PRAKTIKUM
ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN
KATA
PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan
laporan ini tepat pada waktunya sehingga saya dapat menyusun laporan Analisis
Kualitas Lingkungan. Semoga penulisan laporan ini dapat memenuhi syarat
mengikuti ujian akhir mata kuliah Analisis Kualitas Lingkungan.
Laporan ini disusun
dengan tujuan agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan khususnya pada
Mata Kuliah Analisis
Kualitas Lingkungan. Saya menyadari
sepenuhnya dalam penyusunannya laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, itu semua tidak luput dari kodrat saya sebagai manusia biasa yang
tidak luput pula dari suatu kesalahan dan kekeliruan.
Sehingga kritikan dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca merupakan sesuatu yang berharga demi
perbaikan kedepannya. Semoga laporanini bermanfaat bagi kita semua. Akhirnya
saya menyampaikan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Analisis
Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat dari
karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan
ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas
air seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air
dan kesehatan manusia terhadap air minum. Berbagai lembaga negara di dunia
bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik dalam menentukan standar
kualitas air yang diizinkan untuk keperluan tertentu. Kondisi air bervariasi
seiring waktu tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Air terikat erat
dengan kondisi ekologi setempat sehingga kualitas air termasuk suatu subjek
yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan. Aktivitas industriseperti
manufaktur, pertambangan, konstruksi, dantransportasi merupakan penyebab utama
pencemaran air, juga limpasan permukaan dari pertanian dan perkotaan (Muhammad Ikhtiar, 2017).
Meningkatnya
industrialisasi menyebabkan pencemaran logam berat semakit meningkat.
Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya kesehatan baik
pada manusia, hewan, tumbuhan, maupun lingkungan. Efek gangguan logam berat
terhadap kesehatan manusia tergantung pada bagian mana dari logam berat
tersebut yang terikat dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Efek toksik
dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme
tubuh, menyebabkan alergi dan beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan dari
paparan logam berat tersebut (Suyanto, 2010).
Pencemaran yang
terjadi secara terus menerus di perairan menyebakan terganggunya ekosistem di
perairan. Ikan sulit melarikan diri dari pengaruh pencemaran tersebut yang di
karenakan ikan yang hidup dalam habitat
yang terbatas (seperti sungai, danau dan teluk),. Akibatnya, unsur-unsur
pencemaran itu masuk ke dalam tubuh ikan. Terkait dengan itu, logam berat masuk
ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu saluran
pernafasan, pencernaan, dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan,
logam diabsorpsi oleh darah, berikatan dengan protein darah yang kemudian
didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam yang tertinggi
biasanya dalam detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal) (Suyanto, 2010).
Logam berat yang
masuk ke dalam tubuh ikan dan dikonsumsi oleh manusia dapat berdampak buruk
pada kesehatan. Dampak pencemaran logam berat bagi kesehatan adalah menimbulkan
kerusakan pada pembentukan sel darah merah, logam berat bersifat akumulatif
yaitu akan menumpuk dalam tubuh sehingga akan menimbulkan efek dalam jangka
panjang. Selain itu, logam berat yang masuk dalam tubuh dan menumpuk secara
terus menerus akan menyebabkan kerusakan, tidak hanya pada tulang dan ginjal
tetapi juga testis, jantung, hati, otak dan system darah. Kadmiun juga dapat
mengakibatkan gangguan psikologi (Sri Malem Indirawati, 2017).
Berdasarkan
uraian diatas maka yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum Analisis
Kualitas lingkungan adalah untuk mengetahui risiko kesehatan lingkungan dengan
intake atau asupan ikan dan kerang yang terdeteksi mengandung logam berat
sehingga akan dihasilkan perkiraan risiko kesehatan yang mungkin dialami atau
akan dialami oleh masyarakat.
B.
Tujuan
1.
Untuk Mengetahui Jumlah Konsumsi Ikan
Yang Mengandung Logam Berat Yang Masuk Kedalam Tubuh
2.
Untuk Mengetahui Risiko Bahaya Yang
Terjadi Selama Mengkonsumsi Ikan Yang Mengandung Logam Berat
3.
