A. Peran komunikator dalam retorika
Peran seorang Public Relations sangat
dibutuhkan dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Public Relationsadalah
sebagai Jembatan antara perusahaan dengan publik atau antara manajemen dengan
karyawannya agar tercapaiMutual Understanding (saling pengertian)
antara kedua belah pihak. Public Relations bertindak sebagai
komunikator ketika manajemen berhubungan dengan para karyawan. Adapun
peran Public Relations menurut Dozier & Broom (20 : 2000)
antara lain :
a. Penasehat
Ahli ( Expert Prescriber )
Seorang
praktisi Public Relations yang berpengalaman dan memiliki
kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah
hubungan dengan publiknya (Communicator Fasilitator ).
b. Fasilitator
Komunikasi ( Communication Fasilitator )
Dalam hal ini,
praktisi Public Relations bertindak sebagai komunikator atau
mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang
diinginnkan dan diharapkan oleh publiknya
c. Fasilitator
Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Fasilitator)
Peranan
praktisi Public Relations dalam pemecahan masalah
persoalan Public Relations ini merupakan bagian dari tim
manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai
penasihat (adviser) hingga mengambil
rindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah
dihadapi secara rasional dan profesional.
d. Teknisi
Komunikasi ( Communication Technician )
Peranan
communications technician ini menjadikan praktisi Public Relations sebagai journalist
in recident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau
dikenal dengan of communication in organization.
Humas atau PR (Public Relation) merupakan salah satu metode komunikasi
untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atau institusi atas dasar
menghormati kepentingan bersama.
Perkembangan teknologi informasi
telah melahirkan perkembangan yang cukup pesat pada media massa cetak dan
elektronik. Menjamurnya berbagai media massa dan derasnya arus informasi yang
menerpa masyarakat belum merupakan jaminan akan memberi pencerahan kepada
masyarakat, bahkan dalam beberapa kasus justru membuat bingung masyarakat.
Sementara itu muncul pendapat bahwa dengan berkembangnya teknologi informasi,
maka informasi diserahkan kepada masyarakat dan tidak lagi diurus oleh
pemerintah.Peran pemerintah lebih dititik beratkan hanya sebagai pembuat
kebijakan, regulasi dan fasilitasi.Dengan kondisi tersebut, diperlukan
kelembagaan Humas (Hubungan Masyarakat) dalam setiap instansi pemerintah
termasuk perguruan tinggi.
Humas atau yang lebih dikenal
sebagai PR (Public Relation) merupakan salah satu metode komunikasi untuk
menciptakan citra positif dari mitra organisasi atau institusi atas dasar
menghormati kepentingan bersama.Pembentukan Humas berfungsi untuk
menterjemahkan kebijakan kepada intern (pegawainya) atau masyarakat (publik)
dan untuk memonitor setiap sikap dan tingkah laku publik untuk disampaikan
kepada pimpinan di dalam suatu institusi sebagai bahan pengambil keputusan.
Sebagai juru bicara pimpinan,
merupakan tugas yang wajar dilakukan oleh Pejabat Humas, karena di institusi
manapun humaslah juru bicara resminya.Humas merupakan representasi dari
kebijakan pimpinan institusi tersebut. Humas yang profesional tentu sudah
terlebih dahulu merencanakan apa dan bagaimana caranya menyampaikan kebijakan
pimpinan kepada publik.
Juru bicara yang bertindak sebagai
komunikator, berfungsi menyediakan sumber informasi, selanjutnya menyaring dan
mengevaluasi informasi yang tersedia dan mengolahnya kedalam suatu bentuk yang
cocok bagi penerima informasi, sehingga penerima informasi memahami isi
informasi tersebut.Akibat secara langsung komunikator dapat mempengaruhi
pendapat, pandangan dan perilaku penerima informasi.
Dalam hal ini fungsi sebagai
komunikator menyediakan sumber informasi adalah penting. Langkah
berikutnya menyaring dan mengevaluasi informasi tersebut apakah memang benar-benar
dapat disampaikan kepada khalayak. Kemudian mengolah informasi kedalam bentuk
yang cocok seperti tulisan, laporan, pidato, peragaan, dan lain-lain, sehingga
mudah dipahami.Dengan demikian komunikator dapat mempengaruhi komunikan.
Komunikator mempengaruhi orang lain untuk mengubah sikap sesuai pesan yang
dikemukakan, sehingga orang lain mengikutinya atau mengubah sikap dan
perilakunya. Peranan utama komunikator adalah untuk menciptakan suasana yang
baik untuk proses komunikasi tersebut.
