif yang dibentuk olehrumah sakit. Tiap-tiap poliklinik
penetapan tarifnya sama karena masih berdasarkan penetapan tarif konvensional
(tradisional). Dimana tarif yang tetapkan tidak berdasarkan lama waktu
pelayanan yang diberikan rumah sakit.
B. Dasar Penetapan Tarif
di RS Undata Palu
Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah No.
52 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas
Peraturan Gubernur Nomor 52 Tahun 2011 Tentang Tarif Pelayanan Kesehatan pada
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Provinsi Sulawesi Tengah
C. Melakukan Analisis
Biaya Satuan di RS Undata Palu
Rumah Sakit Undata Palu lebih memilih melakukan
analisis biaya satuan dibandingkan penetepan tarif, karena dengan penggunaan
analisis biaya pihak tim tarif juga beroerientasi dengan BPK-BLU, akan tetapi
tidak mengabaikan fungsi sosial masyarakat. Hal ini dilakukan agar rumah sakit
tidak mengalami kerugian dan semakin berkembang sehingga bisa memberikan
pelayanan yang baik untuk pasien dengan alat-alat yang semakin canggih, dimana
pada penetapan tarif di RS sendiri dapat berorientasi secara berkelanjutan yang
artinya ada progres dari RS. UNDATA tersebut. Dengan dilakukannya analisis
biaya satuan di RS Undata dapat berlaku seperti hukum pasar yang dimana demand-nya naik, maka supply-nya pun ikut naik.
D.
Kelebihan
Menggunakan Analisis Biaya Satuan di RS Undata Palu
Kelebihan dari sistem tradisional yang di dapatkan
dari hasil wawancara bersama dr. Jemy di RS Undata Palu. Rumah Sakit Undata
Palu menggunakan analisis biaya dengan beroerientasi pada BPK-BLU, hal ini
dilakukan agar rumah sakit tidak mengalami kerugian dan semakin berkembang
sehingga bisa memberikan pelayanan yang baik untuk pasien. Kelebihan lainnya
dengan menggunakan sistem ini yaitu mudah
diaudit, karena jumlah cost driver
tidak terlalu banyak sehingga memudahkan auditor (tim tarif RS Undata) melakukan proses audit dan mudah diterapkan
karena penetapan tarif untuk seluruh unit di RS undata di samaratakan.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Penetapan
Tarif di RS Undata Palu
Biaya nyata (real cost) yaitu biaya yang
langsung kelihatan/diketahui, yang timbul sebagai akibat tidak tercapainya
karakteristik mutu yang dipersyaratkan.
Penetapan tarif di RS Undata Palu belum berbasis real
cost. Sehingga tarif RS Undata Palu ditentukan oleh tim tarifyang dibentuk
olehrumah sakit. Tiap-tiap poliklinik penetapan tarifnya sama karena masih
berdasarkan penetapan tarif konvensional (tradisional). Dimana tarif yang
tetapkan tidak berdasarkan lama waktu pelayanan yang diberikan rumah sakit.
2. Dasar Penetapan Tarif
di RS Undata Palu
Berdasarkan Peraturan
Gubernur Sulawesi Tengah No. 52 Tahun 2015
Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Nomor 52 Tahun 2011 Tentang
Taif Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Undata Provinsi Sulawesi
Tengah.
3.
Melakukan
Analisis Biaya Satuan di RS Undata Palu
Rumah Sakit Undata Palu lebih memilih melakukan
analisis biaya satuan dibandingkan penetepan tarif, karena dengan penggunaan
analisis biaya pihak tim tarif juga beroerientasi dengan BPKBLU, akan tetapi
tidak mengabaikanfungsi sosial masyarakat. Hal ini dilakukan agar rumah sakit
tidak mengalami kerugian dan semakin berkembang sehingga bisa memberikan pelayanan
yang baik untuk pasien dengan alat-alat yang semakin canggih, dimana pada
penetapan tarif di RS sendiri dapat berorientasi secara berkelanjutan yang
artinya ada progres dari RS. UNDATA tersebut. Dengan dilakukannya analisis
biaya satuan di RS Undata dapat berlaku seperti hukum pasar yang dimana demand-nya
naik, maka supply-nya pun ikut naik.
4. Kelebihan
Menggunakan Analisis Biaya Satuandi RS Undata Palu
Kelebihan dari sistem tradisional yang di dapatkan
dari hasil wawancara bersama dr. Jemy di RS Undata Palu. Rumah Sakit Undata
Palu menggunakan analisis biaya dengan beroerientasi pada BPK-BLU, hal ini
dilakukan agar rumah sakit tidak mengalami kerugian dan semakin berkembang
sehingga bisa memberikan pelayanan yang baik untuk pasien. Kelebihan lainnya
dengan menggunakan sistem ini yaitu mudah
diaudit, karena jumlah cost driver
tidak terlalu banyak sehingga memudahkan auditor (tim tarif RS Undata) melakukan proses audit dan mudah diterapkan
karena penetapan tarif untuk seluruh unit di RS undata di samaratakan.
B. SARAN
Makalah yang kami buat masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kami berharap pembaca terutama Bapak Dosen
dapat memberikan kritik dan saran kepada kami untuk perbaikan makalah agar
lebih bagus lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Ghozali. (2009).
“Biaya Satuan Pendidikan Dasar dan Kebutuhan Dana Untuk Pendidikan Dasar
Gratis.” Jurnal FEB Universitas Islam Negeri Jakarta.Hlm 1-22.
Agus Dwi
Purwolastono,SE. (2012). Analisis Biaya Pendidikan Dengan Pendekatan Acivity Based Costing System: Studi
Kasus Pada Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November
Surabaya.Tesis. UGM.
Bastian Indra. (2015). Akuntansi
Pendidikan.Yogyakarta: BPFE. __________.(2006). Akuntansi Pendidikan. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Charles T. H., Srikant
M.D. & George F.(2006) Akuntansi Biaya. (Ahli Bahasa: P.A. Lestari, S.E.).
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Kemendikbud. (2012). Penyusunan Unit cost Program Studi
Dengan Dasar Model Activity Based Costing
(ABC).
Fattah Nanang. (2012). Ekonomi
& Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Forum Dosen Akuntansi
Sektor Publik. (2006). Standar Akuntansi Pemerintah.Yogyakarta: BPFE.
Fred dan Anne Abraham.
(2006). “Activity Based Costing and
Activity Data Collection: A Case Study in The Higher Education Sector.”
Research Online. 211. Hlm. 1-15.
Nurwahtuni
Atik. (2017) Analisis
Pembiayaan Kesehatan Bersumber Pemerintah Di Kota Serang Tahun 2014 – 2016. “Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia”. Hal. 138-148.
0 Komentar