Untuk Mengetahui Manajemen Risiko Akibat
Mengkonsumsi Ikan Yang Mengandung Logam Berat
4.
Untuk Memberikan Komunikasi Risiko
Akibat Mengkonsumsi Logam berat
C.
Manfaat
1.
Mahasiswa Dapat Mengetahui Jumlah
Konsumsi Ikan Yang Mengandung Logam Berat Yang Masuk Kedalam Tubuh
2.
Mahasiswa Dapat Mengetahui Risiko Bahaya
Yang Terjadi Selama Mengkonsumsi Ikan Yang Mengandung Logam Berat
3.
Mahasiswa Dapat Manajemen Risiko Akibat
Mengkonsumsi Ikan Yang Mengandung Logam Berat
4.
Mahasiswa Dapat Memberikan Komunikasi
Risiko Akibat Mengkonsumsi Logam berat
BAB II
METODE
A.
Metode
Praktikum ini
dilakukan di Desa Wani Satu pada bulan April 2019. Data yang digunakan yaitu
data primer yaitu dengan pengambilan data langsung di lapangan di Desa Wani
Satu dengan wawancara dengan metode food recall.
Wawancara
dilakukan sedalam mungkin agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan
makanan yang dikonsumsinya beberapa hari yang lalu. Agar wawancara berlangsung sistematika
yang baik, maka terlebih dahulu perlu disiapkan kuesioner (daftar pertanyaan).
Kuesioner tersebut mengarahkan wawancara menurut urutan waktu makan dan
pengelompokkan bahan makanan. Kuantitas pangan di recall meliputi semua makanan
dan minuman yang dikonsumsi termasuk suplemen vitamin dan mineral.
Teknik analisis
data menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) yaitu
metode yang biasa digunakan untuk mempekirakan besarnya risiko yang diterima
oleh masyarakat Desa Wani Satu akibat pajanan logam berat yang tercemar di
perairan dan mengkontaminasi ikan yang dikonsumsi masyarakat Desa Wani Satu.
Metode ARKL ini
bukan merupakan kajian epidemiologi untuk mencari hubungan tingkat pencemaran
perairan yang mengkontaminasi ikan yang dikonsumsi masyarakat dengan gangguan
kesehatan. Namun, hanya memperkirakan secara kualitatif besarnya risiko
kesehatan pada populasi terpajam pencemaran logam berat pada ikan. Adapun rumus
untuk menghitung jumlah asupan agen risiko yang masuk melalui jalur inhalasi
(intake) yaitu sebagai berikut :
Dimana
:
(Intake) :
Jumlah konsentrasi agen risiko
yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan
berat badan tertentu setiap harinya (mg/kg/hari)
C
(Consentration) :
Konsentrasi agen risiko pada makanan (mg/kg)
R
(Rate) : Laju konsumsi
atau asupan yang masuk setiap hari (gr/hari)
Æ’E (Frekuensi
of exposure) : Lamanya atau jumlah hari
terjadinya pajanan setiap tahunnya (hari/tahun)
Dt
(Duration time) : Lamanya
atau jumlah tahun terjadinya pajanan
Wb (Weight of body) : Berat badan manusia/populasi (kg)
tavg
(Time average) : Periode
waktu rata-rata hari. 30 tahun x 365 hari/tahun = 10.950 hari (non karsinogen).
Atau 70 tahun x 365 hari/tahun = 25.550 hari (karsinogenik).
BAB III
HASIL DAN
PEMBAHASAN
1.
Hasil
(Perhitungan dan Justifikasi)
a. Responden 1 (Abdul Rahman)
C
= 0,334 mg/kg
R
= 200 gr/hari
fE
= 104 hari/tahun
Dt
= 41 tahun
Wb
= 47 kg
tavg
= non karsinogen 30 x 365 = 10.950 hari, karsinogen 70 x 365 = 25.550
IKAN KATOMBO
1. Menghitung
laju asupan menggunakan rumus :
Jadi,
berdasarkan
data hasil perhitungan dapat diketahui bahwa Intake yang diterima responden 1
untuk intake non karsinogen yaitu 0,55mg/kg/hari, sedangkan untuk intake
karsinogen yaitu 0,23mg/kg/hari. Intake ini belum tentu sama dengan intake yang
diterima bisa saja lebih kecil atau lebih besar karena data konsumsi didapatkan
dari wawancara dengan metode food recall dan memperkirakan jumlah konsumsi makanan
dengan food model.
