Iklan atas - New

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “ HYGEEN KESEHATAN GIGI DAN MULUT’’


LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
“ HYGEEN KESEHATAN GIGI DAN MULUT’’

Description: Description: C:\Users\USER\Pictures\UNTAD.png
Dosen Pembimbing: Bertin Ayu Wandira, S.KM., M.Kes
Disusun Oleh posko 16:
Nurfajriah Humairah                (N 201 16 056)
Syahriani                                    (N 201 16 211)
Visky Anugrah Surianto            ( N 201 16 123)
Moh. Reza Rizaldy                   ( N 201 16 086)
Rheina Magvira                        (N 201 16 001)
Ni Putu Crisdiana                     (N 201 16 177)
Hajar Ayu Leli Marfuah           (N 201 16 193)
Novianti                                    ( N 201 16 094)
Ramlah                                     (N 201 16 194)
Asmayanti                                ( N 201 16 080)
Suci Ramdhani                         ( N 201 16 211)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2019

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Lengkap Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Proses menyelesaikan laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak mulai dari teman-teman angkatan 2016 (G16S DIVERGEN), dosen pembimbing, dosen pengelolah, pemerintah Desa Mpanau serta warga posko pengungsian. Tim penyusun mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan lengkap ini.
Berbagai bentuk kesulitan, suka dan duka merupakan bagian tak terpisahkan dalam penyusunan laporan lengkap ini. Namun, berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, hal tersebut dapat teratasi.
Tim penyusun menyadari bahwa pada laporan lengkap ini masih terdapat banyak kekurangan mengingat kemampuan dan keterbatasan tim penyusun. Oleh sebab itu, tim penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai masukan untuk tim penyusun.
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada tim penyusun serta selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pembaca, Amin.



Palu,    Januari 2019
                                                                                               



DAFTAR ISI


Table of Contents



HALAMAN DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang .................................................................................  
B.      Tujuan PBL II ..................................................................................  
C.      Manfaat PBL II.................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.            Pengalaman Belajar Lapangan II......................................................
B.            Intervensi Fisik .................................................................................  
C.            Intervensi Non Fisik..........................................................................
BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Kegiatan...................................................................................
B.      Pembahasan.......................................................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan ......................................................................................  
B.      Saran .................................................................................................  
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN



BAB I

PENDAHULUAN

Sampai saat ini kondisi masyarakat di wilayah korban gempa pasca bencana Sulawesi Tengah dan daerah sekitarnya perlu dilakukan upaya pemberdayaan dalam bidang kesehatan hal ini dikawatirkan nantinya semakin akan terpuruk melihat kondisi tersebut sehingga perlu dilakukan intervensi untuk mengetahui permasalahan yang ada di posko pengungsian. 
Upaya yang dilakukan untuk merealisasikan hal ini ditempuh melalui pembinaan professional dalam bidang preventif dan promotif yang mengarah pada pemahaman permasalahan-permasalahan kesehatan masyarakat, untuk selanjutnya dapat dilakukan pengembangan program atau intervesi menuju perubahan pola piker dan perilaku masyarakat yang diinginkan. Salah satu bentuk kongkrit upaya tersebut dengan melakukan pengalaman belajar lapangan II dilakukan pelaksanaan program intervensi analisis dari faktor-faktor penyebab prioritas masalah yang ditemukan pada PBL 1. Diperlukan pengkajian teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan untuk menganalisis factor-faktor penyebab dari prioritas masalah tersebut.
Bencana gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018 adalah peristiwa gempa bumi berkekuatan 7,4 SR diikuti dengan tsunami yang melanda pantai barat Pulau Sulawesi, Indonesia, bagian utara pada tanggal 28 September 2018, pukul 18.02 WITA. Pusat gempa berada di 26 km utara Donggala dan 80 km barat laut kota Palu[8] dengan kedalaman 10 km. Akibat kejadian ini mengakibatkan ribuan korban jiwa meninggal dunia, luka berat, kerusakan bangunan, dan kerugian financial milyaran rupiah. Sampai saat ini masih banyak warga yang menetap di posko pengungsian maupun hunian sementara (huntara).
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II ini yang berbasis penanggulangan bencana kami menyelidiki masalah kesehatan dan melihat perilaku atau kebiasaan masyarakat posko pengungsian dan  melakukan intervensi terhadap masaalah yang didapakan. Adapun program intervensi di Huntara Rumah Bahagia Desa Mpanau, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Sigi yaitu program Health (penyuluhan penyakit ISPA), Saniasi (tong sampah percontohan, Hygiene (kesehatan gigi dan mulut), dan Water.
Untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal diperlukan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan guna memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah. Untuk mewujudkan kesehatan tersebut dapat dilihat dari 2 aspek yaitu, pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan mencakup 2 aspek yaitu, kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat) sedangkan peningkatan kesehatan mencakup 2 aspek yaitu, promotif (peningkatan kesehatan) dan preventif (pencegahan penyakit).
Posko pengunsian yang berada di desa Mpanau merupakan salah satu lokasi pengungsian akibat bencana gempa bumi dan likuifaksi Sulawesi Tengah yang terletak di Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Posko tersebut menjadi tempat dilaksanakan kegiatan PBL II  Posko 16 Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako angkatan 2016.
Adapun tujuan dari Pengalaman Belajar Lapangan II adalah sebagai berikut:
Menerapkan ilmu kesehatan masyarakat melalui proses belajar lapangan (PBL) berdasarkan konsep epidemiologi, demografi, perencanaan, sosial budaya, dan ilmu perilaku kepada masyarakat dan memberikan pengalaman terhadap masalah-masalah kesehatan masyarakat di lapangan yang sebenarnya serta mencoba melakukan upaya-upaya pemecahan masalah dengan teori dan praktik yang telah diperoleh di bangku perkuliahan serta mendapatkan kemampuan professional kesehatan masyarakat dimana kemampuan tersebut merupakan kemampuan spesifik yang harus dimiliki oleh seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Setelah melaksanakan Praktek Belajar Lapangan II  diharapkan mahasiswa mampu mengenal, memahami, dan menganalisa kemudian  menemukan masalah kesehatan di Lokasi Pengungsian sehingga mereka mampu  menyusun dan melaksanakan program intervensi berdasarkan temuan yang ada di Lokasi Pengungsian sehingga mereka mampu mengadvokasi model pelayanan kesehatan masyarakat dan mereka mampu bersosialisasi tentang sadar sehat sebagai model pelayanan kesehatan masyarakat kemudian mereka mampu melakukan penyusunan parameter keberhasilan program.
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan II adalah sebagai berikut :
Kegiatan PBL ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat dan menjadi referensi kepustakaan.
Membantu pemerintah dalam menemukan masalah kesehatan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat khususnya di Lingkungan Posko  Pengungsian Desa Mpanau, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Mengetahui masalah kesehatan yang ada di posko pengunsian dan meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri.
Adapun Manfaat  Bagi Mahasiswa PBL yaitu, menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa melalui observasi langsung ke lapangan dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan serta melatih kemampuan beradaptasi, berinteraksi mahasiswa PBL dengan masyarakat dengan tatanan nilai dan norma secara menyeluruh.


























