Iklan atas - New

Tugas Resume Epidemologi Penyakit Tidak Menular


Tugas Resume
Epidemologi Penyakit Tidak Menular


Dosen Pengampuh: Marselina, S.KM., M.Kes
Disusun Oleh :

Nama      : Moh. Reza Rizaldy
Stambuk : N 201 16 086
Kelas      : KESMAS A 2016

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2018


Pertemuan ke-5 :
Tahapan pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
1.    Pencegahan primer
Upaya pencegahan yg dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pd periode pre patogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit. Tujuan: mengurangi insiden penyakit dengan cara mengendalikan penyebab penyakit dan faktor risikonya. Terdiri dari Health promotion dan Specific protection.
Dilakukan melalui 2 strategi: populasi dan individu


a.          Health Promotion
a)              Pendidikan kesehatan, penyuluhan
b)             Gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan
c)              Penyediaan perumahan yg sehat
d)            Konseling perkawinan
e)              Genetika
f)               Pemeriksaan kesehatan berkala
b.         Spesific Protection
a)              Penggunaan gizi tertentu
b)             Perlindungan terhadap zat yang dapat menimbulkan kanker
c)              Menghindari zat-zat alergenik




2.    Pencegahan sekunder
Upaya pencegahan yg dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung namun belum timbul tanda/gejala sakit (patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut.
Tujuannya untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi. Bentuknya berupa deteksi dini dan pemberian pengobatan (yang tepat).
Fase penyakit                         Tahap dini Penyakit
Target                                                        Pasien
Tahap pencegahan sekunder
Diagnosis dini dan pengobatan segera


a.    Penemuan kasus (individu atau masal)
b.    Skrining
c.    Pemeriksaan khusus dengan tujuan
d.   Menyembuhkan dan mencegah penyakit berlanjut
e.    Mencegah penyebaran penyakit menular
f.     Mencegah komplikasi dan akibat lanjutan
g.    Memperpendek masa ketidakmampuan
h.    Pengobatan yang cukup untuk menghentikan proses penyakit
i.      mencegah komplikasi dan sekuele yg lebih parah
j.      Penyediaan fasilitas khusus untuk membatasi ketidakmampuan dan mencegah kematian


3.    Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah Pencegahan yg dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir periode patogenesis) dengan tujuan untuk mencegah cacat dan mengembalikan penderita ke status sehat.  Upaya pencegahan tersier bagi masyarakat mencakup ketersediaan fasilitas, layanan, dan tenaga medis kedaruratan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang di dalamnya upaya pencegahan primer dan sekunder sudah tidak ampuh.
Tujuannya untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan dan membantu penderita-penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi. Contohnya mencakup rehabilitasi, layanan ambulan rumah sakit, dokter dan dokter bedah, perawat, dan tenaga professional kesehatan yang lain.
4.    Strategi dalam penanggulangan penyakit dan promosi kesehatan PTM
a.    Strategi :
1)   Advokasi
2)   Social Support
3)   Pemberdayaan Masyarakat
4)   Kemitraan
b.    Promosi kesehatan PTM
Peran Promosi Kesehatan dalam PTM cukup besar terutama dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait faktor risiko bersama penyebab Penyakit Tidak Menular. Dalam Renstra tahun 2010-2014 diharapkan seluruh rumah tangga Indonesia menerapkan PHBS sebesar 70%.
c.    Strategi pokok promkes, yaitu :
1)   Mengembangkan kebijaksanaan masyarakat yang berwawasan kesehatan (build healthy public policy),
2)   Menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive environment),
3)   Memperkuat gerakan masyarakat (strengthen community action),
4)   Mengembangkan kemampuan perorangan (develop personal skills),
5)   Menata kembali arah pelayanan kesehatan (re-orient health services)
Referensi:
Pertemuan ke-6 :
Stepwise untuk penanggulangan PTM
1.    Unsur-unsur surveilans PTM
a.    Kegiatan pengamatan, Pengamatan terhadap penyakit dan masalah kesehatan serta factor determinannya.
b.    Sistematis, Proses pengumpulan pengolahan dan analisis dan analisis data serta penyebar luasan informasi epidemiologi.
c.    Terus menerus menunjukan kegiatan surveilans di lakukan setiap saat sehingga informasi epidemiologis tersedia secara terus menerus.
2.    Sumber data PTM
Sumber data adalah seluruh fasilitas kesehatan yang mempunyai data PTM, yaitu:
a.    Survei berkala seperti
1)   Riset Kesehatan dasar (Riskesdas),
2)   Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI),
3)   Survei Sosial Ekonomi nasional (Susenas),
4)   Survei Kesehatan Daerah (Surkesda)
b.    Pencatatan faktor risiko di pos pembinaan Terpadu (posbindu) PTM
c.    Pencacatan faktor risiko PTM di puskesmas
d.   Pencatatan factor risiko PTM rumah sakit
e.    Laboratorium
Sumberdata juga bisa berasal dari
a.    Survei, antara lain Riskesdas, SDKI, SKRT, Susenas dsb.
b.    Hasil wawancara dan pengukuran FR PTM di masyarakat melalui deteksi dini.
c.    Hasil wawancara dan pengukuran FR PTM di Puskesmas.



