Jenis
Anemia dan Gejala Klinis yang Ditunjukkan
Kecepatan pertumbuhan yang tinggi
menyebabakan remaja membutuhkan energi dan protein yang tinggi. Masa remaja
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik, mental, dan
aktivitas sehingga, kebutuhan makanan yang mengandung zat-zat gizi menjadi
cukup besar. Remaja putri banyak mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam
konsumsi makanan sehari-harinya (Desri, 2015).
Remaja
putri pada umumnya memiliki karakteristik kebiasaan makan tidak sehat. Antara
lain kebiasaan tidak makan pagi, malas minum air putih, diet tidak sehat karena
ingin langsing (mengabaikan sumber protein, karbohidrat, vitamin dan mineral),
kebiasaan ngemil makanan rendah gizi dan makan makanan siap saji.
Sehingga
remaja tidak mampu memenuhi keanekaragaman zat makanan yang
dibutuhkan oleh tubuhnya untuk
proses sintesis pembentukan hemoglobin (Hb). Bila hal ini terjadi dalam
jangka waktu yang lama akan menyebabkan kadar Hb terus berkurang dan menimbulkan
anemia (Desri,
2015).
Anemia diukur
dengan kadar Hb, yakni untuk ibu hamil dengan nilai di bawah 11,0 g/dL, wanita
dalam kelompok usia subur (15–49 tahun) dengan kadar
Hb < 12,0 g/dL. Sedangkan laki-laki dengan usia ≥ 15 tahun menderita anemia
dengan ukuran kadar Hb <13,0 g/dL. Wanita usia subur di Indonesia mengalami
anemia sebesar 40%, sedangkan prevalensi anemia pada
ibu hamil dari penelitian tahun 2007, 2010, dan 2013 meningkat (Depkes RI, 2013
dalam Safitri,
2015).
Gejala umum
anemia disebut juga sebagai sindrom anemia, dijumpai pada anemia defisiensi
jika kadar Hb turun di bawah 7-8 g/dl. gejala ini berupa badan lemah, lesuh,
letih, cepat lelah mata berkunang-kunang serta telinga berdenging (Handayani,
2008).
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wanita tersebut menderita anemia zat
besi dengan kadar hb <12, dengan gejala klinis sakit kepala, mudah
mengantuk, penglihatan menghitam, dan berkunang-kunang.
0 Komentar