Iklan atas - New

Makalah Komunikasi Kesehatan (Persuasi)


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang memiliki fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya.Fokus utama dalam komunikasi kesehatan adalah terjadinya transaksi yang secara spesifik berhubungan dengan isu-isu kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi transaksi tersebut.Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan, antara ahli kesehatan dengan pasien dan antara pasien dengan keluarga pasien merupakan perhatian utama dalam komunikasi kesehatan.
Masalah kesehatan dan masalah penyakit, tidak semata-mata bersumber dari kelalaian individu, kelalaian keluarga, kelalaian kelompok atau komunitas.Kebanyakan penyakit yang diderita individu maupun penyakit yang ada di komunitas masyarakat pada umumnya bersumber dari ketidaktahuan dan kesalahpahaman atas berbagai informasi kesehatan yang diterima.
Permasalahan dalam proses komunikasi yang sering terjadi antara pasien-ahli kesehatan adalah banyaknya penggunaan kosa kata yang terlalu panjang, sulit dimengerti, kompleks, serta penggunaan istilah-istilah medis yang seringkali tidak dipahami oleh pasien. Oleh karena itu jika komunikasi antara ahli kesehatan dengan pasien dilihat sebagai interaksi antara dua individual, maka menjadi suatu hal yang penting bahwa kedua belah pihak berbicara dalam "bahasa" yang sama, memiliki keyakinan yang sama (misal keyakinan bahwa penyakit pasien bisa disembuhkan) dan sama-sama menyepakati konten pembicaraan dalam konsultasi dan kedua belah pihak memahami hasil akhir tahapan konsultasi.
Komunikasi kesehatan dengan pasien dan pihak keluarga merupakan bagian penting dalam perawatan medis.Komunikasi yang efektif merupakan sesuatu yang esensial karena pasien dapat memahami keadaan dirinya dan pihak keluarga dapat memahami keadaan anggota keluarganya yang sakit.Kegagalan dalam mengkomunikasikan informasi-informasi kesehatan pada pasien dan pihak keluarga dapat berakibat pada ketidakpahaman pasien atas hasil tes yang dijalani serta ketidakpatuhan pasien dalam mengikuti saran medis.
Bila pihak keluarga juga tidak dapat memahami isu-isu kesehatan yang berkaitan dengan anggota keluarganya yang sakit, besar kemungkinan pihak keluarga tidak akan memberikan dukungan sepenuhnya pada anggota keluarga yang sakit. Misanya, bila pihak keluarga tidak diinformasikan gejala-gejala yang harus diwaspadai, reaksi psikologis dan reaksi emosional (si penderita mudah marah-marah, sensitif dan mudah tersinggung) yang mungkin muncul sehubungan dengan keadaan si sakit, bisa jadi keharmonisan komunikasi dalam keluarga terganggu.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan persuasi?
2.      Apa saja jenis persuasi?
3.      Apa peran komunikator berdasarkan retorika?
4.      Apa dimensi dan tipe kreadibilitas komunikator?
C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud persuasi.
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis persuasi.
3.      Untuk mengetahui komunikator berdasarkan retorika
4.      Untuk mengetahui dimensi dan tipe kreadibillitas komunikator.