3.    Tujuan dan manfaat stepwise untuk penanggulangan PTM
a.    Tujuan

1)   Mengumpulkan informasi terhadap faktor risiko penyakit kronis penyakit tidak menular untuk pembuat kebijakan dan perencanaan intervensi.

2)   Terkumpulnya data faktor risiko yang sesuai standar dapat disesuaikan dengan standar masing-masing negara.

3)   Menyediakan sistem surveilans penyakit kronis untuk negara dengan pendapatan rendah – menengah.

4)   Membangun kapasitas masing-masing negara untuk monitoring faktor risiko penyakit tidak menular.

5)   Mengintegrasi pendekatan dengan biaya rendah

b.    Manfaat surveilans PTM
1)   Mengenali kasus tertutup atau pada kelompok (klaster) tertentu.
2)   Menilai dampak program kesehatan masyarakat dan menilai pola permasalahan kesehatan masyarakat (tren)
3)   Mengukur faktor-faktor resiko/ penyebab penyakit. memantau efektivitas dan mengevaluasi dampak program pencegahan serta mengontrol pengukuran, strategi intervensi dan perubahan kebijakan kesehatan
4)   Membuat perencanaan dan menyediakan pengobatan/ perawatan
5)   Mengestimasi besaran masalah dalam epidemiologi dan memonitoring pola penyakit dengan cara: menguatkan komitmen, memobilitasi komunitas/masyarakat dan melakukan advokasi untuk mencukupi sumber daya manusia dan sumber dana lainnya
4.    Pendekatan Stepwise untuk surveilens faktor risiko
Pengertian Kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap faktor risiko PTM agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Faktor risiko dimaksud adalah hal-hal yang mempengaruhi atau berkontribusi terhadap terjadinya penyakit tidak menular.
5.    Pendekatan STEPwise untuk surveilans stroke

Langkah mengidentifikasi kelompok stroke:

a.    Informasi tentang pasien stroke dirawat difasilitas kesehatan.

b.    Identifikasi kejadian stroke fatal yang berbasis masyarakat.

c.    Memperkirakan kejadian stroke on-fatal berbasis masyarakat

Referensi:

Pertemuan ke-7 :
1.    Epidemiologi Penyakit Hipertensi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada  pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai pengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi  batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari  pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini  biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit  jantung.
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih.
2.    Faktor Risiko Hipertensi
a.    Jenis kelamin. Hpertensi lebih banyak terjadi pada pria usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah usia 55 tahun.
b.    Umur. Semakin tua umur seseorang, semakin tinggi tekanan darahnya.
c.    Keturunan (genetik). Seseorang memiliki risiko lebih besar terkena hipertensi jika orang tuanya merupakan penderita hipertensi.
d.   Obesitas atau kegemukan. Seseorang yang kegemukan mempunyai risiko 5 kali lebih besar terkena hipertensi daripada orang yang berat badannya normal.
e.    Kurang olahraga. Orang yang kurang aktivitas mempunyai detak jantung lebih keras dan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi ini mengakibatkan tekanan darah meningkat.
f.     Kebiasaan merokok. Merokok bias meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Selain itu, akan meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung, dan stroke. Lebih berbahaya lagi jika pada saat hipertensi dan tetap merokok maka akan memicu komplikasi penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan jantung dan darah.
g.    Mengkonsumsi garam berlebih. Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada penderita diabetes, hipertensi, orang dengan usia tua dan orang berkulit hitam.
h.    Kolestrol. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah menyebabkan timbunan kolestrol pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menyempit, pada akhirnya akan mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi.
i.      Minum alkohol. Alkohol dapat merusak jantung dan juga pembuluh darah ini akan mengakibatkan tekanan darah meningkat atau tinggi.
j.      Konsumsi kafein. Kandungan kafein dalam kopi terbukti meningkatkan tekanan darah. Setiap secangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein yang berpotensi meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg.
k.    Stress. Faktor stress dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi. Stress memicu peningkatan aktivitas syaraf simpatis, sehingga meningkatkan tekanan darah.
3.    Pencegahan dan penanggulangan penyakit Hipertensi
Cara pencegahan hipertensi yang pertama adalah dengan konsumsi buah tomat. Tomat mengandung gamma-amino butyric acid (GABA), yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah sehingga dapat mencegah hipertensi. Selain tomat konsumsi juga brokoli yang memiliki manfaat sama dengan tomat.
Tips cara mencegah hipertensi lainnya adalah dengan konsumsi seledri. Seledri sudah lama digunakan pakar pengobatan oriental untuk mencegah penyakit hipertensi. Konsumsilah seledri sedikitnya 4 pucuk seledri setiap hari untuk menjaga tekanan darah. Boleh juga dibuat jus agar mudah diminum. Cara pencegahan hipertensi lainnya adalah dengan konsumsi Yogurt. Dibandingkan susu rendah lemak, yogurt mengandung 50% lebih banyak kalsium dan potasium yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Dengan mengonsumsi kedua mineral ini dan menjaga asupan garam, mampu menurunkan tekanan darah sistolik dan diastoliknya. Bagi anda yang bertekanan darah normal pun dapat memanfaatkannya, karena semakin mendekati angka tekanan darah yang sehat, jantung akan semakin sehat. Jika tak suka yogurt, cobalah mencampurkannya ke dalam makanan kesukaan Anda.
