Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air limbah,
diharapkan agar bahan-bahan tersuspensi dalam air limbah yang berukuran besar
dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih
dahulu. Tahap penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan
murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar biasanya dengan
menggunakan sand filter dengan ukuran silica yang disesuaikan dengan
bahan-bahan tersuspensi yang akan disaring. Bahan tersuspensi
yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudahdengan proses pengendapan,
pada proses ini bisa dilakukan tanpa tambahan bahan kimia bila ukurannya sudah
besar dan mudah mengendap tapi dalam kondisi tertentu dimana bahan-bahan
terususpensi sulit diendapkan maka akan digunakan bahan kimia sebagai bahan
pembantu dalam proses sedimentasi, pada proses ini akan terjadi pembentukan
flok-flok dalam ukuran tertentu yang lebih besar sehingga mudah diendapkan pada
proses yang menggunakan bahan kimia ini masih diperlukan pengkondisian pH untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Parameter desain yang utama untuk proses
pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di
dalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan
bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu
proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara
penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur
endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air
flotation). Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya
dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan
dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam
air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang
dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon
aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan
senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan
kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis)
biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika
pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi
dan operasinya sangat mahal.
1.2 Pengolahan Secara Kimia
1.2 Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam
berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia
tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya
berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat
diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau
tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi
oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
1.3 Pengolahan Secara Biologi
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
1.3 Pengolahan Secara Biologi
Pengolahan air buangan secara biologis adalah salah satu cara pengolahan
yang diarahkan untuk menurunkan atau menyisihkan substrat tertentu yang
terkandung dalam air buangan dengan memafaatkan aktivitas mikroorganisme untuk
melakukan perombakan substrat tersebut. Proses pengolahan air buangan secara
biologis dapat berlangsung dalam tiga lingkungan utama, yaitu :
- Lingkungan
aerob, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) didalam air cukup
banyak, sehingga oksigen bukan merupakan faktor pembatas;
- Lingkungan
anoksik, yaotu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) didalam air ada
dalam konsentrasi yang rendah.
- Lingkungan
anaerob, merupakan kebalikan dari lingkungan aerob, yaitu tidak terdapat
oksigen terlarut, sehingga oksigen menjadi faktor pembatas berlangsungnya
proses metabolisme aerob.
Berdasarkan pada kondisi pertumbuhan mikroorganisme yang bertanggung jawab
pada proses penguraian yang terjadi, reaktor dapat dibedakanmenjadi 2 bagian,
yaitu :
- Reaktor
pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor), yaitu reaktor
dimana mikroorganisme yang berperan pada prosses biologis tumbuh dan
berkembang biak dalam keadaan tersuspensi.
- Reaktor
pertumbuhan lekat (attached growth reactor), yaitu reaktor dimana
mikroorganisme yang berperan pada proses penguraian substrat tumbuh dan
berkembang biak dalam keadaan yang tersuspensi.
Faktor faktor yang mempengaruhi mekanisme proses biologi secara anaerob
diantaranya ialah, Temperatur, pH (Keasaman), Waktu Tinggal, Komposisi Kimia
Air Limbah, Kompetisi Metanogen dan Bakteri Pemakan Sulfat, Serta Zat Toksik,
namun yang akan dijelaskan disini hanya faktor faktor yang berhubungan dengan
materi yang akan kita bahas yaitu mengenai proses penyesuaian pH, Pelepasan
senyawa penghambat dan suplmentasi nutrien ialah sebagai berikut :
a. Keasaman (pH)
a. Keasaman (pH)
Kebanyakan pertumbuhan bakteri metanogenik berada pada kisaran pH antara
6,7 – 7,4, tetapi optimalnya pada kisaran pH antara7,0 -7,2 dan proses dapat
gagal jika pH mendekati 6,0. Bakteri acidogenik mengahasilkan asam organik,
yang cenderung menurunkan pH bioreaktor. Pada kondisi normal, penurunan pH
ditahan oleh bikarbonat yang dihasilkan oleh bakteri metanogen. Dibawah kondisi
lingkungan yang berlawanan kapasitas buffering dari sistem dapat terganggu, dan
bahkan produksi metan dapat terhenti. Salah satu metode untuk
memperbaikikeseimbangan pH adalah dengan meningkatkan alkaliniti dengan
menambah bahan kimia seperti lime (kapur), anhydrous ammonia, sodium hidroksida
, atau sodium bikarbonat.
b. Zat Toksik
b. Zat Toksik
Zat toksik kadang kadang dapat menyebabkan kegagalan pada proses penguraian
limbah dalam proses anaerobik. Terhambatnya pertumbuhan bakteri metanogen pada
umumnya ditandaidengan penurunan produksi metan dan meningkatnya konsentrasi
asam asam volatil. Berikut ini adalah beberapa zat toksik yang dapat
menvghambat pembentukan metan, yaitu :
- Oksigen
- Amonia
- Hidrokarbon
terklorinasi
- Senyawa
Benzen
- Formaldehid
- Asam
volatil
- Asam
lemak rantai panjang
- Logam
Berat
- Sianida
- Sulfida
- Tanin
- Salinitas
- Dan
Efek Balik( Feedback Inhibition )
0 Komentar