BAB II
ISI
A.      Pengertian Persuasi
Masalah komunikasi adalah masalah bagaimana komunikator mempengaruhi pilihan komunikan. Dan masalah itu hanya bisa dijawab dengan persuasi dari komunikator. Jadi, peranan utama komunikator sebenarnya adalah masalah apakah dia sukses atau gagal melakukan persuasi. Lalu apakah persuasi itu?
Ada banyak definisi mengenai persuasi, namun persuasi dapat diartikan sebagai:
1.    Suatu kemauan yang didasari oleh seorang komunikator untuk memodifikasi pikiran dan tindakan komunikan melalui manipulasi motif dari komunikan agar komunikan dapat berubah pikiran dan tindakan sebagaimana yang dikehendaki oleh sumber.
2.    Seni yang digunakan oleh komunikator untuk mempengaruhi komunikan
3.    Proses untuk mengubah sikap, kepercayaan, pendapat Atau perilaku komunikasi.
Jika kita memandang persuasi sebagai “hubungan antara komunikator dan komunikan”, maka yang perlu diperhatikan adalah bahwa persuasi itu terjadi hanya karena ada kerjasama antara sumber dengan penerima, namun kerjasama itu di prakarsai oleh komunikator (sumber) bukan sebaliknya dalam komunikan. Oleh karena itu, para ahli komunikasi lebih cenderung memberikan makna persuasi sebagaimana makna retorika yang disodorkan oleh aristoteles, bahwa persuasi merupakan cara untuk mendapatkan kekuasaan dengan menenangkan perdebatan didepan pengadilan. Menurut aristoteles, persuasi itu berdasarkan reputasi atau kredibilitas dari komunikator yang dia rumuskan dalam ethos, pathos, dan logos.
Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Menurut Dedy (1994) komunikasi persuasif adalah suatu proses komunikasi dimana terdapat usaha untuk meyakinkan orang lain agar publiknyaberbuat dan bertingkah laku seperti yang diharapkan komunikator dengan cara membujuk tanpa memaksanya.
Komunikasi persuasi sebagai upaya mempengaruhi opini, pendapat, sikap atau perilaku seseorang, tentunya membutuhkan suatu proses. Hovland, dalam buku “Dynamics of Persuasion” mengemukakan sebuah konsep mengenai proses komunikasi persuasive yang berfokus pada pembelajaran dan motivasi. Untuk dapat terpengaruh oleh komunikasi persuasif, seseorang harus memperhatikan, memahami, mempelajari, menerima dan menyimpan pesan persuasi tersebut.
Komunikasi persuasi dan teknik penyusunan pesan persuasi merupakan dua hal yang saling berkaitan erat. Berikut pengertian komunikasi persuasi dan teknik penyusunan pesan persuasi menurut para ahli :
 “Komunikasi persuasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain agar berubah sikap, pendapat, dan tingkah lakunya dengan kesadaran sendiri”. (Effendy)
 Abdurahman mengemukakan pendapatnya tentang persuasi bahwa “Persuasi atau ajakan yaitu suatu tindakan yang berdasarkan segi-segi psikologis yang dapat membangkitkan kesadaran individu”.
Sementara pendapat Sastropoetro bahwa “persuasi adalah salah satu komunikasi sosial dan dalam penerapannya mengubahkan teknik/cara tertentu, sehingga menyebabkan orang bersedia melakukan sesuatu dengan senang hati, suka rela, dan tanpa merasa dipaksa oleh siapapun”.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, persuasi merupakan bagian dari kegiatan komunikasi manusia (human communication).Kegiatan komunikasi persuasi dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kesadaran dan kerelaan dari komunikan sehingga dapat mengubah pendapat, sikap, dan prilaku komunikan dari informasi yang telah diperoleh.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam penyusunan pesan yang menggunakan teknik persuasi, Cangara membagi atas lima cara yaitu:
1.         Fear Appeal yaitu metode penyusunan atau penyampaian pesan dengan menimbulkan rasa ketakutan kepada komunikan;
2.         Emotional Appeal yaitu cara penyusunan atau penyampaian pesan dengan berusaha menggugah emotional;
3.         Reward Appeal yaitu cara penyusunan pesan atau penyampaian pesan dengan menawarkan janji-janji kepada komunikan;
4.         Motivasional Appeal yaitu teknik penyusunan pesan yang dibuat bukan karena janji-janji, tetapi disusun untuk menumbuhkan internal psikologis komunikan sehingga komunikan mau mengikuti pesan-pesan tersebut; dan
5.         Humorious Appeal yaitu teknik penyusunan pesan yang disertai dengan humor, sehingga dalam penerimaan pesan bagi komunikan tidak merasa jenuh.

Perubahan opini, sikap,dan prilaku yang diharapkan dalam diri seseorang menyusul adanya tindakan komunikator memerlukan waktu dan proses. Oleh sebab itulah komunikasi persuasi merupakan sebuah proses. Djamaluddin dan Iriantaramenyebutkan lima proses yang terkandung dalam komunikasi persuasi yaitu :
1.     Persuasi adalah suatu proses komunikasi;
2.     Persuasi adalah suatu proses belajar;
3.     Persuasi adalah suatu proses perseptual;
4.     Proses adalah suatu proses adaptif; dan
5.     Persuasi adalah suatu proses ketidakseimbangan dan keseimbangan.



Prinsip-prinsip Komunikasi Persuasif Dalam prinsip komunikasi persuasif ada 5(lima) prinsip, diantaranya :
1.      Membujuk demi konsistensi
Khalayak lebih memungkinkan untuk mengubah perilaku mereka apabila perubahan yang dianjurkan sejalan dengan kepercayaan, sikap, dan nilai saat ini.Sikap didefenisikan sebagai predisposisi mengenai suka atau tidak suka.Nilai sebagai pernyataan terakhir yang lebih abadi dari eksistensi atau mode yang luas dari perilaku.Kepercayaan adalah tingkat keyakinan.
2.  Membujuk demi perubahan-perubahan kecil
Khalayak lebih memungkinkan untuk mengubah perilaku mereka apabila perubahanyang dianjurkan khalayak merupakan perubahan kecil dan bukan perubahan besar perilakumereka.
3.  Membujuk demi keuntungan
Khalayak lebih mungkinmengubah perilakunya apabilaperubahan yang disarankan akanmenguntungkan mereka lebih daribiaya yang akan mereka keluarkan.
4.  Membujuk demi pemenuhan kebutuhan
Khalayak lebih mungkinuntuk mengubah perilaku merekaapabila perubahan yang disarankanberhubungan dengan kebutuhankebutuhanmereka.
5.  Membujuk berdasarkanpendekatan-pendekatan gradual
Bergantung padapenerimaan khalayak terhadapperubahan yang disarankanpembicara dalam kehidupanmereka.Pendekatan gradualmenganjurkan yang lebihmemungkinkan untuk bekerjadibandingkan pendekatan yangmeminta khalayak untuk segeraberubah perilakunya.





B.       Jenis-Jenis Persuasi
Contoh yang dikemukakan Huge Ranksebagai mana dia tunjukan dalam model Persuasi. Kata teori ini, seorang komunikator dapat melakukan persuasi dengan baik jika memanfaatkan dua titik untuk mencapi tujuannya, yaitu:
1.    Taktik intensify, di mana komunikator melakukan intensity atau meningkatkan kualitas dan kuantitas pesan yang ingin menghasilkan pengaruh tertentu dan
2.    Taktik downplay, yakni teknik untuk menurunkan kualitas atau kuantitas pesan yang ingin menghasilkan pengaruh tetentu.