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengalaman Belajar Lapangan II
Pengalaman Belajar Lapangan adalah suatu proses belajar untuk mendapatkan kemampuan profesional kesehatan masyarakat, yaitu menerapkan diagnosa komunitas yang intinya mengenali, mengembangkan program penanganan masalah kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif, bertindak sebagai manajer madya yang dapat berfungsi sebagai pelaksana, pengelola, pendidikan dan peneliti, melakukan pendekatan pada masyarakat dan bekerja dalam tim multidisipliner. Praktek belajar lapangan merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk menyiapkan lulusan yang memiliki sifat responsive, mengembangkan kemampuan mengidentifikasi masalah untuk kemudian mencari alternatif pemecahan masalah-masalah kesehatan di masyarakat. Oleh karena itu PBL merupakan bagian integral dari kurikulum pendidikan tinggi dan merupakan persyaratan bagi setiap mahasiswa program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako.
Pengalaman Belajar Lapangan II merupakan proses menitikberatkan pada penentuan prioritas masalah serta pelaksanaan program intervensi terhadap masalah-masalah kesehatan yang menjadi prioritas masalah di lingkungan tersebut. Intervensi yang dilakukan yaitu intervensi fisik dan non fisik, maksud
B.     Interfensi fisik
Adapun Interfensi fisik yang dilakukan di posko pengungsian Desa Mpanau, Kecamatan sigi biromaru yaitu:
1.      Pembuatan tempat sampah percontohan
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau terlupakan dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomis bahkan dapat mempunyai nilai negatif karena penanganannya serta karakteristik dari sampah adalah bau.
Intervensi fisik yang dilakukan di posko Pengungsian Pasar Biromaru yaitu pembuatan tempat sampah percontohan karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya tanpa membedakan jenis sampah. Tempat sampah yang dibuat berjumlah 3 buah dengan jenis tempat sampah yang berbeda yaitu sampah organik dan non organik, dengan adannya tempat sampah percontohan tersebut masyarakat dapat memisahkan dan mengolah sampah berdasarkan jenisnya.
2.      Poster minum 8 gelas air setiap hari
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu meminum minimal sebanyak 1,5 – 2 liter air sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme (Slamet, 2007).
Intervensi fisik yang dilakukan yaitu, pemasangan poster di posko pengungsian yang berada di pasar Biromaru adalah upaya edukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat yang dimulai pada anak-anak maupun para ibu yang berada di posko pengungsian, tentang pentingnya mengonsumsi air air minum bagi kesehatan tubuh minimal 8 gelas sehari sehingga terdapat peningkatan pengetahuan yang akan mempengaruhi kesadaran masyarakat yang pada gilirannya akan mempengaruhi pula perilakunya.
C.    Interfensi non fisik
Adapun interfensi non fisik yang dilakukan di posko pengungsian Desa Mpanau, Kecamatan sigi biromaru yaitu:
1.      Penyuluhan penyakit Infeksi  Saluran Pernapasan Akut
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Dimana penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. WHO memperkirakan insiden ISPA di negara berkembang dengan angka kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO kurang lebih 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang, dimana ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun.
2.      Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar , tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yangb ada hubunganya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan dari berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, mencari tahu bagaimana caranya melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan (Notoadmodjo,2013).
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Pendididkan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain , buakn seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang di dalamnya seseorang menerimah atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Notoadmodjo. 2013).
Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut merupkan hal yang sangat penting dalam menunjang perilaku untuk menjaga kebersihan kesehatan gigi dan mulut meningkatnya pengerahuan seseorang akan mempengaruhi kemampuan orang tersebut dalam menerimah dan merespon informasi. Kesehatan gigi dan mulut merupakan satu kesatuan dari kesehatan tubuh yang harus di pelihara kesehatannya. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih jauh dari harapan, menurut data dari World Health Organisation (WHO, 2012).
Program menyikat gigi pada anak usia sekolah merupakan suatu tindakan pemeliharaan kesehatan gigi yang dapat mengurangi penyakit gigi dan mulut seperti periodontitis kronis dan karies. Cara menggosok gigi yang benar dapat menjaa kesehatan gigi dan mulut menurut data RISKESDAS 2007 sejumbalah 91,1 % penduduk umur lebih dari 10 tahun mempunyai kebiasaan menggosok gigi tiap hari tetapi hanya 12,6 %  yang menggosok gigi sesudah makan pagi dan 28.7% sebelum tidur malam. Kesehatan gigi dan mulut sangat erat hubungan dengan perilaku.










