Iklan atas - New

Analisis kualitas lingkungan | laporan praktikum


PRAKTIKUM ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa  karena berkat  dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya sehingga saya dapat menyusun laporan Analisis Kualitas Lingkungan. Semoga penulisan laporan ini dapat memenuhi syarat mengikuti ujian akhir mata kuliah Analisis Kualitas Lingkungan.
Laporan ini disusun dengan tujuan agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan khususnya pada Mata Kuliah Analisis Kualitas Lingkungan. Saya menyadari sepenuhnya dalam penyusunannya laporan ini masih jauh dari kata sempurna, itu semua tidak luput dari kodrat saya sebagai manusia biasa yang tidak luput pula dari suatu kesalahan dan kekeliruan.
Sehingga kritikan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca merupakan sesuatu yang berharga demi perbaikan kedepannya. Semoga laporanini bermanfaat bagi kita semua. Akhirnya saya menyampaikan terima kasih.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air minum. Berbagai lembaga negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik dalam menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan tertentu. Kondisi air bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan. Aktivitas industriseperti manufaktur, pertambangan, konstruksi, dantransportasi merupakan penyebab utama pencemaran air, juga limpasan permukaan dari pertanian dan perkotaan (Muhammad Ikhtiar, 2017).
Meningkatnya industrialisasi menyebabkan pencemaran logam berat semakit meningkat. Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya kesehatan baik pada manusia, hewan, tumbuhan, maupun lingkungan. Efek gangguan logam berat terhadap kesehatan manusia tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi dan beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan dari paparan logam berat tersebut (Suyanto, 2010).
Pencemaran yang terjadi secara terus menerus di perairan menyebakan terganggunya ekosistem di perairan. Ikan sulit melarikan diri dari pengaruh pencemaran tersebut yang di karenakan  ikan yang hidup dalam habitat yang terbatas (seperti sungai, danau dan teluk),. Akibatnya, unsur-unsur pencemaran itu masuk ke dalam tubuh ikan. Terkait dengan itu, logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu saluran pernafasan, pencernaan, dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan, logam diabsorpsi oleh darah, berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam yang tertinggi biasanya dalam detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal) (Suyanto, 2010).
Logam berat yang masuk ke dalam tubuh ikan dan dikonsumsi oleh manusia dapat berdampak buruk pada kesehatan. Dampak pencemaran logam berat bagi kesehatan adalah menimbulkan kerusakan pada pembentukan sel darah merah, logam berat bersifat akumulatif yaitu akan menumpuk dalam tubuh sehingga akan menimbulkan efek dalam jangka panjang. Selain itu, logam berat yang masuk dalam tubuh dan menumpuk secara terus menerus akan menyebabkan kerusakan, tidak hanya pada tulang dan ginjal tetapi juga testis, jantung, hati, otak dan system darah. Kadmiun juga dapat mengakibatkan gangguan psikologi (Sri Malem Indirawati, 2017).
Berdasarkan uraian diatas maka yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum Analisis Kualitas lingkungan adalah untuk mengetahui risiko kesehatan lingkungan dengan intake atau asupan ikan dan kerang yang terdeteksi mengandung logam berat sehingga akan dihasilkan perkiraan risiko kesehatan yang mungkin dialami atau akan dialami oleh masyarakat.
B.     Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Jumlah Konsumsi Ikan Yang Mengandung Logam Berat Yang Masuk Kedalam Tubuh
2.      Untuk Mengetahui Risiko Bahaya Yang Terjadi Selama Mengkonsumsi Ikan Yang Mengandung Logam Berat
3.      Untuk Mengetahui Manajemen Risiko Akibat Mengkonsumsi Ikan Yang Mengandung Logam Berat
4.      Untuk Memberikan Komunikasi Risiko Akibat Mengkonsumsi Logam berat
C.    Manfaat
1.      Mahasiswa Dapat Mengetahui Jumlah Konsumsi Ikan Yang Mengandung Logam Berat Yang Masuk Kedalam Tubuh
2.      Mahasiswa Dapat Mengetahui Risiko Bahaya Yang Terjadi Selama Mengkonsumsi Ikan Yang Mengandung Logam Berat
3.      Mahasiswa Dapat Manajemen Risiko Akibat Mengkonsumsi Ikan Yang Mengandung Logam Berat
4.      Mahasiswa Dapat Memberikan Komunikasi Risiko Akibat Mengkonsumsi Logam berat




