Iklan atas - New

Strategi Pemasaran Sosial


Strategi Pemasaran Sosial
  1.      Urgensi strategi pemasaran social di bidang kesehatan
Pemasaran sosial adalah suatu bentuk di siplin untuk mengembangan kegiatan komunikasi kesehatan. Tujuannya adalah mendapat kata yang tepat di pakai untuk meyakinkan para ibu agar berbuat seperti yang di anjurkan, tokoh yang akan di pakai untuk menyampaikan pesan, saluran komunikasi (langsung dan tidak langsung), dan bagaimana memanfaatkan saluran komunikasi tersebut sebaik-baiknya.
Pemasaran Sosial adalah sebagai kegiatan yang direncanakan, dan diorganisasiknan yang meliputi pendistribusian barang, penetapan harga dan dilakukan pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang telah dibuat yang tujuannya untuk mendapatkan tempat dipasar agar tujuan utama dari pemasaran dapat tercapai.Pemasaran sosial selalu di mulai dengan promosi tentang sikap atau kepercayaan yang dikaitkan dengan kesehatan. Kemudian di lakukan penyampaian anjuran tentang produk atau pelayanan dengan petunjuk cara pemakaian yang efektif.
Walaupun produk pemasaran sosial dapat berbentuk komoditi, seperti alat kontrasepsi atau oralit, namun tujuan utamanya adalah meningkatkan motivasi dan merangsang kegiatan masyarakat, perusahaan, agen atau pengecer serta untuk meningkatkan potensi kemandirian masyarakat. Inilah yang dijadikan ukuran keberhasilan program pemasaran sosial.
Upaya-upaya Peningkatan Pemasaran Sosial Ada 14 langkah dalam mengembangkan kegiatan pemasaran sosial itu, yaitu:
1.    Riset Formatif
Sebelum kita menganjurkan orang untuk mengubah perilakunya, kita harus tahu dulu bagaimana sekarang dan bagaimana sikapnya terhadap perilaku yang kita anjurkan. Kita tidak dapat hanya menduga atau memperkirakan kedua hal tersebut. Kita harus menggalinya dari mereka sendiri. Kita namakan penggalian demikian riset formatif, karena dilakukan untuk menentukan format strategi kegiatan. Kita akan memilih sampel secara acak dalam jumlah, yang memadai serta melakukan wawancara dengan mereka, secara kelompok atau perorangan,dan biasanya kedua cara ini dipakai. Kita juga ingin menemukan tokoh yang paling dihormati oleh kelompok sasaran, sehingga kita dapat memanfaatkan tokoh tersebut untuk menyampaikan pesan-pesan kita. Kita akan menggali sikap mereka terhadap pelayanan yang ada, puskesmas, posyandu, kader, dan terhadap organisasi kemasyarakatan, seperti PKK, dan lain sebagainya.
Kita akan mewawancarai petugas dan berbagai instansi. Kita akan bertanya kepada ibu tentang kehidupan sehari‑hari, bagaimana interaksi mereka dalam masyarakat dan kelompok masyarakat dan kelompok kemasyarakatan, ke mana mereka pergi, kalau ke luar rumah. Radiodan media massa yang mereka manfaatkan, berapa kali, kapan, dan hiburan apa serta peristiwa keagamaan atau budaya apa yang mereka hadiri. Berdasarkan kesemua itu kita kembangkan strategi kegiatan kita.
2.    Penyusunan Strategi
Adapun strateginya akan mencangkup:
a.    Berbagai kelompok sasaran yang diperoleh dari penelitian formatif dapat dibagi dalam 3 kelompok besar:
Ø Sasaran primer, yaitu sasaran pokok yang benar-benar kita harapkan berubah kebiasaannya. Contohnya ibu-ibu.
Ø Sasaran sekunder, yaitu sasaran antara yang akan terlibat dalam penyampaian produk atau pelayanan atau yang terlibat dalam penyampaian pesan-pesan secara langsung. Contohnya, kader posyandu.