Cara pencegahan hipertensi lainnya adalah dengan menghindari kebiasaan buruk merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko terkena hipertensi, perokok berat akan menurunkan elastisitas pembuluh darah yang pada akirnya akan menyebabkan hipertensi. Apabila anda salah satu perokok berat, mulailah kurangi intensitas merokok anda dari sekarang. Selain rokok cara lainnya adalah dengan mengatur stress anda, baik stress yang diakibatkan oleh banyaknya pekerjaan ataupun lainnya, semakin tinggi stress yang kita alami semakin meningkatkan resiko terkena hipertensi. Jadi mulailah atur stress anda. Selain itu hindari juga berat badan berlebih atau Obesitas. Orang yang menderita obesitas akan mudah sekali terserang berbagai berbagai macam penyakit salah atunya adalah penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal ini disebabkan oleh orang gemuk seluruh organ akan bekerja extra keras, jantung akan bekerja extra keras untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh, hal ini akan mengakibatkan terjadinya hipertensi.
Selain itu anda juga bisa melakukan pencegahan sekaligus juga pengobatan hipertensi dengan konsumsi ekstrak teripang, hasil penelitian para ahli ektrak teripang laut jenis gamat emas sangat baik dalam menurunkan tekanan darah tinggi secara alami dan tanpa efek samping.
Cara mencegah penyakit Hipertensi :
a.     Menjaga berat badan ideal. Berat badan berlebih bisa membuat seseorang lebih berisiko terserang hipertensi.
b.     Berolahraga secara rutin. Seseorang yang aktif berolahraga akan lebih terhindar dari risiko terserang hipertensi. Lakukan jalan cepat atau bersepeda 2-3 jam setiap minggu.
c.     Konsumsi makanan yang rendah lemak dan kaya serat. Misalnya, roti dari biji-bijian utuh, beras merah, serta buah dan sayuran.
d.     Kurangi garam. Batasi dalam makanan, tidak lebih dari satu sendok teh.
e.     Kurangi konsumsi alkohol. Mengonsumsi lebih dari takaran alkohol yang disarankan, bisa meningkatkan risiko hipertensi.
f.      Berhenti merokok. Meski rokok tidak menyebabkan hipertensi secara langsung, tetapi rokok bisa membuat arteri menyempit, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
g.     Konsumsi kafein sesuai yang dianjurkan. Meminum lebih dari empat cangkir kopi sehari bisa meningkatkan risiko hipertensi.
Referensi:
Pertemuan ke-8 :
Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Jatung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Jantung diberi oksigen dalam darah melalui arteri-arteri koroner utama yang bercabang menjadi sebuah jaringan pembuluh lebih kecil yang efisien.
1.    Klasifikasi PJK
Menurut Huon Gray (2002:113) penyakit jantung koroner diklasifikasikan menjadi 3, yaitu Silent Ischaemia (Asimtotik), Angina Pectoris, dan Infark Miocard Akut (Serangan Jantung). Berikut adalah penjelasan masing-masing klasifikasi PJK:
a.    Silent Ischaemia (Asimtotik)
Banyak dari penderita silent ischaemia yang mengalami PJK tetapi tidak merasakan ada sesuatu yang tidak enak atau tanda-tanda suatu penyakit (Iman, 2004:22).
b.    Angina Pectoris
Angina pectoris terdiri dari dua tipe, yaitu Angina Pectoris Stabil yang ditandai dengan keluhan nyeri dada yang khas, yaitu rasa tertekan atau berat di dada yang menjalar ke lengan kiri dan Angina Pectoris tidak Stabil yaitu serangan rasa sakit dapat timbul, 8 baik pada saat istirahat, waktu tidur, maupun aktivitas ringan. Lama sakit dada jauh lebih lama dari sakit biasa. Frekuensi serangan juga lebih sering.
c.    Infark Miocard Akut (Serangan Jantung)
Infark miocard akut yaitu jaringan otot jantung yang mati karena kekurangan oksigen dalam darah dalam beberapa waktu. Keluhan yang dirasakan nyeri dada, seperti tertekan, tampak pucat berkeringat dan dingin, mual, muntah, sesak, pusing, serta pingsan (Notoatmodjo, 2007:304).
2.    Epidemiologi PJK
Dewasa ini Penyakit Jantung koroner/Coronary Artery Disease (PJK/CAD) merupakan salah satu penyakit jantung yang sangat penting karena penyakit ini di derita oleh jutaan orang dan merupakan penyebab kematian utama di beberapa Negara termasuk Indonesia. Sebagai gambaran, di Amerika Serikat dilaporkan jumlah penderita PJK (Infark Miokard Akut) baru adalah 1,5 juta per tahun (1 penderita tiap 20 detik).
Di Indonesia, Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi jantung koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi jantung koroner berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7 persen. Sementara prevalensi jantung koroner menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%).