INTENSIFY
· Repetition
· Asscotiation
· Composition
 


Pesan
 

DOWNPLAY
-  Ommission
-  Diversion
-  Confusion
 
 










Repetisi
     Repetisi (perulangan) merupakan taktik dari komunikator untuk mengungkapkan pesan dengan menyebutkan pesan berulang-ulang kali agar audiens menganggap pesan itu penting sehingga mudah diingat.
Contoh: saya ingatkan sekali lagi cuci tangan, cuci tangan, cuci tangan, cuci tangan sebelum makan!

Assosiasi
     Assosiasi adalah taktik dari komunikator untuk mengungkapkan suatu  pesan secara ‘’tidak langsung’’ sehingga pesan itu hanya dapat dipahami jika dihubungkan dengan: seseorang atau event; sesuatu yang disukai atau yang tidak disukai dan dengan audiens tertentu.
Contoh; ingat ya, kasus 100 orang anak sd kuanpoi yang harus dirawat di RSD itu gara-gara minum susu kadaluarsa (event). Isi pesan: jangan beli susu yang sudah kadaluarsa.

Komposisi
Komposisi merupakan taktik dari komunikator untuk mengungkapkan suatu pesan melalui komposisi bahasa, diksi, bias vokal atau visual, dan lain-lain. Contoh: iklan susu dancow “aku dan kau suka dancow” catatan: kata Dan mengingatkan kita pada kata “dan” dan kata Cow pada kata “kau” atau orang lebih ingat kata yang salah: Termorex atau Termos Es.

Omisi
Omisi adalah taktik sederhana menyampaikan pesan yang kritis demi menghindari (menutupi) kekurangan atau kelemahan dari apa yang diinformasikan. Ada yang menyebut omisi sebagai eufemisme, misalnya menghaluskan suatu pernyataan yang terkandung dalam informasi sehingga membuat orang yang mendengar tidak tersinggung.
Contoh: mama ingat ya, waktu masak sayur pakai garam iodium untuk mencegah gondok. Komunikator tidak mau membuat para ibu dikampung kuanpoi tersinggung karena sebagian besar orang dewasa dari kampung itu menderita gondok endemik

Diversi
Diversi merupakan taktik untuk menyatakan keburukan kita atau menyatakan kebaikan dari orang kita.
Contoh: Kebiasaan buruk dari ibu-ibu kita di RT 12 ini suka “bedodol” waktu menunggu anak-anak ditimbang di Posyandu, coba belajar dari ibu-ibu di RT 17, ibu-ibu mereka diajari cara masak bubur kacang ijo sambil menunggu anak-anak ditimbang.

Konfusi
Konfusi adalah taktikuntuk menyatakan sesuatu dengan jargon atau menyampaikan informasi secara kelewat detail, atau yang kontradiktif sehingga membingungkan orang lain, bhakan menyampaikan sesuatu dengan logika yang salah.
Contoh: Anak Sehat- Remaja Sehat- Pemuda Sehat- Bangsa Sehat > jargon; kalau mau anak demam berdarah dan mati di UGD maka biarkanlah dia bermain-main dengan kaleng-kaleng kosong yang ada di halaman rumah > kontradiktif dan logika yang salah.