BAB II
METODE
A.    Metode
Praktikum ini dilakukan di Desa Wani Satu pada bulan April 2019. Data yang digunakan yaitu data primer yaitu dengan pengambilan data langsung di lapangan di Desa Wani Satu dengan wawancara dengan metode food recall.
Wawancara dilakukan sedalam mungkin agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan makanan yang dikonsumsinya beberapa hari yang lalu. Agar wawancara berlangsung sistematika yang baik, maka terlebih dahulu perlu disiapkan kuesioner (daftar pertanyaan). Kuesioner tersebut mengarahkan wawancara menurut urutan waktu makan dan pengelompokkan bahan makanan. Kuantitas pangan di recall meliputi semua makanan dan minuman yang dikonsumsi termasuk suplemen vitamin dan mineral.
Teknik analisis data menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) yaitu metode yang biasa digunakan untuk mempekirakan besarnya risiko yang diterima oleh masyarakat Desa Wani Satu akibat pajanan logam berat yang tercemar di perairan dan mengkontaminasi ikan yang dikonsumsi masyarakat Desa Wani Satu.
Metode ARKL ini bukan merupakan kajian epidemiologi untuk mencari hubungan tingkat pencemaran perairan yang mengkontaminasi ikan yang dikonsumsi masyarakat dengan gangguan kesehatan. Namun, hanya memperkirakan secara kualitatif besarnya risiko kesehatan pada populasi terpajam pencemaran logam berat pada ikan. Adapun rumus untuk menghitung jumlah asupan agen risiko yang masuk melalui jalur inhalasi (intake) yaitu sebagai berikut :
  
Dimana :
 (Intake)                              : Jumlah konsentrasi agen risiko yang masuk ke dalam tubuh manusia  dengan berat badan tertentu setiap harinya (mg/kg/hari)
C (Consentration)              : Konsentrasi agen risiko pada makanan (mg/kg)
R (Rate)                              : Laju konsumsi atau asupan yang masuk setiap hari (gr/hari)
Æ’E (Frekuensi of exposure)   : Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya (hari/tahun)
Dt  (Duration time)                  : Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan
Wb  (Weight of body)            : Berat badan manusia/populasi (kg)
tavg (Time average)                 : Periode waktu rata-rata hari. 30 tahun x 365 hari/tahun = 10.950 hari (non karsinogen). Atau 70 tahun x 365 hari/tahun = 25.550 hari (karsinogenik).




BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil (Perhitungan dan Justifikasi)
a.      Responden 1 (Abdul Rahman)
C = 0,334 mg/kg
R = 200 gr/hari
fE = 104 hari/tahun
Dt = 41 tahun
Wb = 47 kg
tavg = non karsinogen 30 x 365 = 10.950 hari, karsinogen 70 x 365 = 25.550
IKAN KATOMBO
1.      Menghitung laju asupan menggunakan rumus :
  