2. Perhitungan risiko non karsinogenik
Jadi,
berdasarkan
data hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai RQ pada responden 1dengan
berat badan 47 kg, waktu pajanan 104 hari/tahun mempunyai nilai RQ > 1 yang
berarti pajanan logam berat arsen yang masuk kedalam tubuh responden 1 tidak
aman atau berisiko efek nonkarsinogenik dalam 30 tahun mendatang selama tinggal
di Desa Wani Satu.
3. Perhitungan risiko karsinogenik
Jadi,
berdasarkan
data hasil perhitungan dapat di ketahui bahwa
nilai ECR pada responden 1 dengan berat badan 47 kg, waktu pajanan 104
hari/tahun mempunyai nilai ECR ≤ 1 yang berarti tidak ada potensi tambahan
kanker sehingga konsumsi ikan dianggap masih aman.
Strategi pengelolaan risiko meliputi
penentuan batas aman yaitu:
4. Penentuan
konsentrasi aman (C)
Konsentrasi aman non
karsinogenik
mg/kg
Jadi,
berdasarkan
data hasil perhitungan dapat di ketahui bahwa nilai konsentrasi ( untuk logam berat Arsen pada responden 1
dengan berat badan 47 kg, waktu pajanan 104 hari/tahun yaitu , nilai ini masih
memenuhi nilai ambang batas Arsen untuk ikan dan olahannya yaitu 1,0 mg/kg.
Namun konsentrasi tersebut harus dilakukan pengurangan konsentrasi Arsen yang
aman maksimal sebesar untuk durasi 30 tahun kedepan selama responden
1 masih tinggal di Desa Wani Satu. Dengan asumsi bahwa frekuensi pajanan hari
hari tetap 104 hari/tahun.
5. Penentuan
konsentrasi aman (C)
Konsentrasi aman
karsinogenik
mg/kg
Jadi,
berdasarkan
data hasil perhitungan dapat di ketahui bahwa nilai konsentrasi ( untuk logam berat Arsen pada
responden 1 dengan berat badan 47 kg, waktu pajanan 104 hari/tahun yaitu , nilai ini masih
memenuhi nilai ambang batas Arsen untuk ikan dan olahannya yaitu 1,0 mg/kg.
Namun konsentrasi tersebut harus dilakukan pengurangan konsentrasi Arsen yang
aman maksimal sebesar untuk durasi 70 tahun kedepan selama responden
1 masih tinggal di Desa Wani Satu. Dengan asumsi bahwa frekuensi pajanan hari
hari tetap 104 hari/tahun.
6.
Penentuan jumlah konsumsi aman (R)
Laju
konsumsi aman non karsinogenik
gr/hari
Jadi, berdasarkan data hasil
perhitungan dapat di ketahui laju aman konsumsi ( untuk logam berat Arsen pada Responden 1
dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 47 kg dan
waktu pajanan 104 hari/tahun maka laju aman konsumsi untuk 30 tahun mendatang
yaitu 0,10 gr/hari.
7.
Penentuan jumlah konsumsi aman (R)
Laju
konsumsi aman karsinogenik
Jadi, berdasarkan data hasil
perhitungan dapat di ketahui laju aman konsumsi ( untuk logam berat Arsen pada Responden 1 dengan
konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 47 kg dan waktu pajanan 104
hari/tahun maka laju aman konsumsi untuk 70 tahun mendatang yaitu 0,05 gr/hari.
8.
Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)
Frekuensi
pajanan aman non karsinogenik
hari/tahun
Jadi,
berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui
frekuensi pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 1 yaitu
dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 47 kg dan
waktu pajanan 104 hari/tahun maka frekuensi pajanan aman untuk 30 tahun
mendatang adalah 0,05 hari/tahun.
9.
Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)
Frekuensi
pajanan aman karsinogenik
hari/tahun
Jadi, berdasarkan data hasil perhitungan dapat di
ketahui frekuensi pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 1 yaitu
dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 47 kg dan
waktu pajanan 104 hari/tahun maka frekuensi pajanan aman untuk 70 tahun mendatang
adalah 0,02 hari/tahun.
10. Penentuan
durasi pajanan aman (Dt)
Durasi
pajanan aman non karsinogenik
tahun
Jadi,
berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui
durasi pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 1 yaitu
dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 47 kg dan
waktu pajanan 104 hari/tahun maka durasi pajanan aman untuk 30 tahun mendatang
adalah 0,02 tahun.
11. Penentuan
durasi pajanan aman (Dt)
Durasi
pajanan aman karsinogenik
tahun
Jadi,
berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui
durasi pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 1 yaitu
dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 47 kg dan
waktu pajanan 104 hari/tahun maka durasi pajanan aman untuk 70 tahun mendatang
adalah 0,01 tahun.
b.
Responden 2 (Silfiana)
C
= 0,334 mg/kg
R
= 100 gr/hari
fE
= 208 hari/tahun
Dt
= 25 tahun
Wb
= 5 kg
tavg
= non karsinogen 30 x 365 = 10.950
hari, karsinogen 70 x 365 = 25.550
IKAN
KATOMBO
1. Menghitung
laju asupan menggunakan rumus :
Jadi
Jadi,
berdasarkan
data hasil perhitungan dapat diketahui bahwa Intake yang diterima responden 2
untuk intake non karsinogen yaitu 0,28mg/kg/hari, sedangkan untuk intake
karsinogen yaitu 0,12 mg/kg/hari. Intake ini belum tentu sama dengan intake
yang diterima bisa saja lebih kecil atau lebih besar karena data konsumsi
didapatkan dari wawancara dengan metode food recall dan memperkirakan jumlah
konsumsi makanan dengan food model.
2. Perhitungan risiko non karsinogenik
Jadi,
berdasarkan
data hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai RQ pada responden 2 dengan
berat badan 55 kg, waktu pajanan 208 hari/tahun mempunyai nilai RQ > 1 yang
berarti pajanan logam berat arsen yang masuk kedalam tubuh responden 2 tidak
aman atau berisiko efek nonkarsinogenik dalam 30 tahun mendatang selama tinggal
di Desa Wani Satu.
3. Perhitungan risiko karsinogenik
Jadi,
berdasarkan
data hasil perhitungan dapat di ketahui bahwa
nilai ECR pada responden 2 dengan berat badan 55 kg, waktu pajanan 208
hari/tahun mempunyai nilai ECR ≤ 1 yang berarti tidak ada potensi tambahan
kanker sehingga konsumsi ikan dianggap masih aman.
Strategi pengelolaan risiko meliputi
penentuan batas aman yaitu:
4. Penentuan
konsentrasi aman (C)
Konsentrasi aman non
karsinogenik
Jadi,
berdasarkan
data hasil perhitungan dapat di ketahui bahwa nilai konsentrasi ( untuk logam berat Arsen pada responden 2
dengan berat badan 55 kg, waktu pajanan 208 hari/tahun yaitu , nilai ini masih
memenuhi nilai ambang batas Arsen untuk ikan dan olahannya yaitu 1,0 mg/kg.
Namun konsentrasi tersebut harus dilakukan pengurangan konsentrasi Arsen yang
aman maksimal sebesar untuk durasi 30 tahun kedepan selama responden
2 masih tinggal di Desa Wani Satu. Dengan asumsi bahwa frekuensi pajanan hari
hari tetap 208 hari/tahun.
5. Penentuan
konsentrasi aman (C)
Konsentrasi aman
karsinogenik
Jadi,
berdasarkan
data hasil perhitungan dapat di ketahui bahwa nilai konsentrasi ( untuk logam berat Arsen pada
responden 2 dengan berat badan 55 kg, waktu pajanan 208 hari/tahun yaitu , nilai ini masih
memenuhi nilai ambang batas Arsen untuk ikan dan olahannya yaitu 1,0 mg/kg.