Ø Sasaran tersier, yaitu sasaran penunjang yang terlibat secara tidak langsung, namun dukungannya sangat diper­lukan. Contohnya, tokoh masyarakat, tokoh agama, dsb.
b.    Berbagai perilaku yang diharapkan dari tiap kelompok sasaran.
c.    Sikap negatif terhadap perilaku yang diharapkan secara rinci.
d.   Pemecahan yang disarankan untuk mengatasi hambatan tersebut.
e.    Kata-kata yang disarankan untuk dipakai guna meyakinkan kelompok sasaran untuk melakukan apa yang diharapkan.
f.     Berbagai saluran komunikasi yang ada untuk analisis selanjutnya.
3.    Menguji Coba Strategi
Setelah strategi disusun, kita kembali mengunjungi kelompok sasaran primer untuk menguji coba strategi tersebut pada mereka. Bila perilaku yang disarankan perlu dilaksanakantiap hari, seperti pemberian makan anak, kita mints pars ibu melaksanakan dalam satu minggu. Bila perilaku yang dianjurkan hanya dilaksanakan sekali, seperti imunisasi atau menimbang­kan anak di Posyandu, kita akan minta para ibu itu melaksana­kan sekali atau dua kali.
Kita akan menggunakan kata-kata dan tokoh yang tertuang dalam strategi untuk meyakinkan ibu-ibu agar man melak­sanakannya. Semua pertanyaan yang dipunyai ibu-ibu, seperti yang tergambar pads hasil riset formatif berupa sikap negatif dan hambatan yang mungkin menghalanginya untuk berbuat, hendaknya bisa terjawab.
Kendati demikian, pelaksanaan penelitian mungkin masih menjumpai bahwa kata-kata tersebut belum cukup menyakinkan ibu-ibu untuk berbuat. Dalam hal ini, petugas lapangan akan bekerja sama dengan para ibu untuk menemukan cara melakukannya sampai ibu-ibu tersebut sepenuhnya puss dan setuju untuk melaksanakannya. Petugas lapangan secara cermat menulis cara-cara yang ditemukan untuk meyakinkan ibu-ibu itu. Biasanya, setelah satu minggu petugas lapangan akan kembali mengunjungi ibu yang sama dan membicarakan hasilnya dengan mereka. Apakah mereka melaksanakannya? Apakah mereka akan melaksanakannya terus? Pembicaraan akan dilakukan hati-hati dengan para ibu yang gagal, atau hanya setengah berhasil, untuk menemukan apa masalahnya, rasa keberatan apa yang masih ada dan bagaimana masalah dan rasa keberatan itu dapat diatasi. Percakapan ini akan dicatat dengan cermat.
Berdasarkan masukan itu, strategi yang kita buat serta menggambarkan apa yang kita harapkan dilakukan ibu-ibu itu dan bagaimana melaksanakannya, sekarang sudah dapat disempurnakan.

4.    Menulis Arahan Kreatif dan Media
Kini kita menulis strategi kreatif dan media. Kita menulis­kan ini walaupun kita akan melaksanakan kegiatan kreatif atau melaksanakan kegiatan media kita sendiri. Arahan tertulis ini penting walau pelaksanaannya dilakukan instansi lain atau biro, iklan. Arahan ini menyimpulkan tujuan dan maksud kegiatan, gambaran rinci data ekonomi, sosial, dan geografis daerah kegiatan serta daftar kelompok sasaran primer, sekunder, dan tersier dan gambaran keadaan mereka.
Kecuali itu juga berisikan analisis semua saluran komu­nikasi yang mungkin dipakai untuk mencapai sasaran primer sehingga diteliti lebih lanjut serta frekuensi dan biayanya. Mungkin akan mencakup media massa, kader, kelompok masyarakat atau saluran lain seperti promosi di pasar lokal atao peristiwa budaya dan saluran lain yang muncul dalam penelitianpads ibu-ibu serta mungkin dapat dipakai. Jugs catatan bagaimana komunikasi dan motivasi sasaran sekunder dan tersier akan dilaksanakan.