  
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat diketahui bahwa Intake yang diterima responden 1 untuk intake non karsinogen yaitu 0,55mg/kg/hari, sedangkan untuk intake karsinogen yaitu 0,23mg/kg/hari. Intake ini belum tentu sama dengan intake yang diterima bisa saja lebih kecil atau lebih besar karena data konsumsi didapatkan dari wawancara dengan metode food recall dan memperkirakan jumlah konsumsi makanan dengan food model.
2.      Perhitungan risiko non karsinogenik
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai RQ pada responden 1dengan berat badan 47 kg, waktu pajanan 104 hari/tahun mempunyai nilai RQ > 1 yang berarti pajanan logam berat arsen yang masuk kedalam tubuh responden 1 tidak aman atau berisiko efek nonkarsinogenik dalam 30 tahun mendatang selama tinggal di Desa Wani Satu.
3.      Perhitungan risiko karsinogenik
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui bahwa nilai ECR pada responden 1 dengan berat badan 47 kg, waktu pajanan 104 hari/tahun mempunyai nilai ECR ≤ 1 yang berarti tidak ada potensi tambahan kanker sehingga konsumsi ikan dianggap masih aman.
Strategi pengelolaan risiko meliputi penentuan batas aman yaitu:
4.      Penentuan konsentrasi aman (C)
Konsentrasi aman non karsinogenik
mg/kg
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui bahwa nilai konsentrasi ( untuk logam berat Arsen pada responden 1 dengan berat badan 47 kg, waktu pajanan 104 hari/tahun yaitu , nilai ini masih memenuhi nilai ambang batas Arsen untuk ikan dan olahannya yaitu 1,0 mg/kg. Namun konsentrasi tersebut harus dilakukan pengurangan konsentrasi Arsen yang aman maksimal sebesar  untuk durasi 30 tahun kedepan selama responden 1 masih tinggal di Desa Wani Satu. Dengan asumsi bahwa frekuensi pajanan hari hari tetap 104 hari/tahun.
5.      Penentuan konsentrasi aman (C)
Konsentrasi aman karsinogenik
mg/kg
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui bahwa nilai konsentrasi ( untuk logam berat Arsen pada responden 1 dengan berat badan 47 kg, waktu pajanan 104 hari/tahun yaitu , nilai ini masih memenuhi nilai ambang batas Arsen untuk ikan dan olahannya yaitu 1,0 mg/kg. Namun konsentrasi tersebut harus dilakukan pengurangan konsentrasi Arsen yang aman maksimal sebesar  untuk durasi 70 tahun kedepan selama responden 1 masih tinggal di Desa Wani Satu. Dengan asumsi bahwa frekuensi pajanan hari hari tetap 104 hari/tahun.
6.      Penentuan jumlah konsumsi aman (R)
Laju konsumsi aman non karsinogenik
 gr/hari
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui laju aman konsumsi ( untuk logam berat Arsen pada Responden 1 dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 47 kg dan waktu pajanan 104 hari/tahun maka laju aman konsumsi untuk 30 tahun mendatang yaitu  0,10 gr/hari.
7.      Penentuan jumlah konsumsi aman (R)
Laju konsumsi aman karsinogenik
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui laju aman konsumsi ( untuk logam berat Arsen pada Responden 1 dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 47 kg dan waktu pajanan 104 hari/tahun maka laju aman konsumsi untuk 70 tahun mendatang yaitu  0,05 gr/hari.
8.      Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)
Frekuensi pajanan aman non karsinogenik
 hari/tahun
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui frekuensi pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 1 yaitu dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 47 kg dan waktu pajanan 104 hari/tahun maka frekuensi pajanan aman untuk 30 tahun mendatang adalah 0,05 hari/tahun.
9.      Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)
Frekuensi pajanan aman  karsinogenik
 hari/tahun
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui frekuensi pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 1 yaitu dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 47 kg dan waktu pajanan 104 hari/tahun maka frekuensi pajanan aman untuk 70 tahun mendatang adalah 0,02 hari/tahun.
10.  Penentuan durasi pajanan aman (Dt)
Durasi pajanan aman non karsinogenik
 tahun
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui durasi pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 1 yaitu dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 47 kg dan waktu pajanan 104 hari/tahun maka durasi pajanan aman untuk 30 tahun mendatang adalah 0,02 tahun.
11.  Penentuan durasi pajanan aman (Dt)
Durasi pajanan aman  karsinogenik
 tahun
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui durasi pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 1 yaitu dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 47 kg dan waktu pajanan 104 hari/tahun maka durasi pajanan aman untuk 70 tahun mendatang adalah 0,01 tahun.
b.      Responden 2 (Silfiana)
C = 0,334 mg/kg
R = 100 gr/hari
fE = 208 hari/tahun
Dt = 25 tahun
Wb = 5 kg
tavg =  non karsinogen 30 x 365 = 10.950 hari, karsinogen 70 x 365 = 25.550
IKAN KATOMBO
1.      Menghitung laju asupan menggunakan rumus :
  