Pada hasil riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan bahwa Prevalensi gagal jantung berdasar wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,13 persen, dan yang terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3 persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi DI Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%). Prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar 0,5 persen.
Kemudian Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter serta yang didiagnosis dokter atau gejala meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2,0 persen dan 3,6 persen, menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi PJK yang didiagnosis dokter maupun berdasarkan diagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada perempuan (0,5% dan 1,5%). Prevalensi PJK lebih tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak bekerja. Berdasar PJK terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi di perkotaan, namun berdasarkan terdiagnosis dokter dan gejala lebih tinggi di perdesaan dan pada kuintil indeks kepemilikan terbawah.
Salah satu factor risiko dari penyakit jantung adalah hipertensi dan Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) dan  Prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak bekerja, kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik.
Sedangkan Pada analisis hipertensi terbatas pada usia 15-17 tahun menurut JNC VII 2003 didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 persen (laki-laki 6,0% dan perempuan 4,7%), perdesaan (5,6%) lebih tinggi dari perkotaan (5,1%). Penyakit jantung terdistribusi dalam masyarakat berdasarkan karakteristik masyarakat dan lingkungannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa distribusi PJK adalah:
a.    Lebih banyak pada masyarakat negara berkembang dibandingkan negara sedang berkembang.
b.    Lebih banyak ditemukan pada daerah perkotaan dibandingkan daerah pedesaan.
c.    Lebih banyak mengenai golongan masyarakat sosial ekonomi menengah ke atas dibandingkan sosial ekonomi lemah.
d.   Lebih banyak mengenai pria daripada wanita; namun yang lebih banyak meninggal adalah wanita.
e.    Meninggi setelah berumur 40 tahun. Risiko tinggi sudah terjadi jika memasuki umur 50 tahun.
f.     Tinggi angka kematiannya, lebih banyak yang meninggal daripada yang selamat.
3.    Strategi pencegahan dan promosi kesehatan mengenai masalah PJK di Indonesia
a.    Pencegahan Primer
Ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya PJK baru (new onset Coronary Heart Disease) dengan cara mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor risiko melalui pendekatan komuniti berupa penyuluhan faktor-faktor risiko PJK terutama pada kelompok risiko tinggi. Pencegahan primer ditujukan kepada pencegahan berkembangnya proses atherosklerosis secara dini. Dengan demikian sasarannya adalah kelompok usia muda (Bustan, 2000). Upaya-upaya yang dilakukan dalam pencegahan primer terhadap Penyakit Jantung Koroner antara lain:
1)   Berhenti merokok
Menghentikan kebiasan merokok merupakan hal yang paling sukar dilakukan, diperlukan motivasi dan kesadaran yang sangat kuat dari diri siperokok maupun lingkungannya. Berhenti merokok adalah alternatif terbaik untuk kesehatan seperti pencegahan Penyakit Jantung
2)   Olah raga
Dengan olah raga secara teratur dan sedini mungkin, berarti mencegah terjadinya atherosklerosis lebih lanjut yang senantiasa akan menjadi Penyakit Jantung Koroner. Olah raga dapat membukakan saluran pembuluh darah baru disekitar pembuluh darah yang tersumbat sehingga darah mengalir dengan lancer kembali
3)   Kontrol berat badan
Mengatur pola makan dengan baik agar tidak menjadi kegemukan. Hindari makan makanan yang mengandung lemak jenuh
4)   Mengontrol tekanan darah
Melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin untuk mengetahui dan mengenal tekanan darah sendiri. Apabila tinggi, kontrol dan perlu berobat secara teratur
5)   Mengontrol kolesterol darah
Dilakukan dengan cara mengidentifikasi jenis makanan yang kaya akan kolesterol kemudian mengurangi konsumsinya
b.    Pencegahan Sekunder