Bahan komunikasi yang perlu dikembangkan mungkin meliputi TV atau slide, bahan-bahan penyuluhan bagi kader dalam bentuk kartu konsultasi, lembar balik atau poster dan pitakaset, spanduk (yang berguna untuk upaya promosi jangka, pendek) atau poster-poster (sebagai pengingat pesan-pesan yang disampaikan media massa atau kader), dan lain sebagainya. Sebagai tambahan, booklet barangkali cocok dipakai untuk mendapatkan dukungan yang diharapkan dari kelompok sasaran sekunder dan tersier. Pedoman pelatihan dan modul juga diperlukan untuk melatih kader. Pada arahan dijelaskan pula anggaran yang mungkin didapat.
Bagian kedua dari arahan itu berupa uraian tentang kelompok sasaran, dan kegiatan yang ditulukan pada tiap kelompok sasaran, pesan-pesan yang harus diterima tiap, kelompok sasaran, semua keengganan yang diketahui dan menghambat penerimaan dan bagaimana rasa keberatan itu di atasi dan tokoh yang dapat diterima kelompok sasaran.

5.    Menentukan Konsultan Kreatif dan Konsultan Media
Sangat disarankan untuk menggunakan ahli kreatif dan ahli media, apakah itu orang yang berpengalaman di bidangnya, lembaga konsultan atau biro iklan untuk membuat bahan-bahan media. Bila media massa digunakan, perencanaan media yang matang disertai pengalokasian waktu dan pemantauan sangat diperlukan. Biasanya mereka dibayar berdasarkan tarif komersial untuk produksi dan penyiarannya. Kelompok kreatif dan mediaharus benar-benar mendapat arahan, baik itu ahli dari luar atau tenaga yang ada di dalam sendiri.
6.    Menyusun Peran dan Bahan serta Rencana Media
Para perencana kreatif dan perencana media kini dapat menyajikan rancangan lengkap termasuk tatap muka dan bentuk semua bahan cetak, naskah untuk spot radio dan bagaimana cerita untuk TV atau film. Alasan tertulis untuk semua pesan dan ilustrasi juga dikemukakan untuk membuktikan dan memastikan bahwa strategi telah dimanfaatkan sepenuhnya sebagai dasar penyusunan bahan-bahan tersebut.
Perencanaan media yang rinci dan biaya yang diperlukan juga termasuk. Rencana tersebut harus menunjukkan jangkauan yang memadai terhadap semua kelompok sasaran dengan frekuensi yang memadai dan biaya yang paling sesuai. Beberapa kemungkinan paduan media bisa diajukan dalam pembicaraan. Biro iklan khususnya merupakan sumber informasi yang baik untuk perencanaan media. Berdasarkan hasil penelitian, misal­nya mereka tahu semua stasiun radio dan program yang ada dan pada waktu kapan ibu-ibu desa paling banyak mendengarkan dan berapa banyak.
Kesemua itu merupakan informasi yang berharga untuk memanfaatkan radio secara efektif. Mereka juga akan meng­analisis efektivitas kader sebagai komunikator berdasarkan data yang diberikan pads waktu riset formatif, sehingga memberi gam­baran berapa banyak ibu yang dapat berhubungan (kontak) dengan kader. Arahan itu akan menjadi dasar untuk menyusun rencana pelatihan bagi kader dan menentukan bahan penyuluhan siapa yang cocok digunakan kader (rancangannya dibuat kelompok, kreatif). Biaya yang diperlukan untuk jangkauan, frekuensi, juga biaya kegiatan komponen komunikasi yang dilakukan kader dibuat perkiraannya. Perkiraan yang sama juga dibuat untuk jalur komunikasi formal dan informal lain, sehingga biaya yang diperlukan bisa dibandingkan, dan bisa diketahui paduan media mana yang efektif dan efisien.
