ANALISIS PEMBIAYAAN KESEHATAN BERSUMBER PEMERINTAH TAHUN 2003-2005 DI KABUPATEN BOGOR
Pencapaian Pembangunan
Kesehatan di Kabupaten Bogor dilihat dari gambaran derajat kesehatan tidak lepas dari kesadaran pemerintah membiayai bidang kesehatan. Alokasi anggaran bidang kesehatan dilihat dari Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK) perubahan pada tahun
2003 sampai dengan 2005,
anggaran di bidang kesehatan dari tahun
2003-2005 mengalami peningkatan.
Dari jajaran instansi lingkungan pemerintah
di Kabupaten Bogor, Dinas Kesehatan, BRSD Ciawi, BRSD mendapat alokasi anggaran
yang besar dari APBD
Kabupaten. Pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Bogor selain mendapat alokasi anggaran dari
APBD Kabupaten, mendapat tambahan luncuran dana dari APBD provinsi, APBN dan
BLN. Untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan selain luncuran
yang berupa uang dari berbagai sumber,
ada juga yang
berbentuk barang, biasanya untuk kegiatan
yang mempunyai eksternalitas tinggi misalnya obat untuk tbc,
obat untuk kusta dan vaksin untuk imunisasi.
Pembiayaan Bidang Kesehatan di Kabupaten Bogor dikelola oleh tiga instansi kesehatan,
yang meliputi Dinas Kesehatan, BRSD Ciawidan BRSD
Cibinong. Proporsi pembiayaan bidang kesehatan paling besar pada tiga tahun anggaran adalah
yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Besar anggaran pembiayaan kesehatan
yang dikelola oleh Dinas Kesehatan bersumber APBD
Kabupaten Bogor, karena anggaran puskesmas dan Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) dengan anggaran kesehatan kantor dinas masih bersatu serta cakupan luas kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kesehatan.
Pada era sentralisasi,
Departemen Kesehatan diwakili oleh kantor Departemen Kesehatan tetapi pada
era otonomi, Dinas Kesehatan Kabupaten merupakan penanggungjawab upaya kesehatan masyarakat tingkat kedua. Ini berarti bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten
Bogor merupakan penyelenggara kegiatan kesehatan,
promotif, preventif dan kuratif, dengan mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik,
yang ditujukan kepada masyarakat. Rumah Sakit (RS) merupakan penyelenggara upaya kesehatan perorangan tingkat kedua, yang berarti bahwa kegiatan kesehatan oleh
RS lebih ditujukan kepada perorangan.
Dinas Kesehatan selama tiga tahun berturut-turut didominasi oleh Bidang Yankes.
Untuk melihat gambaran penggunaan dana
yang bersumber dari APBD
Kabupaten, APBD Propinsi, APBN, BLN, PLN
dan bantuan obat yang telah dikonversikan dengan nilai
rupiah berdasar bahwa kegiatan penunjang dari tahun 2003 sampai dengan
2005 selalu mengalami kenaikan.
Program di Dinas Kesehatan meliputi enam upaya pokok (basic
six) yang dijadikan acuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan,
yang meliputi program Kesehatan Ibu dan Anak/Keluarga Berencana, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular,
Kesehatan lingkungan,
Promosi kesehatan, pengobatan dan gizi.
Selain itu juga ditambah beberapa program
lain yang spesifik daerah dan program terkait bidang kesehatan seperti perencanaan dan pengembangan dan peningkatan efektifitas manajemen.
Besaralokasi program di
Dinas Kesehatan tidak dapat disamakan dengan alokasi antar bidang, tetapi sebaran anggaran
program di dua rumah sakit daerah adalah sama besar dengan anggaran antar bidang.
Alokasi anggaran berbagai program
kesehatan prioritas telah mendukung arah dan kebijakan umum
yang ditentukan. Pembiayaan Dinas Kesehatan Kabupaten
Bogor Tahun Anggaran 2003-2005
berdasar Fungsi Pelayanan Kesehatan menunjukkan bahwa pelayanan kuratif selalu mendapat porsi
yang lebih besar dari pada layanan kesehatan yang lainnya.
Jika dilihat secara rinci meliputi program kesehatan, manajemen kesehatan dan berbagai kegiatan fisik
(pembangunan dan pembelian obat,
sarana/prasarana). Proporsi tersebut lebih besar karena kesehatan lebih ditekankan pada urusan orang sakit. Akibatnya, orientasi anggaran lebih terarah pada membangun gedung,
membeli peralatan medis, dan obat-obatan. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan visi baru Pembangunan Kesehatan Indonesia
yang lebih mengutamakan penyelenggaraan upaya kesehatan promotif dan preventif.
Alokasi perbidang
yang dikaitkan dengan tupoksi bidang tersebut masih perlu diperbaiki,
alokasi antar unit yang tak seimbang mungkin terjadi karena masih banyak uraian tugas pokok dan fungsi yang tidak dapat dibiayai.
Misalnya di bidang binkesmas tidak ada dana untuk urusan lansia.
Padahal, pasca krisis ekonomi, masalah kesehatan yang dihadapi kabupaten
Bogor meliputi masalah ibu hamil dan balita serta gizi buruk
yang belum terselesaikan disusul masalah lansia. Dilema ini muncul karena usia harapan hidup di Kabupaten Bogor diatas 65 tahun.
Kondisi ini di satu pihak baik dalam mencapai
target IPM Kabupaten Bogor, tetapi pada sisi lain menjadi masalah karena lansia belum tentu merupakan sumber daya
yang produktif atau bahkan menjadi beban karena lansia akan lebih sering sakit. Tidak mengherankan jika anggaran kesehatan dialokasikan lebih besar pada pelayanan kuratif.
Realisasi anggaran kabupaten terbesar dari tahun 2003-2005 adalah anggaran aparatur daerah.
Hal tersebut mencerminkan kemampuan bidang kesehatan menyerap anggaran bidang kesehatan. Kemampuan bidang kesehatan merealisasi anggaran terbesar terjadi pada tahun
2004. Realisasi anggaran tertinggi pada tahun 2003 dan tahun 2004 adalah pelayanan publik,
tetapi pada tahun
2005 adalah aparatur daerah.
Faktor yang berpengaruh kuat pada proses
realisasi anggaran adalah keterlambatan penetapan anggaran.
Turunnya anggaran sangat dipengaruhi oleh kecepatan dan ketepatan jadwal pelaksanaan dan besaran dana. Keterlambatan pada salah satu bidang akan menghambat turun anggaran. Hambatan yang klasik ini membuat pelaksanaan program pada triwulan satu, ditunda/dijadwal ulang pada triwulan berikutnya yang berdampak pada penumpukan relisasi anggaran pada semester
dua. Hambatan lain adalah cara atau system pertanggung- jawaban (SPJ). Instansi kesehatan cenderung mempunyai tenaga kesehatan lebih besar disbanding tenaga administrasi keuangan. Setiap petugas kesehatan bertugas melaksanakan kegiatan sesuai fungsinya,
tetapi lupa membuat administrasi pertanggungjawaban.
Daftar Pustaka :
Nia Aryani Rahmaniawati, 2007. Analisis Pembiayaan Kesehatan Bersumber Pemerintahan Tahun 2003-2005 di Kabupaten Bogor. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 2. No 1.
0 Komentar