Iklan atas - New

Pencegahan dan penanggulangan KVA di Indonesia

1.        Pencegahan dan penanggulangan KVA di Indonesia
a.     Pencegahan
Menurut (Depkes, 2003). Untuk mencegah xeroftalmia dapat dilakukan, sebagai berikut:
a.       Mengenal wilayah yang berisiko mengalami xeroftalmia (faktor social budaya dan lingkungan dan pelayanan kesehatan, faktor keluarga dan faktor individu)
b.      Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini
c.       Memberikan vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak secara periodik, yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus (100.000 SI), untuk anak balita diberikan enam bulan sekali secara serentak pada bulan Februari dan Agustus dengan dosis 200.000 SI.
d.      Mengobati penyakit penyebab atau penyerta
e.       Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk
f.       Penyuluhan keluarga untuk meningkatkan konsumsi vitamin A / provitamin A secara terus menerus.
g.      Memberikan ASI Eksklusif
h.      Pemberian vitamin A pada ibu nifas (< 30 hari) 200.000 SI
i.        Melakukan imunisasi dasar pada setiap bayi.
Agar xeroftalmia tidak terjadi ulang diperlukan penyuluhan untuk masyarakat dan keluarga, karena kejadian xeroftalmia tidak lepas dari lingkungan, keadaan sosial ekonomi, pendidikan dan pengetahuan orang tua (terutama ibu).
Menurut (Depkes, 2003). Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan sehubungan dengan hal tersebut diatas adalah :
a.         Komunikasi Informasi dan Edukasi (Kie) atau Promosi
a)        Tujuan Umum :
-       KIE atau promosi bertujuan agar program penanggulangan masalah KVA untuk mencegah Xeroftalmia mendapat perhatian masyarakat.
b)        Tujuan Khusus :
-       Agar pemerintah daerah dan sektor lain mendukung pelaksanaan deteksi dan talalaksana kasus Xeroftalmia.
-       Agar tenaga kesehatan melaksanakan deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia di institusi masing-masing (Puskesmas, Rumah Sakit, BKMM, Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten).
-       Agar masyarakat berpartisipasi dalam upaya pencegahan kasus Xeroftalmia.
c)        Sasaran
Dalam melaksanakan kegiatan KIE atau promosi sasaran dibedakan menjadi:
-           Sasaran primer (Ibu balita, keluarga dan masyarakat umum)
-           Sasaran sekunder (pengelola program)
-           Sasaran tertier ( penentu kebijakan, pengambil keputusan dan pemerintah daerah)
d)       Strategi
Strategi KIE pencegahan Xeroftalmia dapat dilakukan melalui pendekatan sebagai berikut :
1)        Advokasi : Berupa lobi, pendekatan dan lain-lain bentuk yang disertai dengan penyebarluasan informasi. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab para pengambil keputusan dan penentu kebijakan dan pemerintah daerah mengenai masalah KVA dan dampaknya.
2)        Sosialisasi : Sosialisasi program penanggulangan xeroftalmia perlu dilakukan terhadap petugas kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya agar terjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektoral dalam pelaksanaan deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia.
3)        Bina Suasana : Dilakukan melalui forum komunikasi. Forum komunikasi ini bermanfaat sebagai wahana yang mendukung terlaksananya kegiatan KIE di berbagai sector yang terkait dalam kegiatan deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia.
4)        Gerakan Masyarakat : Dilakukan melalui kampanye. Kegiatan ini dilakukan guna memberdayakan keluarga dan masyarakat dalam program penanggulangan KVA/deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia.
5)        Konseling/konsultasi gizi : Kegiatan konseling/konsultasi gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit pada sasaran ibu anak. Kegiatan ini dilakukan agar ibu balita dapat memahami masalah xeroftalmia pada anaknya, cara pencegahan dan penanggulangannya.
b.         Suplementasi
Dalam upaya pencegahan kasus xeroftalmia melalui suplementasi vitamin A diperlukan perbaikan manajemen distribusi melalui program dan pengembangan swadaya masyarakat dalam wujud kemandirian penyediaan kapsul vitamin A yang dibutuhkan. Melalui penyediaan vitamin A mandiri nantinya diharapkan akan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap masalah KVA khususnya xeroftalmia yang ada di masyarakat. Disamping itu hal tersebut akan dapat mengurangi beban keuangan pemerintah untuk penyediaan kapsul vitamin A.
c.         Fortifikasi
Kegiatan fortifikasi dapat dilakukan oleh pemerintah maupun swasta melalui upaya memproduksi bahan makanan kaya vitamin A yang dikonsumsi masyarakat luas. Pemerintah dalam hal ini perlu menyediakan sarana yang memadai dan perangkat peraturan perundangan yang dapat mendorong produsen bahan makanan berperan aktif dalam kegiatan fotifikasi vitamin A. Disamping itu adanya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi bahan makanan alami dan produk bahan makanan sumber vitamin A akan sangat membantu kegiatan fortifikasi vitamin A dan secara tidak langsung berpartisipasi dalam pencegahan xeroftalmia di masyarakat.