C.      Peran komunikator dalam retorika
Peran seorang Public Relations sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Public Relationsadalah sebagai Jembatan antara perusahaan dengan publik atau antara manajemen dengan karyawannya agar tercapaiMutual Understanding (saling pengertian) antara kedua belah pihak. Public Relations bertindak sebagai komunikator ketika manajemen berhubungan dengan para karyawan. Adapun peran Public Relations menurut Dozier & Broom (20 : 2000) antara lain :
a.       Penasehat Ahli ( Expert Prescriber )
Seorang praktisi Public Relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (Communicator Fasilitator ).
b.      Fasilitator Komunikasi ( Communication Fasilitator )
Dalam hal ini, praktisi Public Relations bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang diinginnkan dan diharapkan oleh publiknya
c.       Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process           Fasilitator)
Peranan praktisi Public Relations dalam pemecahan masalah persoalan Public Relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil rindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.
d.      Teknisi Komunikasi ( Communication Technician )
Peranan communications technician ini menjadikan praktisi Public Relations sebagai journalist in recident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan of communication in organization.
Humas atau PR (Public Relation) merupakan salah satu metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atau institusi atas dasar menghormati kepentingan bersama.
Perkembangan teknologi informasi telah melahirkan perkembangan yang cukup pesat pada media massa cetak dan elektronik. Menjamurnya berbagai media massa dan derasnya arus informasi yang menerpa masyarakat belum merupakan jaminan akan memberi pencerahan kepada masyarakat, bahkan dalam beberapa kasus justru membuat bingung masyarakat. Sementara itu muncul pendapat bahwa dengan berkembangnya teknologi informasi, maka informasi diserahkan kepada masyarakat dan tidak lagi diurus oleh pemerintah.Peran pemerintah lebih dititik beratkan hanya sebagai pembuat kebijakan, regulasi dan fasilitasi.Dengan kondisi tersebut, diperlukan kelembagaan Humas (Hubungan Masyarakat) dalam setiap instansi pemerintah termasuk perguruan tinggi.
Humas atau yang lebih dikenal sebagai PR (Public Relation) merupakan salah satu metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atau institusi atas dasar menghormati kepentingan bersama.Pembentukan Humas berfungsi untuk menterjemahkan kebijakan kepada intern (pegawainya) atau masyarakat (publik) dan untuk memonitor setiap sikap dan tingkah laku publik untuk disampaikan kepada pimpinan di dalam suatu institusi sebagai bahan pengambil keputusan.
Sebagai juru bicara pimpinan, merupakan tugas yang wajar dilakukan oleh Pejabat Humas, karena di institusi manapun humaslah juru bicara resminya.Humas merupakan representasi dari kebijakan pimpinan institusi tersebut. Humas yang profesional tentu sudah  terlebih dahulu merencanakan apa dan bagaimana caranya menyampaikan kebijakan pimpinan kepada publik.
Juru bicara yang bertindak sebagai komunikator, berfungsi menyediakan sumber informasi, selanjutnya menyaring dan mengevaluasi informasi yang tersedia dan mengolahnya kedalam suatu bentuk yang cocok bagi penerima informasi, sehingga penerima informasi memahami isi informasi tersebut.Akibat secara langsung komunikator dapat mempengaruhi pendapat, pandangan dan perilaku penerima informasi.
Dalam hal ini fungsi sebagai komunikator menyediakan sumber informasi adalah penting. Langkah  berikutnya menyaring dan mengevaluasi informasi tersebut apakah memang benar-benar dapat disampaikan kepada khalayak. Kemudian mengolah informasi kedalam bentuk yang cocok seperti tulisan, laporan, pidato, peragaan, dan lain-lain, sehingga mudah dipahami.Dengan demikian komunikator dapat mempengaruhi komunikan. Komunikator mempengaruhi orang lain untuk mengubah sikap sesuai pesan yang dikemukakan, sehingga orang lain mengikutinya atau mengubah sikap dan perilakunya. Peranan utama komunikator adalah untuk menciptakan suasana yang baik untuk proses komunikasi tersebut.
Hubungan antara Pejabat Humas dengan wartawan bagaikan hubungan dua orang teman atau mitra yang saling memerlukan.Hubungan kedua orang yang bermitra tersebut bersifat simbiosis mutualisme (saling membutuhkan). Hubungan mereka saling bergantung, mereka benar-benar saling membutuhkan.Dengan demikian, tak satu pihakpun yang boleh menganggap dirinya lebih tinggi dan penting dari pada mitranya.Posisi kedua mitra tersebut setara namun peran atau fungsi, motif dan tujuan kegiatan masing-masing saling berbeda.
Secara etimologis, retorika berasal dari bahasa Yunani, “rhetrike” yang berarti seni kemampuan berbicara yang dimiliki seseorang. Aristoteles dalam bukunya “Rhetoric” mengemukakan pengertian retorika, yaitu kemampuan untuk memilih dan menggunakan bahasa dalam situasi tertentu secara efektif untuk mempersuasi orang lain. Sedangkan menurut Gorys Keraf, retorika adalah suatu istilah secara tradisional yang diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. Menurut P. Dori Wuwur Hendrikus, retorika adalah kesenian untuk berbicara baik yang digunakan dalam proses komunikasi antarmanusia.
Retorika berarti kesenian untuk berbicara dengan baik (kunst, gut zu reden atau ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (ars, techne).Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat, dan mengesankan.Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat.Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara. Dalam bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang tepat, benar dan mengesankan.
Keterampilan dan kesanggupan untuk menguasai seni berbicara dapat dengan mencontoh para rektor yang terkenal (imitatio), dengan mempelajari dan mempergunakan hukum-hukum retorika (doctrina), dan dengan melakukan latihan yang teratur (exercitium).Dalam seni berbicara juga dituntut penguasaan bahan (res) dan pengungkapan yang tepat melalui bahasa (verba).
Menurut aristoteles perbedaan cara berpikir dan bertindak itu dapat dipersatukan melalui retorika yg dalam prakteknya tergantung dari bagaimana menerapkan jenis kemampuan utk mengungkapkan pendapat, yaitu :ethos, pathos dan logos.