Biro iklan juga menyarankan untuk memperkuat peran serta masyarakat dengan menggunakan bahan cetak yang menarik dan kegiatan hubungan masyarakat. Pengelola kegiatan dapat mempelajari penyajian tersebut, memperbaikinya bila diperlukan dan akhirnya mints kelompok kreatif membuat bahan untuk diuji coba.
7.    Menguji Bahan dan Pesan
Semua bahan dipersiapkan untuk diuji coba. Spot radio sudah dibuat, bahan cetak sudah berwarna, atau berupa ran­cangan jadi, kadang-kadang sudah tercetak bila biaya memung­kinkan, bahan film diperlihatkan dalam bentuk story board, bends besar seperti papan iklan atau spanduk dibuat dalam bentuk kecil. Semua bahan sekarang diuji coba untuk memas­tikan bahwa pesannya jelas, tidak membingungkan, bisa dimengerti, dipercaya, sejalan dengan budaya, secara emosional merangsang dan bebas dari hal-hal yang negatif. Tiap bahan media diuji coba pada wakil kelompok sasaran yang dituju, bahan untuk memotivasi petugas dan kelompok masyarakat diuji coba pads kelompok yang mewakili, bahan-bahan penyuluhan yang digunakan sebagai alai bantu kader diuji coba pada kader. Hasil uji coba dipakai untuk menyempurnakan semua bahan.
8.    Memperbaiki Bahan
Kelompok kreatif sekarang diberi penjelasan tentang hasil, uji coba. Semua bahan bisa diperbanyak. Betapapun, bila diper­lukan perubahan basar, uji coba ulang secara informal dibutuh­kan untuk memastikan bahan perbaikan yang telah dibuat dapat diterima kelompok sasaran.
Kegiatan uji coba bahan juga merupakan kesempatan yang sangat berguna untuk memantapkan koordinasi. Proses uji coba termasuk uji coba kegiatan dan bahan pads sektor-sektor yang terkait, unit-unit program di tingkat nasional dan provinsi dan semua lembaga donor. Hal ini untuk memastikan bahwa kegiatan di daerah panduan tidak bertentangan dengan kebijakan prog­ram.
9.    Penyempurnaan Program
Program pada akhirnya bisa disempurnakan. Bila mungkin kesimpulan akhir perlu dibuat secara tertulis dan bisa dilengkapi dengan slides untuk penyajian dan koordinasi.
10.     Memproduksi Bahan
Semua bahan sudah diperbanyak dalam bentuk akhir.
11.     Pengumpulan Data Dasar dan Evaluasi
Pengumpulan data dasar dilaksanakan di daerah uji coba dan daerah kontrol. Masa proyek sudah ditentukan dan kegiatan evaluasi dijadwalkan.
12.     Orientasi dan Pelatihan
Sebelum kegiatan dilaksanakan, kader dilatih dan semua sektor serta kelompok masyarakat yang terlibat juga dilatih atau diberi orientasi tentang peran mereka.
13.     Melaksanakan Kegiatan
Sebaiknya kegiatan promosi dan hubungan masyarakat langsung dilaksana­kan pada saat pencanangan. Misalnya, dalam bentuk penyuluhan atau pencanangan oleh kepala daerah yang dihadiri para pelak­sana dan instansi serta media yang terlibat.
Bahan-bahan luar ruang seperti spanduk, poster atau papan iklan dipasang. Kelompok masyarakat dan kader memulai kegiatan komunikasi mereka dan media massa mulai penyiaran (sebaiknya paling tidak 10-20 spot per hari di setiap stasiun ra­dio pada bulan pertama).