Namun konsentrasi tersebut harus dilakukan pengurangan konsentrasi Arsen yang
aman maksimal sebesar untuk durasi 70 tahun kedepan selama responden
2 masih tinggal di Desa Wani Satu. Dengan asumsi bahwa frekuensi pajanan hari
hari tetap 208 hari/tahun.
6.
Penentuan jumlah konsumsi aman (R)
Laju
konsumsi aman non karsinogenik
Jadi, berdasarkan data hasil
perhitungan dapat di ketahui laju aman konsumsi ( untuk logam berat Arsen pada Responden 2
dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 55 kg dan
waktu pajanan 208 hari/tahun maka laju aman konsumsi untuk 30 tahun mendatang
yaitu 0,10
gr/hari.
7.
Penentuan jumlah konsumsi aman (R)
Laju
konsumsi aman karsinogenik
gr/hari
Jadi, berdasarkan data hasil
perhitungan dapat di ketahui laju aman konsumsi ( untuk logam berat Arsen pada Responden 2
dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 55 kg dan
waktu pajanan 208 hari/tahun maka laju aman konsumsi untuk 70 tahun mendatang
yaitu 0,05
gr/hari.
8.
Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)
Frekuensi
pajanan aman non karsinogenik
hari/tahun
Jadi,
berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui
frekuensi pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 2 yaitu
dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 55 kg dan
waktu pajanan 208 hari/tahun maka frekuensi pajanan aman untuk 30 tahun
mendatang adalah 0,21 hari/tahun.
9.
Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)
Frekuensi
pajanan aman karsinogenik
hari/tahun
Jadi,
berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui frekuensi
pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 2 yaitu
dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 55 kg dan
waktu pajanan 208 hari/tahun maka
frekuensi pajanan aman untuk 70 tahun mendatang adalah 0,11 hari/tahun.
10. Penentuan
durasi pajanan aman (Dt)
Durasi
pajanan aman non karsinogenik
Jadi,
berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui
durasi pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 2 yaitu
dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 55 kg dan
waktu pajanan 208 hari/tahun maka durasi pajanan aman untuk 30 tahun mendatang
adalah 0,02 tahun.
11. Penentuan
durasi pajanan aman (Dt)
Durasi
pajanan aman karsinogenik
Jadi,
berdasarkan data hasil perhitungan dapat di ketahui
durasi pajanan aman ( untuk logam berat Arsen pada Responden 2 yaitu
dengan konsentrasi 0,334 mg/kg, berat badan 55 kg dan
waktu pajanan 208 hari/tahun maka durasi pajanan aman untuk 70 tahun mendatang
adalah 0,01 tahun.
2. Manajemen
Risiko
Olahraga merupakan aktivitas untuk melatih tubuh seseorang secara jasmani
maupun rohani. Pada responden 1 dan 2 nilai RQ > 1 sehingga dapat terkena
risiko nonkarsinogen pada tubuh responden 1dan 2 akibat paparan logam berat
(Arsen), dengan melakukan olahraga secara teratur diharapkan bisa mengurangi
risiko paparan karena dengan berolahraga tubuh akan berkeringat dan zat-zat
berbahaya akan larut keluar melalui keringat, responden hanya melakukan
olahraga sebanyak 1kali/minggu, olahraga yang teratur adalah olahraga yang
dilakukan selama 30 menit sebanyak 3
kali/minggu, menurut (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2019), semakin sering berolahraga maka akan semakin sehat
pula tubuh manusia. Selain itu, dapat membuat tubuh tidak mudah terserah
penyakit dan gangguan kesehatan lainnya.
Responden 1 dan 2 sebelum memasak ikan, ikan tersebut diberikan perasan
jeruk nipis untuk mengurangi bau amis. Tetapi menurut (Nurmalasari, 2015), Penggunaan air perasan jeruk nipis juga efektif
menurukan kadar logam berat pada daging ikan, daging ikan direndam dengan air
perasan jeruk nipis selama 30 menit dapat menurunkan kadar logam berat dalam
daging ikan yang terkontaminasi logam berat (Arsen). Pemberian perasan jeruk
nipis sangat dianjurkan untuk digunakan pada daging ikan sebelum dicuci dan
dimasak.