1.    Ethos.
Kata aristoteles jika anda adalah komunikan maka anda akan dipengaruhi oleh seorang pembicara hanya karena dia menampilkan diri sebagai seorang yang dilihat dan dirasakan audiens sebagai orang ( sumber, pengirim, komunikator) yang :
a.    inteligence – komunikator yang tampil sebagai seorang yang pandai, atau cakap, percaya diri, mengetahui fakta, berbicara yang jelas, berdiri atau duduk dengan postur tubuh yang menunjukan orang cakap.
b.    character – komunikator yang tampil dengan karakter yang jujur, adil, memiliki reputasi sehingga kita merasa orang itu berkata benar dan jujur.
c.    goodwill – audiens juga lebih percaya kepada komunikator yang menunjukan kemauan baik, pernyataan yang pasti, kontak mata, gerakan yang meyakinkan, ada kesan melindungi kita.
Dengan demikian aristoteles itu menekankan aspek reputasi yang tergambar dari komunikasi sebagai berikut :
a)    seorang pribadi yang mengesankanpribadi yang jujur, mampu mengantar dan mengatur pembicaraan, terlatih, mempunyai keahlian dan berpengalaman.
b)   seorang pribadi yang ketika sedang berbicara mampu menggunakan bahasa isyarat, memainkan kontak mata dan mel;antunkan suara secara bervariasi.
2.    Pathos.
Pathos berkaitan dengan emosi, artinya bagaimana seorang komunikator mampu menampilkan daya tarik emosional sehingga mampu membangkitkan perasaan komunikan.kemampuan itu ditunjukan oleh manipulasi :
a.       making and calming – anger > mampu membuat komunikan merasa sejuk dan marah.
b.      love – hate  > mampu membuat komunikan mencintai dan membenci.
c.       fear – confidence > mampu membuat komunikan merasa takut atau membangkitkan kepercayaan diri.
d.      shame – shamelessness > mampu membuat komunikan merasa malu atau membangkitkan keberanian.
e.       indignation- envy > mampu membangkitkan rasa berkuasa atau kehilangan kekuasaan/pengruh.
f.       admiration – envy  : mampu membangkitkan semangat kerja atau mendorong orang lain bekerja keras atau tidak bekerja keras.
3.    logos.
Berkaitan dengan kemampuan komunikator yang secara intelek (cerdik atau pandai) mengatakan sesuatu secara rasional dan argumentatif, misalnya menyampaikan informasi dengan data statistik memberikan contoh-contoh dengan kesaksian.logos meliputi :
a.       Invention –kemampuan menyampaikan sebuah informasi yg menampilkan hokum 2 logika (masuk akal).
b.      Arrangement – kemampuan menyampaikan sebuah topik informasi secara sederhana sesuai posisi komunikator.
c.       Style – kemampuan menampilkan gaya berbicara yang menyenangkan komunikan.
d.      Memory – kemampuan menampilkan informasi dengan gambaran sesuatu informasi yang diingat dan informasi itu berkaitan dengan apa yang anda ucapkan.
e.       Delivery – kemampuan berbicara efektif.

Kreadibilitas merupakan suatu image atau gambaran kita mengenai sumber atau komunikator.Studi mengenai kreadibilitas sumber selalu memperhatikan beragam variable tersebut karena peranan retorika komunikator sangat menentukan jenis perubahan komunikan apakah tujuan komunikasi hanya sekedar mengubah kognitif, efektif, atau psikomorik. Beberapa prinsip yakni: daya tarik, motif, kesamaan, dapat dipercayai, kepakaran, dan keaslian pesan.
1.        Daya Tarik
Daya tarik komunikan merupakan sesuatu yang sangat manusiawi.  Kerapkali audiens lebih tertarik pada komunikator yang sama suku atau agamanya dengan audiens, atau tertarik pada komunikator yang mempunyai hobi yang sama, atau juga karena komunikator tampil dengan pakaian dan aksesoris yang menawan.
·      Daya tarik sosiologis-antropologis
Kerapkali sulit dimengerti bahwa ada segmen audien yang tertarik pada komunikator hanya karena mereka mempunyai status social yang sama dengan komunikator. Para ibu hamil yang istri prajurit akan lebih suka jika istri komandan menjadi komunikator ketika menerangkan dalam “empat sehat lime sempurna” disbanding komunikator lainnya. Para penyuluh kesehatan lebih suka memanfaatkan para pastur atau pendeta ketika ingin menyebarluaskan informasi tentang program jumat bersih. Jadi hubungan sosiologis dalam suatu social akan menjadi daya tarik audiens untuk lebih mudah menerima informasi yang dialihkan dari komunikator.
·      Daya tarik psikologis
Kebanyakan audiens lebih mudah tertarik pada komunikator yang mempunyai kesamaan motif psikologis dengan mereka. Dalam psikologis social, diasumsikan bahwa orang-orang yang mempunyai kebutuhan psikologis yang sama lebih suka membagi pikiran dan perasaan diantara mereka. Dalam kasus ini maka orang-orang yang mempunyai hobi yang sama lebih cenderung menerima satu sama lain. Komunikasi kesehatan dapat menjadikan daya tarik psikologis ini untuk mendukung program pertukaran informasi kesehatan.
Dibawah ini ada beberapa kategori bentuk motif psikologis yang memperkuat daya tarik komunikator yaitu:
ü  Daya tarik fisik
ü  Kesamaan
ü  Keyakinan dan kepercayaan
ü  Sikap
ü  Kemampuan untuk dibandingkan misalnya dalam sikap, kepribadian, dll
ü  Derajat perbedaan
ü  Kedekatan lokasi geografis
ü  Kedekatan personal
·         Daya tarik fisik
Boleh berbeda pendapat baik secara teoretis maupun praktis, namun berbagai penelitian komunkasi antarpersonal menunjukkan bahwa kebanyakan audiens lebih suka menerima suatu pesan yang dialihkan oleh seorang dengan karakteristik fisik tertentu yang diidolakan oleh audiens.Berbagai penelitian menunjukkan bahwa komunikator yang bertubuh tinggi, tegap dan besar lebih disukai (oleh karena itu lebih mudah diterima dan “aneh”nya lebih dipercayai). Dari pda orang bertubuh pendek, apa lagi kurus.
Hasil riset komunikasi antarpersonal juga menggambarkan, ternyata audiens lebih suka pada seorang presenter (komunikator) yang berbicara secara langsung, tatap muka, menampilkan raut muka yang riang, diiringi senyum dan tawa, dapat berdialog langsung tanpa media, bersuara lembut dari pada komunikator yang memelihara “jarak fisik” dengan audiens. Hingga factor gendre, juga temukan bahwa audiens lebih mudah (suka) berkomunikasi dengan komunikator yang jenis kelaminnya berbeda dengan audiens, misalnya komunitas perempuan lebih tertarik pada komunikator laki-laki, sebaliknya komunitas laki-laki lebih suka jika berkomunikasi dengan komunikator perempuan.
2.        Kesamaan
Kesamaan atausimilarity merupakan salah satu faktor yang memudahkan penerimaan pesan oleh audiens.Orang lebih tertarik pada komunikator yang mempunyai banyak kesamaan dengan dia, misalnya minat, hobi, pilihan politik, asal sekolah, asal suku bangsa, dan lain-lain (jadi bisa kesamaan sosiologis, antropologis, atau psikologis).
Tidaklah mengherankan apabila dalam komunikasi dikenal istilah homofili, artinya kesamaan antara audiens dengan komunikator.Hipotesis yang dapat diajukan adalah, jika makin banyak faktor kesamaan antara komunikator dengan audiens, maka makin besar peluang audiens menerima pesan dari komunikator.Lawan dari homofili adalah heterofili atau perbedaan.Artinya, jika makin banyak faktor pembeda antara komunikator dengan audiens, maka makin kecil peluang audiens menerima pesan dari komunikator.
3.        Dapat Dipercayai
Carl Hovland mengemukakan bahwa penerimaan audiens  atas informasi tergantung dari trustworthiness komunikator. Komunitas dari audiens rupanya lebih muda menerima informasi dari orang yang dapat dipercayai. Memang kita tidak mempunyai indikator yang relatif konsisten tentang “dapat dipercayai” ini, namun dalam praktik komunikasi hal “dapat dipercayai” rupanya terlihat atau terasa dari ungkapan kata-kata verbal (tidak ambigu) atau ungkapan non-verbal (wajah,muka,suara) dari komunikator. Audiens sering menilai “kepercayaan” itu dari mata komunikator yang “kurang bersih” atau wajah yang tidak ramah, atau kata-kata yang tidak bersahabat.Satu hal yang tak bisa disepelekan juga bahwa tema “kepercayaan” ini berkaitan dengan reputasi seorang komunikator yang dihubungkan dengan jabatan, pangkat, pendidikan, pengalaman dari seorang komunikator.