Hubungan antara Pejabat Humas dengan
wartawan bagaikan hubungan dua orang teman atau mitra yang saling
memerlukan.Hubungan kedua orang yang bermitra tersebut bersifat simbiosis
mutualisme (saling membutuhkan). Hubungan mereka saling bergantung, mereka
benar-benar saling membutuhkan.Dengan demikian, tak satu pihakpun yang boleh
menganggap dirinya lebih tinggi dan penting dari pada mitranya.Posisi kedua
mitra tersebut setara namun peran atau fungsi, motif dan tujuan kegiatan
masing-masing saling berbeda.
Secara etimologis, retorika berasal dari bahasa Yunani, “rhetrike”
yang berarti seni kemampuan berbicara yang dimiliki seseorang. Aristoteles
dalam bukunya “Rhetoric” mengemukakan pengertian retorika, yaitu
kemampuan untuk memilih dan menggunakan bahasa dalam situasi tertentu secara
efektif untuk mempersuasi orang lain. Sedangkan menurut Gorys Keraf, retorika
adalah suatu istilah secara tradisional yang diberikan pada suatu teknik
pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang
tersusun baik. Menurut P. Dori Wuwur Hendrikus, retorika adalah kesenian untuk
berbicara baik yang digunakan dalam proses komunikasi antarmanusia.
Retorika berarti kesenian untuk berbicara dengan baik (kunst,
gut zu reden atau ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam
(talenta) dan keterampilan teknis (ars, techne).Kesenian berbicara ini
bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa pikiran yang jelas dan tanpa isi,
melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas,
padat, dan mengesankan.Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi
dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian
serta penilaian yang tepat.Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara
pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara. Dalam bahasa populer,
retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang
lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang tepat, benar dan mengesankan.
Keterampilan dan kesanggupan untuk menguasai seni berbicara
dapat dengan mencontoh para rektor yang terkenal (imitatio), dengan
mempelajari dan mempergunakan hukum-hukum retorika (doctrina), dan
dengan melakukan latihan yang teratur (exercitium).Dalam seni berbicara juga dituntut penguasaan bahan (res)
dan pengungkapan yang tepat
melalui bahasa (verba).
Menurut aristoteles perbedaan cara berpikir
dan bertindak itu dapat dipersatukan melalui retorika yg dalam prakteknya
tergantung dari bagaimana menerapkan jenis kemampuan utk mengungkapkan
pendapat, yaitu :ethos, pathos dan logos.
1.
Ethos.
Kata aristoteles jika anda adalah komunikan
maka anda akan dipengaruhi oleh seorang pembicara hanya karena dia menampilkan
diri sebagai seorang yang dilihat dan dirasakan audiens sebagai orang ( sumber,
pengirim, komunikator) yang :
a.
inteligence –
komunikator yang tampil sebagai seorang yang pandai, atau cakap, percaya diri,
mengetahui fakta, berbicara yang jelas, berdiri atau duduk dengan postur tubuh
yang menunjukan orang cakap.
b.
character –
komunikator yang tampil dengan karakter yang jujur, adil, memiliki reputasi
sehingga kita merasa orang itu berkata benar dan jujur.
c.
goodwill –
audiens juga lebih percaya kepada komunikator yang menunjukan kemauan baik,
pernyataan yang pasti, kontak mata, gerakan yang meyakinkan, ada kesan
melindungi kita.
Dengan demikian aristoteles itu menekankan
aspek reputasi yang tergambar dari komunikasi sebagai berikut :
a)
seorang pribadi yang
mengesankanpribadi yang jujur, mampu mengantar dan mengatur pembicaraan,
terlatih, mempunyai keahlian dan berpengalaman.
b)
seorang pribadi yang ketika
sedang berbicara mampu menggunakan bahasa isyarat, memainkan kontak mata dan
mel;antunkan suara secara bervariasi.
2.
Pathos.
Pathos berkaitan dengan emosi, artinya
bagaimana seorang komunikator mampu menampilkan daya tarik emosional sehingga
mampu membangkitkan perasaan komunikan.kemampuan itu ditunjukan oleh manipulasi
:
a.
making and calming – anger
> mampu membuat komunikan merasa sejuk dan marah.
b.
love – hate >
mampu membuat komunikan mencintai dan membenci.
c.
fear – confidence >
mampu membuat komunikan merasa takut atau membangkitkan kepercayaan diri.
d.
shame – shamelessness >
mampu membuat komunikan merasa malu atau membangkitkan keberanian.
e.
indignation- envy >
mampu membangkitkan rasa berkuasa atau kehilangan kekuasaan/pengruh.
f.
admiration –
envy : mampu membangkitkan semangat kerja atau mendorong orang lain
bekerja keras atau tidak bekerja keras.
3.
logos.