Responden 1 dan 2 kurang dalam mengkonsumsi Vitamin C sehingga paparan
logam berat (Arsen) pada ikan yang di konsumsi dapat memberikan kangguan
kesehatan pada tubuh. Mengkonsumsi Vitamin C dibutuhkan oleh tubuh sebab,
radikal bebas dari zat-zat kimia yang menyerang tubuh dapat menyebabkan tubuh
rentan terhadap gangguan kesehatan. Menurut (Primana, 2010), Daya tahan tubuh mudah menurun, dan serangan
radikal bebas membuat sel-sel tubuh cepat rusak dan tak dapat berfungsi dengan
baik, fungsi dasar vitamin C didalam tubuh meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap serangan penyakit dan membantu penyembuhan penyakit sehingga badan
bisa lebih fit.
Responden 1 dan 2 kurang mengkonsumsi susu, responden 1 hanya
mengkonsumsi susu kaleng, dimana kandungan kalsium susu kaleng tidak sama
dengan kandungan susu asli. Menurut
(Wardyaningrum, 2011), susu sapi asli memiliki kandungan nutrisi yang
lengkap dibandingkan minuman lainnya sehingga susu memiliki banyak khasiat yang
sangat bermanfaat untuk menunjang kesehatan tubuh terutama tulang dan gigi,
susu merupakan sumber protein (kasein), lemak (lemak), karbohidrat (laktosa),
vitamin (A,D,E), serta mineral (kalium, kalsium, phosphor, klorida, flour,
natrium, magnesium). Jika konsumsi nutrisi yang masuk dalam tubuh tidak
memenuhi dan lebih banyak logam berat yang masuk ke dalam tubuh, logam berat
tersebut yang akan masuk dan menggantikan nutrisi yang seharusnya menyusun
sel-sel atau tulang sehingga menyebabkan terjadikn kerusakan pada sel-sel tubuh
dan menyebabkan kekroposan tulang.
Responden 1 dan 2 juga mengkonsumsi telur, dimana telur ini mengandung
selenium yang dapat mengoksidasi logam berat. Menurut (Lidyawati, 2018), Selenium merupakan antioksidan yang berfungsi
untuk melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Mengkonsumsi bahan
makanan yang mengandung magnesium juga dapat mengoksidasi logam berat, pada
responden 1 dan 2 sama-sama mengkonsumsi pisang yang mengandung magnesium.
Hasil penelitian (Yosi, 2010), bahwa mengkonsumsi 100 g buah pisang mengandung
magnesium sebanyak 20 mg.
3. Komunikasi
Risiko
Menurut (Rivai, 2005), promosi kesehehatan dilakukan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan, memberikan pengetahuan/edukasi
pada masyarakat tentang bahaya logam berat jika terus terpapar pada tubuh serta
memberi tahukan bagaiamana manajemen risiko untuk mengurangi risiko terjadinya
masalah kesehatan akibat mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi dengan logam
berat.
Memberitahukan kepada tenaga kesehatan yang berada di wilayah Wani Satu
bahwa masyarakat di Desa Wani sudah berisiko mengalami efek nonkarsinogen yang
menyebabkan masalah kesehatan, dengan itu tenaga kesehatan sekita bisa membuat
program seperti melakukan olahraga rutin sebanyak 3 kali/minggu atau memberikan
edukasi tentang makanan yang baik di konsumsi dan cara mengelolah makanan serta
melakukan pemeriksaan dini (screening) pada masyarakat untuk mendeteksi factor
risiko yang menyebabkan masalah
kesehatan akibat paparan logam berat.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Responden 1 dan 2 memiliki Nilai RQ > 1 sehingga memerlukan manajemen
risiko untuk mengurangi keterpaparan logam berat akibat konsumsi ikan di Desa
Wani.