4.        Kepakaran
Masih berkaitan dengan kepercayaan adalah masalah kepakaran.Inilah kunci penerimaan audiens terhadap seorang komunikator.Pelbagai penelitian komunikasi antar personal menunjukan bahwa seorang komunikator yang pakar dalam bidangnya lebih muda dipercayai daripada yang tidak pakar. Orang lebih percaya informasi tentang hukum jika informasi itu berasal dari seorang sarjana hukum, orang lebih percaya pada informasi tentang kejahatan yang dia peroleh dari polisi daripada dari seorang yang bukan polisi, demikian pula orang lebih percaya pada penyuluh kesehatan yang berlatar belakang pendidikan FKM daripada dari FISIP, dan lain-lain.
5.        Keaslian Sumber Pesan
Masalah keaslian sumber pesan sangat menentukan tingkat penerimaan audiens.Keaslian pesan ini bersumber dari sumber informasi. Artinnya, orang lebih percaya informasi ilmiah kesehatan yang bersumber dari jurnal kesehatan daripada dari surat kabar umum, orang lebih mudah percaya informasi tentang bahaya Narkoba yang bersumber dari kesaksian seorang bekas pencandu Narkoba daripada seorang dokter sekalipun, dan lain-lain.
6.        Faktor dinamis
Berbagai penelitian komunikasi antarpersonal menunjukkan bahwa factor dinamika komunikator sangat memengaruhi penerimaan pesan oleh audiens.Audiens lebih mudah menerima pesan dari komunikator yang tampil dengan dinamika tinggi (dalam komunikasi disebut factor “movement”).Artinya, audiens lebih mudah menerima informasi dari komunikator yang tampil enjerik, gertak-gemertak, aktif dan hidup, menapilkan fisik yang berdaya tahan tinggi.
7.        Motif
Faktor motif atau alasan pendorong komunikasi turut menentukan persuasi atau berpengaruh terhadap penerimaan pesan oleh audiens.Audiens lebih suka menerima informasi dari komunikator yang secara terus terang, terbuka, jujur manyatakan maksud berkomunikasi.
Berikut ini ditampilkan beberapa kategori motif komunikasi antarpersonal, yaitu:
1)        Untuk senang-senang
2)        Memenuhi afeksi
3)        Keterlibatan atau inklusi
4)        Menghindari sesuatu
5)        Santai
6)        Kontrol
7)        Dan lain-lain