BAB III
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Kegiatan
Dalam pelaksanaan Pengalaman Belajar Lapangan II lebih menekankan pada program-program intervensi. Rencana program-program intervensi yang diberikan kepada masyarakat adalah program-program intervensi yang disesuaikan dengan hasil observasi dan wawancara di lokasi pengungsian Desa Mpanau, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Berikut hasil intervensi fisik dan non fisik yang dilakukan :
1.      Hasil Intervensi Fisik
a.      Pengadaan Tempat Sampah Percontohan
Pengadaan dan pembuatan tong sampah percontohan yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 19 Januari 2019.  Kegiatan intervensi ini dilakukan bersama-sama dengan posko lain tetapi pengadaannya tetap ditujukan ke posko masing-masing. Pembuatan tempat sampah percontohan ini terdiri dari 3 tempat sampah yaitu untuk sampah Organik, Anorganik, dan B3. Dimana tempat sampah percontohan ini diletakkan di dekat dapur umum dan WC umum yang ada di posko pengunngisan Sigi Biromaru.
b.      Pemasangan Poster air manfaat minum 8 gelas sehari
Gambar 1.1 Pemasangan Poster tentang Manfaat Minum Air Putih Minimal 8 Gelas Sehari
Pemasangan poster dilakukan pada hari Senin tanggal 21 Januari 2019 dengan jumlah 8 poster berukuran A4. Adapun intervensi fisik yang dilakukan yaitu dengan pemasangan poster di berbagai tempat seperti water treatment, galon dan dapur umum yang berada di posko pengungsian Pasar Biromaru.
2.      Hasil Intervensi Non Fisik
a.      Penyuluhan Kesehastan gigi dan Mulut
Adapun hasil yang didapatkan setelah melakukan intervensi sebanyak 1 kali yaitu pada hari Kamis 17 Januari 2018, Setelah dilakukan penyuluhan terkait kesehatan gigi dan mulut dan memberikan penilaian pre and post tes  pada anak-anak yang ada di pengungsian Sigi Biromaru maka dapat di diketahui bahwa sebelum dilakukan penyuluhan pengetahuan anak-anak tentang kesehatan gigi dan mulut serta bagimana cara menyikat gigi yang benar masih kurang atau masih banyak yang belum mereka ketahui.
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang kurang baik harus diubah. Lingkungan sangat berperan dalam pembentukan perilaku seseorang, di samping faktor bawaan, (Anindita,2017).
b.      Penyuluhan ISPA
Adapun hasil yang didapatkan setelah melakukan intervensi terkait health dengan melakukan penyuluhan kepada 24 orang masyarakat (ibu-ibu dan anak-anak) di posko pengungsian Sigi Biromaru dengan membagikan pre test dan post test adalah meningkatnya pengetahuan masyarakat terkait penyakit ISPA. Selain itu, dari hasil post test didapatkan bahwa pengetuan tentang cara mencegah ISPA pun meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan berhasil.
Sesuai dengan literature menurut Fatmawati (2017), pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan masyarakat tentang penatalaksanaan ISPA sangat berperan penting karena akan mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat.
B.     Pembahasan
1.      Hasil Intervensi Fisik
a.      Pengadaan Tempat Sampah Percontohan
Adapun hasil yang didapatkan setelah melakukan intervensi sebanyak 1 kali yaitu pada hari Sabtu 19 Januari 2019, kemudian diikuti dengan evaluasi program setelah 3 hari program berjalan, yaitu pengadaan tempat sampah percontohan yang diberikan kepada pada posko Pengungsian Pasar  Biromaru dimanfaatkan oleh warga pengungsian sebagai tempat sampah dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya warga yang membuang sampah di sekitar lokasi posko. Adanya tempat sampah percontohan memudahkan warga untuk membedakan jenis sampahnya.
Menurut Mulyati (2014), tujuan dari sebuah tempat sampah adalah memberikan tempat khusus bagi orang-orang yang ingin membuang sampah, baik sampah tersebut organik maupun non-organik. Karena dengan adanya tempat sampah, maka akan menjadi lebih dapat menjaga kebersihan karena sampah - sampah tidak berserahkan lagi. Dengan adanya tempat sampah juga dapat mengurangi polusi udara. Dengan adanya tempat sampah maka sampah organik dan non-organik akan berada pada tempatnya dan pengelolaannya masing-masing.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Dwiyanto (2011), untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera di masa yang akan datang, akan sangat diperlukan adanya lingkungan pemukiman yang sehat. Dari aspek persampahan, maka kata sehat akan berarti sebagai kondisi yang akan dapat dicapai bila sampah dapat dikelola secara baik sehingga bersih dari lingkungan pemukiman dimana manusia beraktifitas di dalamnya.
b.      Pemasangan Poster air manfaat minum 8 gelas sehari
Berdasarkan hasil kesepakatan pada saat breafing awal PBL II untuk memberikan edukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat yang dimulai pada anak-anak dan orang tua yang berada di posko pengungsian tentang pentingnya mengonsumsi air minum bagi kesehatan tubuh minimal 8 gelas sehari sehingga terdapat peningkatan pengetahuan yang akan mempengaruhi kesadaran masyarakat yang pada gilirannya akan mempengaruhi pula perilakunya.



















BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dari hasil intervensi fisik maupun non fisik yang telah dilakukahn dalam kegiatan PBL II ini maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Intervensi fisik yang dilakukan pada PBL II di Posko Pengunsian Desa Mpanau, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi yaitu pengadaan tempat sampah percontohan dan pemasangan poster minum air putih 8 gelas perhari. Tujuan pengadaan tempat sampah yaitu agar memberikan tempat pembuangan sampah bagi masyarakat pengungsian dan mengetahui pemilahan sampah berdasarkan jenisnya sehingga lingkungan sekitar posko pengunsian lebih bersih. Pemasangan poster  ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang minum air 8 gelas 8 hari perhari kepada masyarakat di lokasi pengungsian sehingga mereka dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Intervensi Non fisik yang dilakukan pada PBL II di Posko pengunsian Desa Mpanau, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi yaitu penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut yang baik dan benar. Penyuluhan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut yang disekitar posko pengunsian tersebut serta memberikan mereka informasi mengenai penyakit ISPA  yang bertujuan meningkatkan pengetahuan  penduduk posko pengunsian pasar biromaru.sss
B.     Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan penulis yaitu untuk kedepannya pelaksanaan PBL (Pengalaman Belajar Lapangan) lebih baik lagi. Mahasiswa juga dapat lebih meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk kedepannya sehingga intervensi baik fisik maupun non fisik dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA




























L
A
M
P
I
R
A
N
-
L
A
M
P
I
R
A
N





PLANNING OF ACTION (POA)
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN (PBL) II
POSKO 16 PENGUNGSIAN DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI
NO.
PROGRAM
JENIS
KEGIATAN
TUJUAN
SASARAN
TARGET
BIAYA
FREKUENSI
PJ
INDIKATOR
KEBERHASILAN

1.
Intervensi Non Fisik
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
Untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kepada anak-anak di pengungsian, serta dapat memahami dan menerapkan kebiasaan tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut

Semua anak-anak yang ada dilokasi pengungsian
100% (20 anak-anak di posko pengunsian)
Biaya Snack Rp. 250.000
1x
Asma
Rheina
Putu
18 KK

2.
Penyuluhan ISPA
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit ISPA dan cara pencegahannya
Semua warga di lokasi pengungsian (IRT dan anak-anak)
100 % ( 24 orang)
Print kuosioner Rp. 20.000
1x
Ira
Ricis



3.
Intervensi
Fisik
Pembuatan tong sampah percontohaan
Agar masyarakat dapat memebadahkan jenis sampah
Masyarakat posko pengunsian
37 KK
-
1x
Reza
Visky
37 KK
4.
Pemasangan poster minum 8 gelas sehari
Agar masyarakat dapat menerapkan kebiasaan minum air 8 gelas per-hari
Semua masyarakat posko pengunsian
37 KK
-
1x
Leli
Suci

37 KK


ABSENSI KELOMPOK 17
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN (PBL) II
POSKO 16 PENGUNGSIAN DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI
No.
Nama
Januari 2019
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
1.
Visky Anugrah Surianto
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
2.
Moh Reza Rizaldi
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
3.
Nur Fajriah Humairah
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
4.
Asmayanti
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
5.
Novianti
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
6.
Syahriani
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
7.
Rheyna Magfira
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
8.
Hajar Ayu Leli Marfuah
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
9.
Suci Ramadani
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
10.
Ramlah
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
11.
Ni Putu Crisdianawati
















FOTO KEGIATAN

Posting Komentar

0 Komentar