Olahraga merupakan aktivitas untuk melatih tubuh seseorang secara jasmani
maupun rohani. semakin sering berolahraga maka akan semakin sehat pula tubuh
manusia. Selain itu, dapat membuat tubuh tidak mudah terserah penyakit dan
gangguan kesehatan lainnya. Penggunaan air perasan jeruk nipis juga efektif
menurukan kadar logam berat pada daging ikan, daging ikan direndam dengan air
perasan jeruk nipis selama 30 menit dapat menurunkan kadar logam berat dalam
daging ikan yang terkontaminasi logam berat. susu merupakan sumber protein
(kasein), lemak (lemak), karbohidrat (laktosa), vitamin (A,D,E), serta mineral
(kalium, kalsium, phosphor, klorida, flour, natrium, magnesium). Jika konsumsi
nutrisi yang masuk dalam tubuh tidak memenuhi dan lebih banyak logam berat yang
masuk ke dalam tubuh, logam berat tersebut yang akan masuk dan menggantikan
nutrisi yang seharusnya menyusun sel-sel atau tulang sehingga menyebabkan
terjadikn kerusakan pada sel-sel tubuh dan menyebabkan kekroposan tulang.
Memberikan pengetahuan/edukasi pada masyarakat tentang bahaya logam berat
jika terus terpapar pada tubuh serta memberi tahukan bagaiamana manajemen
risiko untuk mengurangi risiko terjadinya masalah kesehatan akibat mengkonsumsi
ikan yang terkontaminasi dengan logam berat. Memberitahukan kepada tenaga kesehatan
yang berada di wilayah Wani Satu bahwa masyarakat di Desa Wani sudah berisiko
mengalami efek nonkarsinogen yang menyebabkan masalah kesehatan, dengan itu
tenaga kesehatan sekita bisa membuat program untuk meningkatkan derajat
kesehatan. Mengngkonsumsi telur mengandung selenium yang dapat mengoksidasi
logam berat serta mengkonsumsi pisang mengandung magnesium juga dapat
mengoksidasi logam berat sebanyak
B.
Saran
Masyarakat lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi ikan apalagi yang sudah
terkontaminasi loga berat, serta memperhatikan cara pengelolaan makanan seperti
memberikan perasan air jerus nipis dan melakukan aktivitas fisik yang dilakukan
selama 30 menit dalam 3kali/seminggu sehingga zat-zat berbahaya dalam tubuh
terlarut dan keluar melalui keringat
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Olahraga dan Manfaat Bagi
Kesehatan.
Lidyawati, A. (2018). EFEK PENAMBAHAN LEVEL VITAMIN E DAN SELENIUM DALAM
PAKAN TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR YANG DIINSEMINASI BUATAN. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu, Vol. 6(2), 106–110.
Muhammad Ikhtiar. (2017). Analisis Kualitas Lingkungan. CV. Social
Politic Genius (SIGn).
Nurmalasari. (2015). Pemanfaatan Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus
autrantifolia swingle) dalam Menurunkan Kadar Logam Berat Pb yang Terkandung
pada Daging Kerang. Higiene, VOLUM E 1, ISSN : 2443—1141.
Primana, D. A. (2010). Kebutuhan tubuh secara umum terhadap vitamin C.
Generasi Baru Vitamin C. Grogol.
Rivai. (2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan, Vol.1(No.1).
Sri Malem Indirawati. (2017). PENCEMARAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd DAN KELUHAN
KESEHATAN PADA MASYARAKAT DI KAWASAN PESISIR BELAWAN. Jurnal JUMANTIK, Volume
2.
Suyanto, A. (2010). RESIDU LOGAM BERAT IKAN DARI PERAIRAN TERCEMAR DI
PANTAI UTARA JAWA TENGAH. Jurnal Pangan Dan Gizi, Vol 01.
Wardyaningrum, D. (2011). Tingkat Kognisi Tentang Konsumsi Susu Pada Ibu
Peternak Sapi Perah Lembang Jawa Barat. Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI
PRANATA SOSIAL, Vol . 1.
Yosi. (2010). Pemeriksaan Kadar Kalium (K), Natrium (Na), Kalsium (Ca),
Magnesium (Mg) dan Fosfor (P) dari Pisang Mas.
0 Komentar