Berkaitan dengan kemampuan komunikator yang
secara intelek (cerdik atau pandai) mengatakan sesuatu secara rasional dan argumentatif,
misalnya menyampaikan informasi dengan data statistik memberikan contoh-contoh
dengan kesaksian.logos meliputi :
a.
Invention
–kemampuan menyampaikan sebuah informasi yg menampilkan hokum 2 logika (masuk
akal).
b.
Arrangement
– kemampuan menyampaikan sebuah topik informasi secara
sederhana sesuai posisi komunikator.
c.
Style –
kemampuan menampilkan gaya berbicara yang menyenangkan komunikan.
d.
Memory –
kemampuan menampilkan informasi dengan gambaran sesuatu informasi yang diingat
dan informasi itu berkaitan dengan apa yang anda ucapkan.
e.
Delivery –
kemampuan berbicara efektif.
Kreadibilitas merupakan suatu image atau gambaran kita
mengenai sumber atau komunikator.Studi mengenai kreadibilitas sumber selalu
memperhatikan beragam variable tersebut karena peranan retorika komunikator
sangat menentukan jenis perubahan komunikan apakah tujuan komunikasi hanya
sekedar mengubah kognitif, efektif, atau psikomorik. Beberapa prinsip yakni:
daya tarik, motif, kesamaan,
dapat dipercayai, kepakaran, dan keaslian pesan.
1.
Daya Tarik
Daya
tarik komunikan merupakan sesuatu yang sangat manusiawi. Kerapkali audiens lebih tertarik pada
komunikator yang sama suku atau agamanya dengan audiens, atau tertarik pada
komunikator yang mempunyai hobi yang sama, atau juga karena komunikator tampil
dengan pakaian dan aksesoris yang menawan.
·
Daya tarik
sosiologis-antropologis
Kerapkali sulit dimengerti bahwa ada segmen
audien yang tertarik pada komunikator hanya karena mereka mempunyai status
social yang sama dengan komunikator. Para ibu hamil yang istri prajurit akan
lebih suka jika istri komandan menjadi komunikator ketika menerangkan dalam
“empat sehat lime sempurna” disbanding komunikator lainnya. Para penyuluh
kesehatan lebih suka memanfaatkan para pastur atau pendeta ketika ingin
menyebarluaskan informasi tentang program jumat bersih. Jadi hubungan
sosiologis dalam suatu social akan menjadi daya tarik audiens untuk lebih mudah
menerima informasi yang dialihkan dari komunikator.
·
Daya tarik psikologis
Kebanyakan
audiens lebih mudah tertarik pada komunikator yang mempunyai kesamaan motif
psikologis dengan mereka. Dalam psikologis social, diasumsikan bahwa
orang-orang yang mempunyai kebutuhan psikologis yang sama lebih suka membagi
pikiran dan perasaan diantara mereka. Dalam kasus ini maka orang-orang yang
mempunyai hobi yang sama lebih cenderung menerima satu sama lain. Komunikasi
kesehatan dapat menjadikan daya tarik psikologis ini untuk mendukung program
pertukaran informasi kesehatan.
Dibawah
ini ada beberapa kategori bentuk motif psikologis yang memperkuat daya tarik
komunikator yaitu:
ü Daya
tarik fisik
ü Kesamaan
ü Keyakinan
dan kepercayaan
ü Sikap
ü Kemampuan
untuk dibandingkan misalnya dalam sikap, kepribadian, dll
ü Derajat
perbedaan
ü Kedekatan
lokasi geografis
ü Kedekatan
personal
·
Daya tarik fisik
Boleh
berbeda pendapat baik secara teoretis maupun praktis, namun berbagai penelitian
komunkasi antarpersonal menunjukkan bahwa kebanyakan audiens lebih suka
menerima suatu pesan yang dialihkan oleh seorang dengan karakteristik fisik
tertentu yang diidolakan oleh audiens.Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
komunikator yang bertubuh tinggi, tegap dan besar lebih disukai (oleh karena
itu lebih mudah diterima dan “aneh”nya lebih dipercayai). Dari pda orang
bertubuh pendek, apa lagi kurus.
Hasil
riset komunikasi antarpersonal juga menggambarkan, ternyata audiens lebih suka
pada seorang presenter (komunikator) yang berbicara secara langsung, tatap
muka, menampilkan raut muka yang riang, diiringi senyum dan tawa, dapat
berdialog langsung tanpa media, bersuara lembut dari pada komunikator yang
memelihara “jarak fisik” dengan audiens. Hingga factor gendre, juga temukan
bahwa audiens lebih mudah (suka) berkomunikasi dengan komunikator yang jenis
kelaminnya berbeda dengan audiens, misalnya komunitas perempuan lebih tertarik
pada komunikator laki-laki, sebaliknya komunitas laki-laki lebih suka jika
berkomunikasi dengan komunikator perempuan.