Cara mencegah penyakit jantung koroner pada tahap pencegahan sekunder ini yakni upaya mencegah keadaan PJK yang sudah pernah terjadi untuk berulang atau menjadi lebih berat. Disini diperlukan perubahan pola hidup dan kepatuhan berobat bagi mereka yang sudah menderita PJK. Pencegahan ini ditujukan untuk mempertahankan nilai prognostik yang lebih baik dan menurunkan mortalitas
c.    Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadi komplikasi yang lebih berat atau kematian. Pencegahan dalam tingkatan ini bisa berupa rehabilitasi jantung. Program rehabilitasi jantung terutama ditujukan kepada penderita PJK, pernah mendapat serangan jantung atau pasca operasi jantung. Kecemasan dan kekuatiran sering timbul pada penderita PJK apalagi setelah serangan jantung mendadak. Hidup dilewati dengan rasa ketakutan karena segala sesuatunya harus dikontrol dan dibatasi.
Referensi:
Pertemuan ke-9 :
Epidemiologi Kanker Payudara
1.    Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara adalah kondisi ketika sel kanker terbentuk di jaringan payudara. Kanker bisa terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran (duktus) yang membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga bisa terbentuk di jaringan lemak atau jaringan ikat di dalam payudara.
Kanker payudara terbentuk saat sel-sel di dalam payudara tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Sel tersebut umumnya membentuk tumor yang terasa seperti benjolan. Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari satu di antara seribu.
2.    Teori terjadinya Kanker
Perubahan yang terjadi pada sel, terutama disebabkan oleh sinar UV, sinar X dan bahan-bahan kimia penyebab kanker. Yang termasuk bahan-bahan kimia penyebab kanker adalah Benzopyrene, yakni zat berbahaya yang terjadi akibat adanya pembakaran. Benzopyrene biasa ditemukan pada produk-produk yang dimasak dengan api atau pengasapan. Benzopyrene mengakibatkan timbulnya sebuah zat tertentu yang secara kimia bisa mengikat DNA dan ikatan inilah yang kemudian mengakibatkan terjadinya perubahan struktur DNA.
Perubahan ini merugikan proses pembelahan sel dan sebaliknya menguntungkan proses “Mutasi.” Semakin lama seseorang mengkonsumsi tembakau, maka semakin besar pula zat-zat penyebab kanker yang dihisap oleh si perokok, sehingga semakin tinggi pula resiko- bahwa zat-zat penyebab kanker yang telah ia hisap tersebut, akan menjadi pemicu terjadinya perubahan struktur dalam gen.
Resiko terjadinya “Mutasi” akan semakin bertambah seiring dengan pertambahan usia, hal ini dikarenakan tubuh seseorang yang semakin berumur bekerja tak seoptimal dulu. Inilah yang dengan mudah bisa memicu terjadinya kesalahan pada pembelahan sel.
a.    Gejala
1)   Fase  awal  kanker  payudara  asimtomatik  (tanpa  tanda  dan  gejala).  Tanda  dan  gejala  yang  paling  umum  adalah  benjolan  dan  penebalan pada payudara.  Kebanyakan  kira-kira  90%  ditemukan  oleh  penderita  sendiri.  Kanker payudara pada stadium dini biasanya tidak menimbulkan keluhan.
2)   Fase lanjut :
a)    Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.
b)   Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.
c)    Eksim  pada  puting  susu  dan  sekitarnya  sudah  lama  tidak  sembuh  walau diobati.
d)   Puting  sakit,  keluar  darah,  nanah  atau  cairan  encer  dari  puting  atau  keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau tidak menyusui.
e)    Puting susu tertarik ke dalam.
f)    Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peud d’orange).
3)   Metastase luas, berupa :
a)    Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
b)   Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
c)    Peningkatan alkali   fosfatase   atau   nyeri   tulang   berkaitan dengan penyebaran ke tulang.
d)   Fungsi hati abnormal.
Di Indonesia, kanker payudara masih menjadi masalah besar karena lebih dari 70% pasien datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut dengan berbagai bentuk luka, antara lain tumor melekat pada kulit dan jaringan dibawahnya serta penyebaran pada  kelenjar  getah  bening  regional.  Gejala  lain  yang  mungkin  timbul  adalah  batuk dan  sesak  nafas  karena  metastasis  tumor  pada  paru,  sakit  di  punggung  akibat  metastasis pada tulang belakang, berat badan semakin menurun dan anemia.
