A.
Cara Analisis Ekonomi Untuk Program Kesehatan
Ada
beberapa kesulitan untuk dapat menerapkan dengan baik ilmu eko nomi ke dalam
bidang kesehatan. Yang pertama menyangkut operasionalisasi terminology
kesehatan hingga dapat diukur secara ekonomis. Yang kedua, adalah kesulitan
untuk mengukur hasil operasionalisasi tersebut, terutama yang menyangkut
masalah pengukuran output kesehatan itu sendiri. Apalagi kalua diingat bahwa
kesehatan itu sebenarya bukanlah barang dalam pengertian ekonomi. Sebab
kesehaan tidak dapat diperjualbelikan (nontradeable). Lain halnya dengan
perawatan kesehatan, yang dapat diperjualbelikan dan mempunyai nilai atau
harga. Karenanya, sebenarnya ilmu ekonomi akan lebih banya dan lebih relevan
peranannya untuk membicarakan masalah perawatan kesehatan daripada kesehatannya
sendiri (Lubis,2009).
Operasional terminology kesehatan mempunyai dua sisi bahasan, yaitu yang
berkaitan dengan cakupan aspek bahasan dan yang berkaitan dengan kedalaman
aspek bahasan. Pada kedua aspek inilah yang nantinya akan diukur secara
ekonomis. Cakupan bahasan yang dimaksud disini adalah aspek manakah dari kesehatan
yang akan dibahas (Lubis,2009)
Dalam mendekati berbagai kesulitan pengukuran output analisis ekonomi, pakar
ekonomi kesehatan mencoba mengukur melalui tiga bentuk pendekatan. Yaitu
pertama melalui pendekatan sumber daya manusia (human capital approach) yang
pada awalnya dikembangkan oleh Grossman (1972) dan Evans (1972). Pendekatan
yang kedua adalah dengan cara kemauan pasien untuk membayar (Willingness to
pay/WTP approach) yang antara lain digunakan oleh Mooney (1977) dalam membahas
tentang perhitungan manfaat pemberian pagar pada jalan bebas hambatan di
Inggris Raya. Yang terakhir adalah dengan melalui manfaat dari status sehat itu
sendiri (Utility of health status).
Human capital approach pada dasarnya menghitung manfaat hasil perawatan
kesehatan itu melalui berbagai kemampuan si pasien untuk menghasilkan produksi
di masa mendatang, yaitu setelah ia sembuh dari penyakit yang dideritanya
(produktivitas di kemudian hari).
Pendekatan willingness to pay merupakan koreksi terhadap kelemahan dari
pendekatan human capital, dimana dalam pendekatan ini penilaian output
kesehatan lebih banyak ditawarkan kepada si pasien sendiri. Artinya sei pasien
sendirilah yang menilai berapa dia mau membayar seandainya satatus kesehatannya
yang jadi membaik dari kondisi saat ini.
Metode yang paling umum digunakan untuk menganalisis ekonomi program kesehatan
biasanya berbagi menjadi dua bagian poko, yang pertama adalah analisis ekonomi
parsial, yaitu analisis ekonomi yang diterapkan hanya pada sisi input atau
output saja dan bukannya kepada keduanya sekaligus. Sedangkan metode yang kedua
biasa disebut sebagai analisis ekonomi secara menyeluruh (fully economic
analysis) yaitu penganalisian program kesehatan yang merangkum sekaligus masalah
input dan output program tersebut. (Lubis,2009)
Metode pendekatan menyeluruh lazimnya dibagi menjadi tiga kelompok besar yang
meliputi:
a. Analisis minimisasi biaya
(Cost-Minimization Analysis)
b. Analisis efektivitas biaya (Cost-Effectiveness
Analysis)
c. Analisis biaya manfaat (Cost-Benefit
Analysis)
Analisis
minimisasi biaya menekankan pada upaya pencapaian target program dengan cara
biaya program yang terkecil. Dengan demikian output yang hendak dicapai telah
telah ditentukan terlebih dahulu kemudian dicari upaya pelaksanaannya yang akan
menghasilkan biaya terkecil.cAnalisis efektivitas biaya mencari-cari pencapaian
output yang maksimal dengan jumlah biaya yang telah ditentukan. Sehingga metode
ini mencari maksimisasi output dengan biaya yang telah tertentu. Analisis biaya
manfaat mencari tau seberapa jauh program yang dilaksanakan akan bermanfaat. Di
dalam analisis ini yang dipersoalkan tersebut dapat lebih besar daripada biaya
yanf dikeluarkan, baik dalam artian yang langsung maupun yang tidak langsung.