Jadi
  
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat diketahui bahwa Intake yang diterima responden 2 untuk intake non karsinogen yaitu 0,28mg/kg/hari, sedangkan untuk intake karsinogen yaitu 0,12 mg/kg/hari. Intake ini belum tentu sama dengan intake yang diterima bisa saja lebih kecil atau lebih besar karena data konsumsi didapatkan dari wawancara dengan metode food recall dan memperkirakan jumlah konsumsi makanan dengan food model.
2.      Perhitungan risiko non karsinogenik
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai RQ pada responden 2 dengan berat badan 55 kg, waktu pajanan 208 hari/tahun mempunyai nilai RQ > 1 yang berarti pajanan logam berat arsen yang masuk kedalam tubuh responden 2 tidak aman atau berisiko efek nonkarsinogenik dalam 30 tahun mendatang selama tinggal di Desa Wani Satu.
3.      Perhitungan risiko karsinogenik
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui bahwa nilai ECR pada responden 2 dengan berat badan 55 kg, waktu pajanan 208 hari/tahun mempunyai nilai ECR ≤ 1 yang berarti tidak ada potensi tambahan kanker sehingga konsumsi ikan dianggap masih aman.
Strategi pengelolaan risiko meliputi penentuan batas aman yaitu:
4.      Penentuan konsentrasi aman (C)
Konsentrasi aman non karsinogenik
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui bahwa nilai konsentrasi ( untuk logam berat Arsen pada responden 2 dengan berat badan 55 kg, waktu pajanan 208 hari/tahun yaitu , nilai ini masih memenuhi nilai ambang batas Arsen untuk ikan dan olahannya yaitu 1,0 mg/kg. Namun konsentrasi tersebut harus dilakukan pengurangan konsentrasi Arsen yang aman maksimal sebesar  untuk durasi 30 tahun kedepan selama responden 2 masih tinggal di Desa Wani Satu. Dengan asumsi bahwa frekuensi pajanan hari hari tetap 208 hari/tahun.
5.      Penentuan konsentrasi aman (C)
Konsentrasi aman karsinogenik
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui bahwa nilai konsentrasi ( untuk logam berat Arsen pada responden 2 dengan berat badan 55 kg, waktu pajanan 208 hari/tahun yaitu , nilai ini masih memenuhi nilai ambang batas Arsen untuk ikan dan olahannya yaitu 1,0 mg/kg. Namun konsentrasi tersebut harus dilakukan pengurangan konsentrasi Arsen yang aman maksimal sebesar  untuk durasi 70 tahun kedepan selama responden 2 masih tinggal di Desa Wani Satu. Dengan asumsi bahwa frekuensi pajanan hari hari tetap 208 hari/tahun.
6.      Penentuan jumlah konsumsi aman (R)
Laju konsumsi aman non karsinogenik
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui laju aman konsumsi ( untuk logam berat Arsen pada Responden 2 dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 55 kg dan waktu pajanan 208 hari/tahun maka laju aman konsumsi untuk 30 tahun mendatang yaitu  0,10 gr/hari.
7.      Penentuan jumlah konsumsi aman (R)
Laju konsumsi aman karsinogenik
 gr/hari
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui laju aman konsumsi ( untuk logam berat Arsen pada Responden 2 dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 55 kg dan waktu pajanan 208 hari/tahun maka laju aman konsumsi untuk 70 tahun mendatang yaitu  0,05 gr/hari.
8.      Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)
Frekuensi pajanan aman non karsinogenik
 hari/tahun
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui frekuensi pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 2 yaitu dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 55 kg dan waktu pajanan 208 hari/tahun maka frekuensi pajanan aman untuk 30 tahun mendatang adalah 0,21 hari/tahun.
9.      Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)
Frekuensi pajanan aman  karsinogenik
 hari/tahun
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui frekuensi pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 2 yaitu dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 55 kg dan waktu pajanan  208 hari/tahun maka frekuensi pajanan aman untuk 70 tahun mendatang adalah 0,11 hari/tahun.
10.  Penentuan durasi pajanan aman (Dt)
Durasi pajanan aman non karsinogenik
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui durasi pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 2 yaitu dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 55 kg dan waktu pajanan 208 hari/tahun maka durasi pajanan aman untuk 30 tahun mendatang adalah 0,02 tahun.
11.  Penentuan durasi pajanan aman (Dt)
Durasi pajanan aman  karsinogenik
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui durasi pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 2 yaitu dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 55 kg dan waktu pajanan 208 hari/tahun maka durasi pajanan aman untuk 70 tahun mendatang adalah 0,01 tahun.
2.      Manajemen Risiko
Olahraga merupakan aktivitas untuk melatih tubuh seseorang secara jasmani maupun rohani. Pada responden 1 dan 2 nilai RQ > 1 sehingga dapat terkena risiko nonkarsinogen pada tubuh responden 1dan 2 akibat paparan logam berat (Arsen), dengan melakukan olahraga secara teratur diharapkan bisa mengurangi risiko paparan karena dengan berolahraga tubuh akan berkeringat dan zat-zat berbahaya akan larut keluar melalui keringat, responden hanya melakukan olahraga sebanyak 1kali/minggu, olahraga yang teratur adalah olahraga yang dilakukan selama 30 menit  sebanyak 3 kali/minggu, menurut (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019), semakin sering berolahraga maka akan semakin sehat pula tubuh manusia. Selain itu, dapat membuat tubuh tidak mudah terserah penyakit dan gangguan kesehatan lainnya.
Responden 1 dan 2 sebelum memasak ikan, ikan tersebut diberikan perasan jeruk nipis untuk mengurangi bau amis. Tetapi menurut (Nurmalasari, 2015), Penggunaan air perasan jeruk nipis juga efektif menurukan kadar logam berat pada daging ikan, daging ikan direndam dengan air perasan jeruk nipis selama 30 menit dapat menurunkan kadar logam berat dalam daging ikan yang terkontaminasi logam berat (Arsen). Pemberian perasan jeruk nipis sangat dianjurkan untuk digunakan pada daging ikan sebelum dicuci dan dimasak.
Responden 1 dan 2 kurang dalam mengkonsumsi Vitamin C sehingga paparan logam berat (Arsen) pada ikan yang di konsumsi dapat memberikan kangguan kesehatan pada tubuh. Mengkonsumsi Vitamin C dibutuhkan oleh tubuh sebab, radikal bebas dari zat-zat kimia yang menyerang tubuh dapat menyebabkan tubuh rentan terhadap gangguan kesehatan. Menurut (Primana, 2010), Daya tahan tubuh mudah menurun, dan serangan radikal bebas membuat sel-sel tubuh cepat rusak dan tak dapat berfungsi dengan baik, fungsi dasar vitamin C didalam tubuh meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dan membantu penyembuhan penyakit sehingga badan bisa lebih fit.
Responden 1 dan 2 kurang mengkonsumsi susu, responden 1 hanya mengkonsumsi susu kaleng, dimana kandungan kalsium susu kaleng tidak sama dengan kandungan susu asli. Menurut (Wardyaningrum, 2011), susu sapi asli memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dibandingkan minuman lainnya sehingga susu memiliki banyak khasiat yang sangat bermanfaat untuk menunjang kesehatan tubuh terutama tulang dan gigi, susu merupakan sumber protein (kasein), lemak (lemak), karbohidrat (laktosa), vitamin (A,D,E), serta mineral (kalium, kalsium, phosphor, klorida, flour, natrium, magnesium). Jika konsumsi nutrisi yang masuk dalam tubuh tidak memenuhi dan lebih banyak logam berat yang masuk ke dalam tubuh, logam berat tersebut yang akan masuk dan menggantikan nutrisi yang seharusnya menyusun sel-sel atau tulang sehingga menyebabkan terjadikn kerusakan pada sel-sel tubuh dan menyebabkan kekroposan tulang.
Responden 1 dan 2 juga mengkonsumsi telur, dimana telur ini mengandung selenium yang dapat mengoksidasi logam berat. Menurut (Lidyawati, 2018), Selenium merupakan antioksidan yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung magnesium juga dapat mengoksidasi logam berat, pada responden 1 dan 2 sama-sama mengkonsumsi pisang yang mengandung magnesium. Hasil penelitian (Yosi, 2010), bahwa mengkonsumsi 100 g buah pisang mengandung magnesium sebanyak 20 mg.
3.      Komunikasi Risiko
Menurut (Rivai, 2005), promosi kesehehatan dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan, memberikan pengetahuan/edukasi pada masyarakat tentang bahaya logam berat jika terus terpapar pada tubuh serta memberi tahukan bagaiamana manajemen risiko untuk mengurangi risiko terjadinya masalah kesehatan akibat mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi dengan logam berat.
Memberitahukan kepada tenaga kesehatan yang berada di wilayah Wani Satu bahwa masyarakat di Desa Wani sudah berisiko mengalami efek nonkarsinogen yang menyebabkan masalah kesehatan, dengan itu tenaga kesehatan sekita bisa membuat program seperti melakukan olahraga rutin sebanyak 3 kali/minggu atau memberikan edukasi tentang makanan yang baik di konsumsi dan cara mengelolah makanan serta melakukan pemeriksaan dini (screening) pada masyarakat untuk mendeteksi factor risiko yang menyebabkan  masalah kesehatan akibat paparan logam berat.



BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Responden 1 dan 2 memiliki Nilai RQ > 1 sehingga memerlukan manajemen risiko untuk mengurangi keterpaparan logam berat akibat konsumsi ikan di Desa Wani.
Olahraga merupakan aktivitas untuk melatih tubuh seseorang secara jasmani maupun rohani. semakin sering berolahraga maka akan semakin sehat pula tubuh manusia. Selain itu, dapat membuat tubuh tidak mudah terserah penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Penggunaan air perasan jeruk nipis juga efektif menurukan kadar logam berat pada daging ikan, daging ikan direndam dengan air perasan jeruk nipis selama 30 menit dapat menurunkan kadar logam berat dalam daging ikan yang terkontaminasi logam berat. susu merupakan sumber protein (kasein), lemak (lemak), karbohidrat (laktosa), vitamin (A,D,E), serta mineral (kalium, kalsium, phosphor, klorida, flour, natrium, magnesium). Jika konsumsi nutrisi yang masuk dalam tubuh tidak memenuhi dan lebih banyak logam berat yang masuk ke dalam tubuh, logam berat tersebut yang akan masuk dan menggantikan nutrisi yang seharusnya menyusun sel-sel atau tulang sehingga menyebabkan terjadikn kerusakan pada sel-sel tubuh dan menyebabkan kekroposan tulang.
Memberikan pengetahuan/edukasi pada masyarakat tentang bahaya logam berat jika terus terpapar pada tubuh serta memberi tahukan bagaiamana manajemen risiko untuk mengurangi risiko terjadinya masalah kesehatan akibat mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi dengan logam berat. Memberitahukan kepada tenaga kesehatan yang berada di wilayah Wani Satu bahwa masyarakat di Desa Wani sudah berisiko mengalami efek nonkarsinogen yang menyebabkan masalah kesehatan, dengan itu tenaga kesehatan sekita bisa membuat program untuk meningkatkan derajat kesehatan. Mengngkonsumsi telur mengandung selenium yang dapat mengoksidasi logam berat serta mengkonsumsi pisang mengandung magnesium juga dapat mengoksidasi logam berat sebanyak