D.      Dimensi dan tipe kreadibilitas komunikator
Kredibilitas secara sederhana dipahami sebagai sebuah rasa percaya, mengutip wikipedia kredibilitas adalah kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan.Aplikasi umum yang sah dari istilah kredibilitas berkaitan dengan kesaksian dari seseorang atau suatu lembaga selama persidangan.Kesaksian haruslah kompeten dan kredibel apabila ingin diterima sebagai bukti dari sebuah isu yang diperdebatkan.
Secara umum kredibel atau kredibilitas adalah berbicara tentang kepercayaaan, dibenarkan dan dianggap dapat diterima.Seseorang yang dipercaya, diterima dan dianggap benar atau mampu terhadap suatu hal dapat disebut kredibel.
Jalaluddin Rahmat (2005;257) dalam bukunya Psikologi Komunikasi mengutarakan pendapatnya tentang kredibilitas komunikator, beliau menyatakan:“Kredibiltas (komunikator) adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal :
(1) kredibilitas adalah persepsi komunikate; jadi inheren dalam diri komunikator;
(2) Kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator, yang selanjutnya akan kita sebut sebagai komponen-komponen kredibilitas.”
 Selanjutnya menurut Jalaludin Rakhmat (2005;260)  komponen-komponen kredibilitas adalah (1) Keahlian, adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dengan hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang tinggi pada keahliannya dianggap cerdas, mampu, ahli, berpengalaman, dan terlatih. (2) Kepercayaan, adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya (Jujur atau tidak jujur, tulus atau lancung, dan sebagainya). Aristoteles menyebutnya “good moral character”, sedang Quintillianus menyebutnya “a good man speaks well”.
Sedangkan menurut Koehler, Annatol, dan Applbaum (Rakhmat 2005;260)     komponen kredibilitas itu ditambah lagi dengan (1) Dinamisme, berkenaan dengan cara berkomunikasi, bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan berani. Dinamisme memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan; (2) Sosiabilitas, adalah kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang periang dan suka bergaul; (3) Koorientasi, adalah kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang mewakili kelompok dan nilai-nilai dari komunikan; (4) Karisma, menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator.
Dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi, Prof. Dr. H. Hafied Canggara, M.Sc. (2008;91) berpendapat bahwa :
“Kredibilitas ialah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak (penerima).Gobbel, menteri propaganda Jerman dalam perang dunia II menyatakan bahwa, untuk menjadi seorang komunikator yang efektif harus memiliki kredibilitas yang tinggi.”
“Kredibilitas menurut aristoteles, bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos, pathos, dan logos.Ethos ialah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapanya dapat dipercaya.Pathos ialah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos ialah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya.”

1.      Dimensi Kreadibilitas
·         Competence: kemampuan komunikator yang diperlihatkan melalui kewenangan (pangkat, jabatan, kepakaran) dia atas suatu subjek yang sedang dipercakapan.
·         Character: yang diperlihatkan oleh moral komunikator.
·         Intention: motif atau maksud yang mendorong komunikator mengatakan sesuatu.
·         Personality: yakni perasaan kedekatan antara komunikan dengan komunikator (kesamaan psikologi, sosiologis, antropologis sering mempengaruhi “rasa kedekatan” antara komunikan dengan komunikator)
·         Dynamics: yakni dinamika yang diperlihatkan oleh seorang komunikator.
·         Charisma: kualitas individu yang ditunjukan oleh powerfull language, social sensitivity, dan attractiveness.
·         Authority: komunikator yang memegang kekuasaan atau wewenang tertentu lebih dipercayai komunikan daripada yang tidak mempunyai kekuasaan atau wewenang
·         Compliance: komunikan lebih mudah mengadopsi perilaku komunikator karena hubungan diantara dua pihak diiming-imingi oleh hukuman atau ganjaran.
·         Internalisation: komunikan lebih mudah menerima suatu pesan yang direkomendasikan komunikator karena informasi itu searah dengan nilai atau sikap komunikan.
·         Identification: komunikan juga lebih mudah menerima suatu pesan yang direkomendasikan komunikator karena informasi itu merupakan identifikasi diri atau pribadi komunikator
·         Expertise: kepakaran yang melekat pada seseorang komunikator, karena kepakaran dalam subjek yang dipercakapan atau yang diinformasikan akan memudahkan komunikan percaya kepada komunikator
·         Trustworthiness: hal dapat dipercayai merupakan penilaian komunikator. Artinya, audiens lebih mudah menerima pesan dari komunikator yang dipercayai.
·         Good will: audiens lebih mudah menerima pesan dari komunikan yang menurut dia mempunyai kebaikan tertentu.
·         Emotional intelligence: kecerdasan emosional, ternyata factor kecerdasan emosional(yakni tampilan emosi sesuai dengan konteks tertentu) komunikator sangat mempengaruhi penerimaan pesan oleh audiens. Daniel goleman (pakar kecerdasan emosional) mengemukakan 5 karakteristik kecerdasan emosional sebagai berikut:
-          Self-awareness : suatu kesadaran seseorang atas emosi yang dia miliki, dan kesadaran itu dapat membuat seseorang bias mengartikulasi emosinya setepat tindakannya.
-          Managing emotions: bagaimana menggambarkan emosi secara tepat sesuai dengan lingkungan (level) komunikasi atau konteks komunikasi.
-          Motivating yourself: bagaimana mengelola emosi dan menjadikan emosi sebagai factor pendorong untuk mencapai sesuatu yang di cita-citakan.
-          Recognizing emotion in others: bagaimana seseorang mengakui emosi orang lain, ini merupakan sikap empati atau memasuk perasaan orang lain.
-          Handling relationships: bagaiman seseorang menangani emosinya dalam relasi dengan orang lain.