b.    Stadium
Dibawah  ini  pembagian  stadium  klinis  Portman  yang  disesuaikan  dengan  aplikasi klinik :
1)   Stadium I :Tumor terbatas  dalam  payudara,  bebas dari jaringan    sekitarnya,    tidak    ada    klasifikasi/infiltrasi  berkulit dan jaringan dibawahnya. Besar tumor 1-2 cm. KGB (Kelenjar Getah Bening) regional belum teraba. 
2)   Stadium II  : Sama  dengan  stadium  I,  besar  tumor  2-5  cm,  sudah  ada  KGB  aksila    (+),  tetapi masih bebas dengan diameter kurang 2 cm.
3)   Stadium IIIA : Tumor berukuran 5-10 cm, tetapi masih bebas dari jaringan sekitarnya, KGB aksila masih bebas satu sama lain.
4)   Stadium IIIB  : Tumor   meluas   dalam   jaringan payudara   ukuran   5-10   cm,   fiksasi   pada   kulit/dinding  dada,  kulit  merah  dan  ada  edema  (lebih dari   1/3   permukaan   kulit   payudara),   ulserasi, nodul  satelit,  KGB  aksila  melekat  satu  sama  lain  atau  ke  jaringan  sekitarnya  dengan  diameter  2-5 cm dan belum ada metastasis jauh.
5)   Stadium IV    : Tumor  seperti  stadium  I,  II  atau  III  tetapi  sudah  disertai  dengan  KGB aksila supraklavikula dan metastasis jauh.
3.    Epidemiologi Kanker Payudara
Epidemiologi kanker payudara pada wanita menunjukkan adanya kelainan endokrin yang berhubungan dengan pajanan yang lama terhadap hormon ovarium. Hormon ovarium telah terbukti dapat meningkatkan aktivitas mitotik pada sel mammae yang dikultur. Terapi hormonal dalam dalam bentuk terapi pengganti hormon pascamenopause dapat berperan pada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara.
Perbedaan etnik dan geografis juga banyak mempengaruhi prevalensi kanker payudara. Wanita Asia yang dilahirkan dan dibesarkan di Asia memiliki risiko seperlima kali untuk mengalami kanker payudara dibandingkan dengan wanita Amerika. Risiko akan meningkat melebihi risiko wanita Amerika jika wanita Asia tinggal di AS selama dua generasi atau lebih yang menunjukkan bahwa lingkungan atau gaya hidup mempengaruhi penyakit ini. Walaupun berada pada suatu negara yang luas, insidensi dan mortalitas kanker payudara dapat berbeda-beda pada daerah yang berbeda. Pada daerah yang lebih makmur, rerata kanker payudara meningkat. Hal ini mungkin berhubungan dengan penundaan untuk memiliki anak pada wanita yang lebih kaya dan berpendidikan baik. Hubungan antara konsumsi alkohol dengan meningkatnya risiko kanker payudara menunjukkan adanya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan kanker.
4.    Faktor risiko Kanker Payudara
Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya kanker payudara adalah :
a.    Usia
Mayoritas kasus kanker payudara terjadi pada perempuan berusia di atas 50 tahun, tetapi juga dapat terjadi pada anak laki-laki atau perempuan mulai dari usia 15 tahun.
b.    Faktor Genetik
Gen yang dibawa oleh anggota keluarga kita dapat diturunkan dan mengakibatkan penyakit tertentu. Penyebab kanker payudara pun bisa disebabkan oleh mutasi gen yang tidak diwariskan biasanya terjadi pada mutasi gen yang disebut Human Epidermal Growth factor receptor 2 atau yang disingkat dengan HER2.
Sedangkan gen paling umum diwariskan adalah gen kanker payudara 1 (BRCA1) dan gen kanker payudara 2 (BRCA2), keduanya meningkatkan risiko kanker payudara dan kanker ovarium.
c.    Kontrasepsi Oral
Penggunaan kontrasepsi oral atau hormonal juga berisiko menyebabkan kanker payudara. dr Martha menyarankan untuk menghindari penggunaan alat kontrasepsi hormonal yang secara kumulatif melebihi delapan tahun dan gunakan kontrasepsi mekanik seperti spiral dan kondom untuk mengurangi risiko kanker payudara.
d.   Menstruasi Dini
Bagi perempuan yang mengalami menstruasi pertamanya di bawah usia 12 tahun sangat berisiko terkena kanker payudara. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah estrogen dalam tubuhnya, selama jangka waktu yang lama. Estrogen juga dikaitkan dengan kanker payudara karena dapat menyebabkan sel kanker untuk tumbuh.
e.    Riwayat Penyakit
Jika Anda sudah pernah menderita kanker payudara pada satu payudara, Anda memiliki peningkatan risiko mengembangkan kanker pada payudara satunya.