2.
Kesamaan
Kesamaan atausimilarity merupakan salah satu faktor yang memudahkan penerimaan
pesan oleh audiens.Orang lebih tertarik pada komunikator yang mempunyai banyak
kesamaan dengan dia, misalnya minat, hobi, pilihan politik, asal sekolah, asal
suku bangsa, dan lain-lain (jadi bisa kesamaan sosiologis, antropologis, atau
psikologis).
Tidaklah mengherankan apabila dalam
komunikasi dikenal istilah homofili, artinya kesamaan antara audiens dengan
komunikator.Hipotesis yang dapat diajukan adalah, jika makin banyak faktor
kesamaan antara komunikator dengan audiens, maka makin besar peluang audiens
menerima pesan dari komunikator.Lawan dari homofili adalah heterofili atau
perbedaan.Artinya, jika makin banyak faktor pembeda antara komunikator dengan
audiens, maka makin kecil peluang audiens menerima pesan dari komunikator.
3.
Dapat
Dipercayai
Carl Hovland mengemukakan bahwa penerimaan
audiens atas informasi tergantung dari trustworthiness komunikator.
Komunitas dari audiens rupanya lebih muda menerima informasi dari orang yang
dapat dipercayai. Memang kita tidak mempunyai indikator yang relatif konsisten
tentang “dapat dipercayai” ini, namun dalam praktik komunikasi hal “dapat
dipercayai” rupanya terlihat atau terasa dari ungkapan kata-kata verbal (tidak
ambigu) atau ungkapan non-verbal (wajah,muka,suara) dari komunikator. Audiens
sering menilai “kepercayaan” itu dari mata komunikator yang “kurang bersih”
atau wajah yang tidak ramah, atau kata-kata yang tidak bersahabat.Satu hal yang
tak bisa disepelekan juga bahwa tema “kepercayaan” ini berkaitan dengan
reputasi seorang komunikator yang dihubungkan dengan jabatan, pangkat,
pendidikan, pengalaman dari seorang komunikator.
4.
Kepakaran
Masih berkaitan dengan kepercayaan adalah
masalah kepakaran.Inilah kunci penerimaan audiens terhadap seorang komunikator.Pelbagai
penelitian komunikasi antar personal menunjukan bahwa seorang komunikator yang
pakar dalam bidangnya lebih muda dipercayai daripada yang tidak pakar. Orang
lebih percaya informasi tentang hukum jika informasi itu berasal dari seorang
sarjana hukum, orang lebih percaya pada informasi tentang kejahatan yang dia
peroleh dari polisi daripada dari seorang yang bukan polisi, demikian pula
orang lebih percaya pada penyuluh kesehatan yang berlatar belakang pendidikan
FKM daripada dari FISIP, dan lain-lain.
5.
Keaslian
Sumber Pesan
Masalah keaslian sumber pesan sangat
menentukan tingkat penerimaan audiens.Keaslian pesan ini bersumber dari sumber
informasi. Artinnya, orang lebih percaya informasi ilmiah kesehatan yang
bersumber dari jurnal kesehatan daripada dari surat kabar umum, orang lebih
mudah percaya informasi tentang bahaya Narkoba yang bersumber dari kesaksian
seorang bekas pencandu Narkoba daripada seorang dokter sekalipun, dan
lain-lain.
6.
Faktor dinamis
Berbagai penelitian komunikasi
antarpersonal menunjukkan bahwa factor dinamika komunikator sangat memengaruhi
penerimaan pesan oleh audiens.Audiens lebih mudah menerima pesan dari
komunikator yang tampil dengan dinamika tinggi (dalam komunikasi disebut factor
“movement”).Artinya, audiens lebih
mudah menerima informasi dari komunikator yang tampil enjerik, gertak-gemertak,
aktif dan hidup, menapilkan fisik yang berdaya tahan tinggi.
7.
Motif
Faktor motif atau alasan pendorong
komunikasi turut menentukan persuasi atau berpengaruh terhadap penerimaan pesan
oleh audiens.Audiens lebih suka menerima informasi dari komunikator yang secara
terus terang, terbuka, jujur manyatakan maksud berkomunikasi.
Berikut ini ditampilkan beberapa
kategori motif komunikasi antarpersonal, yaitu:
1)
Untuk
senang-senang
2)
Memenuhi
afeksi
3)
Keterlibatan
atau inklusi
4)
Menghindari
sesuatu
5)
Santai
6)
Kontrol
7)
Dan
lain-lain
0 Komentar