B.     Saran
Masyarakat lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi ikan apalagi yang sudah terkontaminasi loga berat, serta memperhatikan cara pengelolaan makanan seperti memberikan perasan air jerus nipis dan melakukan aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit dalam 3kali/seminggu sehingga zat-zat berbahaya dalam tubuh terlarut dan keluar melalui keringat



DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Olahraga dan Manfaat Bagi Kesehatan.
Lidyawati, A. (2018). EFEK PENAMBAHAN LEVEL VITAMIN E DAN SELENIUM DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR YANG DIINSEMINASI BUATAN. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, Vol. 6(2), 106–110.
Muhammad Ikhtiar. (2017). Analisis Kualitas Lingkungan. CV. Social Politic Genius (SIGn).
Nurmalasari. (2015). Pemanfaatan Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus autrantifolia swingle) dalam Menurunkan Kadar Logam Berat Pb yang Terkandung pada Daging Kerang. Higiene, VOLUM E 1, ISSN : 2443—1141.
Primana, D. A. (2010). Kebutuhan tubuh secara umum terhadap vitamin C. Generasi Baru Vitamin C. Grogol.
Rivai. (2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan, Vol.1(No.1).
Sri Malem Indirawati. (2017). PENCEMARAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd DAN KELUHAN KESEHATAN PADA MASYARAKAT DI KAWASAN PESISIR BELAWAN. Jurnal JUMANTIK, Volume 2.
Suyanto, A. (2010). RESIDU LOGAM BERAT IKAN DARI PERAIRAN TERCEMAR DI PANTAI UTARA JAWA TENGAH. Jurnal Pangan Dan Gizi, Vol 01.
Wardyaningrum, D. (2011). Tingkat Kognisi Tentang Konsumsi Susu Pada Ibu Peternak Sapi Perah Lembang Jawa Barat. Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1.
Yosi. (2010). Pemeriksaan Kadar Kalium (K), Natrium (Na), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Fosfor (P) dari Pisang Mas.

Posting Komentar

0 Komentar