f.     Kehamilan Pertama di Usia Tua
Hamil di atas usia 35 tahun dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita yang hamil di usia tua berisiko tinggi melahirkan bayi prematur, dan hal ini akan berefek pada proses penyusuan dan penyapihan yang tidak normal.
g.    Menopause Usia Lanjut
Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara. Dijelaskan oleh dr Martha, dalam perbandingan wanita yang telah menjalani ooforektomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai resiko sepertiganya dibanding yang mengalami menopause pada usia normal, yaitu 50 tahun ke atas.
h.    Pola Hidup Tidak Sehat
"Kasus kanker payudara meningkat karena dewasa ini kebanyakan orang-orang menjalani pola hidup tidak sehat. Banyak makan fast food, mudah stress, jarang berolahraga, bekerja shift malam. Semua itu bisa memicu terjadinya kanker payudara,"
i.      Tidak menyusui, tidak menikah, tidak punya anak
Dr. Martha mengungkapkan bahwa wanita yang tidak pernah mengalami kehamilan yang lengkap atau tidak pernah melahirkan, dan tidak pernah menyusui, lebih berpotensi terkena kanker payudara.
5.    Pencegahan Kanker Payudara
Pencegahan  kanker  payudara  adalah  pencegahan  yang  bertujuan  menurunkan insidens   kanker   payudara   dan   secara   tidak   langsung   akan   menurunkan   angka  kematian akibat kanker payudara.
a.    Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat yang belum memiliki faktor risiko. Upaya ini dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Pencegahan primordial dilakukan melalui promosi kesehatan yang ditujukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
b.    Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah memiliki faktor risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Konsep  dasar  dari  pencegahan  primer  adalah  menurunkan  insidens  kanker  payudara yang dapat dilakukan  dengan :
1)   Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
2)   Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolah raga.
3)   Menghindari terlalu banyak terkena sinar-x atau jenis radiasi lainnya.
4)   Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat. Serat  akan  menyerap  zat-zat  yang  bersifat  karsinogen  dan  lemak,  yang  kemudian membawanya keluar melalui feses.
5)   Mengkonsumsi  produk  kedelai  serta  produk  olahannya  seperti  tahu  atau  tempe.  Kedelai  mengandung  flonoid yang  berguna  untuk  mencegah  kanker dan genestein yang berfungsi sebagai estrogen nabati (fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjar susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
6)   Memperbanyak   mengkonsumsi   buah-buahan   dan   sayuran,   terutama   yang   mengandung  vitamin  C,  zat  an tioksidan  dan  fitokimia  seperti  jeruk,  wortel,  tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.
Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri  daripada  oleh  dokter.  Karena  itu,  wanita  harus  mewaspadai  setiap  perubahan  yang  terjadi  pada  payudara.  Untuk  mengetahui  perubahan-perubahan    tersebut  dilakukan  pemeriksaan sederhana yang disebut pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). SADARI  sebaiknya  dilakukan  setiap  bulan  secara  teratur.  Cara  ini  sangat efektif   di   Indonesia   karena   tidak   semua   rumah   sakit   menyediakan   fasilitas pemeriksaan memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada  payudara  dari  bulan  ke  bulan.  Pemeriksaan  optimum  dilakukan  pada  sekitar  7-14  hari  setelah  awal siklus  menstruasi  karena  pada  masa  itu  retensi  cairan  minimal  dan  payudara  dalam  keadaan  lembut  dan  tidak  membengkak  sehingga  jika  ada  pembengkakan  akan  lebih  mudah  ditemukan.  Jika  sudah  menopause  maka  pilihlah satu  hari  tertentu,  misalnya  hari  pertama  untuk  mengingatkan  melakukan  SADARI setiap bulan.
f.     Pencegahan Sekunder
Pencegahan   sekunder   ditujukan   untuk   mengobati para penderita dan mengurangi  akibat -akibat  yang  lebih  serius  dari  penyakit  kanker  payudara  melalui  diagnosa dan deteksi dini dan pemberian pengobatan.
1)   Diagnosa Kanker Payudara
Diagnosa kanker payudara dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan yaitu :
a)    Anamnesa
·      Anamnesa terhadap keluhan di payudara atau ketiak apakah ada benjolan, rasa sakit, edema lengan atau kelainan kulit.
·      Anamnesa  terhadap  keluhan  di  tempat  lain  berhubungan  dengan  metastasis seperti nyeri tulang vertebrata, sesak, batuk dan lain-lain.
·      Anamnesa terhadap   faktor-faktor   risiko   (usia,   riwayat   keluarga,   riwayat  kanker individu dan konsumsi lemak).
b)   Pemeriksaan Fisik
Ketepatan  mendiagnosa  kanker  payudara  dengan  pemeriksaan  fisik  sekitar  70%. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap status lokalis payudara kanan atau kiri  atau  bilateral  dan  penderita  harus  diperiksa  dalam  posisi  duduk  dan  terlentang. Kemudian payudara diperiksa sehubungan dengan perubahan kulit, perubahan  puting  susu,  status  kelenjar  getah  bening  dan  pemeriksaan  pada  lokasi metastasis jauh.
c)    Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi dicurigai ganas.  Biopsi  jarum  halus  dilakukan  dengan  menusuk  tumor  dengan  jarum  halus dan disedot dengan spuit 10 cc sampai jaringan tumor lepas dan masuk ke dalam jarum. Kemudian jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli Patologi Anatomi untuk mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna).
d)   Pemeriksaan Radio logik
Pemeriksaan  radiologik  dilakukan  dengan  menggunakan  Mammografi  dan  USG (Ultrasonografi) payudara. Mammografi merupakan tindakan     pemeriksaan  payudara  dengan  menggunakan  sinar  X berintensitas  rendah.  Tujuan  pemeriksaan  ini  adalah  untuk  melihat  ada  tidaknya  benjolan  pada payudara. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk perempuan dengan keluhan perihal payudara, baik setelah ditemukan maupun sebelum ditemukan adanya benjolan dan sebagai check up kanker payudara. American Cancer Society dalam programnya menganjurkan sebagai berikut :
·      Untuk   perempuan   berumur   35-39   tahun,   cukup   dilakukan   1   kali   mammografi dasar (Baseline Mammogram).
·      Untuk  perempuan  berumur  40-50  tahun,  mammografi  silakukan  1  atau  2 tahun sekali.
Untuk  perempuan  berumur  di  atas  50  tahun,  mammografi  dilakukan  setahun sekali.USG sangat bermanfaat jika digunakan bersamaan dengan mammografi untuk tujuan diagnostik untuk membantu membedakan kista berisi cairan atau solid. Untuk menentukan stadium dapat menggunakan foto thoraks, USG abdomen, Bone Scanning (Scan tulang) dan CT Scan
6.    Permasalahan penanggulangan kanker payudara di Indonesia
Permasalahan dalam menangani kanker payudara ialah di Indonesia tidak banyak memiliki rumah sakit kanker dan sebarannya pun belum merata. Selain itu, keterbatasan fasilitas layanan kesehatan kanker juga faktor ekonomi penderita kanker berpengaruh terhadap kualitas layanan dan penanganan pasien kanker tersebut.
Referensi:
Heffner, L., & Schust, D, 2009. At A Glance Sistem Reproduksi Edisi 2, Jakarta, Erlangga.

Posting Komentar

0 Komentar