Beberapa cara tentang metode analisis
ekonomi :
1. Analisis Biaya (Cost Analisis)
Dalam menganaisis biaya dari sitem pelayana kesehatan,
para ekonom seringkali ,mengukur nilai dari sumber daya yang dugunakan untuk
menghasilkan tingkat pelayanan tertentu. Kesulitan utama dari
pengukuran-pengukuran tingkat pelayanan ini adalah tidak adanya atau pengaruh
dai pelayanan tersebut. Oleh karenanya
tingkat pelayanan haus dipandang sebagai petunjuk untuk membahas biaya. Dalam
mengukur opportunity cost usaha diarahkan untuk menilai social dari sumber daya
tersebut dalam berbagai alternative investasi. Oleh karenanya, bila sukarelawan dipakai
dalam system kesehatan, perlu ditentukan nilai dari orang-orang ini.
2. Analisi Biaya Manfaat (Cost Benefit
Analysis)
Analisis Biaya Manfaat (CBA) merupakan suatu alat yang
paling penting untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan
pilihannya, atau lazimnya metode ini akan menjamin pengambilan keputusan untuk
dapat melakukan allocative afficiency (Mooney, 1986).
Pada dasarnya CBA menawarkan pebandingan antara seluruh
biaya dan manfaat dari suatu program yang dibiayai dari dana masyarakat. Biaya
yang dkeluarkan termasuk juga rencana pengeluaran yang terlihat dalam anggaran.
Sedangkan manfaat didapat bila kerugian di masa dating bisa dicegah karena
kebehasilan dari program tersebut.
Langkah-langkah Cost Benefit Analysis
Langkah-langkah yang dilakukan dalam CBA
adalah sebagi berikut:
a. Identifikasi para pengambil
keputusan
Langkah
ini bertujuan untuk menetapkan siapa yang akan dilibatkan dalam proses CBA,
terutama untuk memberikan penilaian terhadap dampak suatu program atau
alternative kebijaksanan secara menyeluruh.
b. Identifikasi alternative-aternatif
Langkah
ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas alternative-alternatif apa yang
tersedia di hadapan pengambilan keputusan, sehingga dapat dibandingkan baik
biaya maupun manfaat dari masing-masing alternative tersebut.
c. Identifikasi biaya
Menurut
definisi, biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi tau mungkin akan terjadi. Biaya suatu program
mencakup biaya itu sendiri dampak yang tidak diharapkan (disbenefit), maupun
benefit yang hilang olehkarena sumber daya tidak dialokasikan kepada alternative
lain (opportunity cost)
d. Identifikasi manfaat
Untuk
menghitung biaya langsung atau manfaat langsung suatu program, biasanya tidak
begitu sulit. Todak demikian halnya dengan akibat-akibat tidak langsung. Oleh
karena itu untuk program dampak tidak langsung sangat luas, misalnya dalam hal
lingkungan, menghitung manfaat total (total benefit) menjadi sangat sulit.
e. Transformasi dampak ke dalam nilai
moneter
Semua biaya
manfaat selanjutnya harus ditransformasikan ke dalam bentuk uang. Disini
masalah-masalah sering timbul, mialnya bagaimana menilai lama hidup seseorang
atas kebisingan lalu lintas, diukur dalam nilai uang.
f. Discounting
Oleh
karena efek (dampak) suatu rogram biasanya berlangsung lama, maka nilainilai
biaya dan manfaat tadi harus disesuaikan, oleh karena nilainya memang berubah
menurut perjalanan waktu. Hal ini dilakukan dengan tindakan discounting, yakni
dengan menggunakan discount rate yang sesuai.. Discounting adalah penyesuaian
nilai (uang) efek suatu program pada suatu waktu tertentu dalam nilai (uang)
pada waktu yang berbeda. Untuk itu dipergunakan discount rate, yakni
suatu angka yang menggambarkan hubungan nilai uang tahun tertentu dengan nilai
uang yang sama pada tahun berikutnya atau tahun sebelumnya. Biasanya discount
rate disesuaikan dengan interest rate (suku bunga) yang berlaku dalam
penjaminan uang.
g. Penafsiran hasil Cost benefit
analysis
Hasil
perhitungan biaya dan manfaat selanjutnya ditafsirkan dengan melakukan
perhitungan lebih lanjut.
3. Analysis Cost Effectiveness
Analisis cost-effectiveness merupakan cara memilih untuk
menilai program yang terbaik bila beberapa program yang berbeda dengan tujuan
yang sama tersedia untuk dipilih). Dalam menganalisis suatu biaya dalam
penyakit, analisis cost effectiveness mendasarkan pada perbandingan antara
biaya suatu program pemberantasan tertentu dan akibat dari program tersebut
dalam bantuk perkiraan dari kematian dan kasus yang bisa dicegah.
0 Komentar