2.      Tipe Kreadibilitas
De Vito mengemukakan bahwa ada tiga tipe kreadibilitas komunikator, yaitu:
o  Initial creadibility: yakni kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses komunikasi berlangsung. Misalnya seorang pembicara sudah punya nama besar, sehingga bisa mendatangkan banyak orang. Selain itu Initial creadibility juga diartikan sebagai inisial yang menunjukkan status atau posisi seseorang, misalnya jabatan, pangkat, gelar-gelar akademik atau kebangsawanan dll.
o   Derived creadibility: yakni sesuatu yang mengesankan bagi komunikan tatkala komunikasi sedang berlangsung, misalnya tentang kemampuan intelektual, moral, komunikator, tentang kompetensi hingga kemampuan untuk mengekspresikan kata-kata melalui bahasa isyarat (nonverbal). Derived creadibility juga diartikan sebagai kredibilitas yang diperoleh saat komunikasi berlangsung, misalnya memperoleh tepuk tangan dari pendengar karena pidatonya masuk diakalnya atau membakar semangatnya.
o   Terminal creadibility: yakni kredibilitas yang diperoleh seorang komunikator setelah pendengar atau pembaca mengikuti ulasannya. Berlo, seorang pakar komunikasi dari Michigan University menambahkan bahwa kredibilitas seorang pembaca atau penulis bisa diperoleh, bila ia memiliki kemampuan berkomunikasi secara lisan atau tertulis, pengetahuan yang luas tentang apa yang dibahasnya, sikap jujur dan bersahabat, serta mampu beradaptasi dengan system social budaya dimana khalayak berada. Terminal creadibility juga diartikan sebagai hasil yang diperoleh akibat dua tipe kreadibilitas terdahulu (initial dan derived), tingkat keterpengaruhan.

BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
1.      Persuasi adalah suatu kemauan yang disadari dari seorang komunikator untuk memodifikasi pikiran dan tindakan komunikan melalui manipulasi motif dari komunikan agar komunikan dapat berubah pikiran dan tindakan sebagaimana yang dikehendaki oleh sumber. Selain itu persuasi dapat didefinisikan sebagai seni yang digunakan oleh komunikator untuk mempengaruhi komunikan. Atau proses untuk mengubah sikap, kepercayaan, pendapat atau perilaku komunikan.
2.      Jenis-jenis persuasi yaitu taktik intensify dan taktik downplay. Taktik intensify  dimana komunikator melakukan intensify atau meningkatkan kualitas dan kuantitas pesan yang ingin menghasilkan pengaruh tertentu. Sedangkan taktik downplay yakni teknik untuk menurunkan kualitas atau kuantitas pesan yang ingin menghasilkan pengaruh tertentu.
3.      Perbedaan cara berfikir dan bertindak dapat dipersatukan melalui retorika yang dalam praktiknya tergantung dari bagaimana menerapkan jenis kemampuan untuk mengungkapkan pendapat, yaitu: ethos, pathos, dan logos.
4.      Kreadibilitas merupakan suatu image atau gambaran kita mengenai sumber atau komunikator. Studi mengenai kreadibilitas sumber selalu memperhatikan beragam variable tersebut karena peranan retorika komunikator sangat menentukan jenis perubahan komunikan apakah tujuan komunikasi hanya sekedar mengubah kognitif, efektif, atau psikomorik. Beberapa prinsip yakni: daya tarik, motif, kesamaan, dapat dipercayai, kepakaran, dan keaslian pesan.
B.       Saran
Seorang komunikator kesehatan harus mampu mengembangkan diri sabagai penyebar pesan, memanipulasi pesan, memilih media, menganilisis audiens agar pesan-pesan tersebut dapat mempengaruhi warga masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, 2015 Peranan Dongeng Sebagai Media Persuasif Dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Di Paud Alfikir Surakarta, Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta, ISSN : 2355-5009 Vol. 2 No. 4, PP 26-36.
Anonim, 2016 Kreadibilitas Komunikator, Diakses pada tanggal 30 September 2016, http://kompol8.blogspot.co.id/2015/10/kredibilitas-komunikator.html
Anonim, 2014 Peranan Komunikator, diakses pada 30 september 2016 pukul 20.30 WITA, http://septianludy.blogspot.co.id/2014/09/peranan-komunikator-reportase-dan.html

Anonim, 2015 Mempelajari Retorika, diakses pada 30 september 2016 pukul 20.41 WITAhttp://mempelajariretorika.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-retorika-apakah-retorika.html

Anonim, 2016 Pengertian Komunikasi persuasi, diakses pada 30 september pukul 21.03 WITA,http://jurnalapapun.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-komunikasi-persuasi-dan.html

Khasanah, 2011 Perencanaan Sistem Rekam Medis Berdasarkan Input Dan Proses Di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Puskesmas Banguntapan Ii Kabupaten Bantul Tahun 2011, Jurnal KESMAS UAD, ISSN : 1978-0575, Vol. 5, No. 1 PP 51-67.

Posting Komentar

0 Komentar