d.      Penanggulangan KVA di Indonesia
Menurut (Depkes, 2003), penanggulangan Kekurangan vitamin A, yaitu antara lain:
1.         Jadwal dan Dosis Pemberian Kapsul Vitamin A pada anak penderita Xeroftalmia, yaitu:
Gejala
Hari 1
Hari 2
Hari ke 15 (minggu ke II)
XN (buta senja), atau XIA (Xerosis konjungtiva) tanpa pernah sakit
campak 3 bulan terakhir
Beri kapsul vitamin
A dengan dosis
sesuai umur
-
-
Ada salah satu gejala - XIB (bercak Bitotnanah/radang- kornea keruh- ulkus kornea pernah sakit campak
dalam 3 bulan terakhir
Beri kapsul vitamin
A dengan dosis
sesuai umur
Beri kapsul vitamin
A dengan dosis
sesuai umur
Beri kapsul vitamin
A dengan dosis
sesuai umur
Umur
Dosis
< 6 Bulan
3 x 50.000 SI (1/2 kapsul biru)
6-11 Bulan
100.000 SI (1kapsul biru)
1-5
200.000 SI (1 kapsul merah)
2.         Pemberian Obat Mata
Pada bercak Bitot tidak memerlukan obat tetes mata, kecuali ada infeksi yang menyertainya. Obat tetes/salep mata antibiotik tanpa kortikosteroid (Tetrasiklin 1%, Khloramfenikol 0.25-1% dan Gentamisin 0.3%)diberikan pada penderita X2, X3A, X3B dengan dosis 4 x 1 tetes/hari dan berikan juga tetes mata atropin 1 % 3 x 1 tetes/hari. Pengobatan dilakukan sekurang-kurangnya 7 hari sampai semua gejala pada mata menghilang. Mata yang terganggu harus ditutup dengan kasa selama 3-5 hari hingga peradangan dan iritasi mereda. Gunakan kasa yang telah dicelupkan kedalam larutan Nacl 0,26 dan gantilah kasa setiap kali dilakukan pengobatan. Lakukan tindakan pemeriksaan dan pengobatan dengan sangat berhati-hati. Selalu mencuci tangan pada saat mengobati mata untuk menghindari infeksi sekunder, Segera rujuk ke dokter spesialis mata untuk mendapat pengobatan lebih lanjut
3.         Terapi Gizi Medis
A.    Pengertian Terapi Gizi Medis
Terapi Gizi Medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan kondisi atau penyakit kronis dan luka-luka serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi pasien sesuai intervensi yang diberikan agar klien serta keluarganya dapat meneruskan penanganan diet yang telah disusun.
B.     Tujuan :
-       Memberikan makanan yang adekuat sesuai kebutuhan untuk mencapai status gizi normal.
-       Memberikan makanan tinggi sumber vit. A. untuk mengoreksi kurang vitamin A
C.     Syarat :
a.       Energi
Energi diberikan cukup untuk mencegah pemecahan protein menjadi sumber energi dan untuk penyembuhan. Pada kasus gizi buruk, diberikan bertahap mengikuti fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi, yaitu 80-100 kalori/kg BB, 150 kalori/ kg BB dan 200 kalori/ kg BB.
b.      Protein
Protein diberikan tinggi, mengingat peranannya dalam pembentukan Retinol Binding Protein dan Rodopsin. Pada gizi buruk diberikan bertahap yaitu : 1-1,5 gram/kg BB/hari ; 2-3 gram/kg BB/hari dan 3-4 gram/kg BB/hari.
c.       Lemak
Lemak diberikan cukup agar penyerapan vitamin A optimal. Pemberian minyak kelapa yang kaya akan asam lemak rantai sedang (MCT=Medium Chain Tryglycerides). Penggunaan minyak kelapa sawit yang berwarna merah dianjurkan, tetapi rasanya kurang enak.
d.      Vitamin A
Diberikan tinggi untuk mengoreksi defisiensi. Sumber vitamin A yaitu ikan, hati, susu, telur terutama kuning telur, sayuran hijau (bayam, daun singkong, daun katuk, kangkung), buah berwarna merah, kuning, jingga (pepaya, mangga dan pisang raja ), waluh kuning, ubi jalar kuning, Jagung kuning.
e.       Bentuk makanan
Mengingat kemungkinan kondisi sel epitel saluran cerna juga telah mengalami gangguan, maka bentuk makanan diupayakan mudah cerna.
f.       Besar porsi dan jadwal makan
D.    Pengobatan penyakit infeksi atau sistemik yang menyertai
Anak-anak yang menderita xeroftalmia biasanya disertai penyakit berat antara lain: infeksi saluran nafas, pnemonia, campak, cacingan, tuberkulosis (TBC), diare dan mungkin dehidrasi.
E.     Pemantauan dan Respon Pengobatan dengan kapsul vitamin A
XN
Reaksi pengobatan terlihat dalam 1-2 hari setelah diberikan kapsul vitamin A.
X1A & X1B
Tampak perbaikan dalam 2-3 hari, dan gejala-gejala menghilang dalam waktu 2 minggu.
X2
Tampak perbaikan dalam 2-5 hari, dan gejala gejala menghilang dalam waktu 2-3 minggu.
X3A & X3B
Penyembuhan lama dan meninggalkan cacat mata. Pada tahap ini penderita harus berkonsultasi ke dokter spesialis mata Rumah Sakit/BKMM agar tidak terjadi kebutaan.
F.        Rujukan
-         Anak segera dirujuk ke puskesmas bila ditemukan tanda-tanda kelainan XN, X1A, X1B, X2.
Anak segera dirujuk ke dokter Rumah Sakit/ Spesialis Mata/BKMM bila ditemukan tanda-tanda kelainan mata X3A, X3B,

Posting Komentar

0 Komentar