14.     Memantau dan Memperbaiki
Setelah dicanangkan, semua kegiatan komunikasi harus dipantau untuk memastikan bahwa pelaksanaannya seperti yang diharapkan. Apakah spanduk dan poster dipasang di tempat yang tepat, Apakah kader sudah dilatih, Apakah mereka sudah punya peraga yang harus dipakai, Apakah kelompok masyarakat tabu peran mereka, Apakah mereka aktif, Apakah bahan disiarkan. Untuk itu, semua dapat dilakukan peninjauan lapangan. Kele­mahan dalam pelaksanaan dapat segera diperbaiki. Pemantauan harus dilakukan setiap 6 bulan. Kegiatan pemantauan seha­rusnya lebih dalam untuk menjajagi efektivitas pesan yang di­sampaikan. Apakah kelompok sasaran menerima pesan, Apakah pesannya benar dan dimengerti, Apakah ada masalah atau kesulitan, atau hambatannya yang dialami dalam menerapkan isi pesan.
Titik utama uji coba pemasaran adalah memantau dan memperbaiki kegiatan komunikasi yang diperlukan dan ditemukan dalam proses pengalaman, apa saluran komunikasi dan pesan yang paling efektif untuk mencapai tujuan program.
2.      Konsep pemasaran social secara di bidang kesehatan meliputi (Mix Marketing)
Bisnis jasa kesehatan adalah bisnis yang erat dengan tanggung jawab sosial karena objeknya adalah manusia sehingga tidak dapat disamakan dengan bisnis yang lain. Rumah sakit pada umumnya dikenal sebagai lembaga yang membawa misi  sosial, sehingga terdapat kesan kalau manajemennya dilaksanakan jauh dari orientasi bisnis dan mengutamakan pelayanan medis terhadap konsumennya. SK Mentri Kesehatan RI No.983 /Menkes / SK / XI / 1992 menyatakan bahwa rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik  dan subspesialistik. Bermunculnya rumah sakit baru belakangan ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan dibidang pelayanan.
Namun seiring dengan perkembangan era globalisasi, disamping mempunyai misi sosial  maka sebuah rumah sakit dituntut pula untuk mempunyai misi bisnis yang berorientasi keuntungan (profit motif) karena kemampuan mendanai kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh pendapatan yang dihasilkannya. Untuk itu sebuah rumah sakit dalam menjalankan dua misinya tersebut harus mampu menjalankan usahanya secara efektif dan efisien sehingga kedua misinya tersebut dapat terpenuhi secara seimbang.  
Salah satu langkah pengelolaan unit usaha yang profesional adalah dengan penetapan strategi bauran pemasaran atau marketing mix. Marketing mix untuk perusahaan jasa semisal rumah sakit memiliki variabel-variabel yang terdiri dari produk, harga, tempat,  promosi, orang, proses  dan fisik. Contoh penerapan variabel marketing mix oleh Poliklinik Kebidanan dan Kandungan di RS Anak Bunda untuk mempengaruhi tanggapan pasien dari segmen pasar pengguna jasa rumah sakit, khususnya rumah sakit bersalin. Ketujuh elemen marketing mix di atas terkait satu dengan lainnya sehingga menyerupai suatu konsep sistem.
Secara lebih terperinci, penjelasan tentang variabel-variabel marketing mix jasa tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Product ( Produk Jasa )
Produk adalah konsep keseluruhan atas objek atau proses yang memberikan berbagai nilai bagi para pasien. Adapun yang menjadi subkatagori dari produk tersebut adalah barang dan jasa.  Sedangkan pengertian jasa itu sendiri adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain. Pada dasarnya jasa tidak berwujud dan tidak mengakibatkan pemilikan apapun. Produk  jasa mungkin berkaitan dengan produk fisik atau tidak. Konsep mengenai penawaran dapat dilihat dari beberapa peringkat, yaitu :
a.    Produk inti atau generik
Ini terdiri dari produk jasa dasar misalnya di dalam poliklinik Kebidanan dan Kandungan ada tempat tidur untuk periksa, dan meja kursi untuk pasien konsultasi saja.
b.    Produk yang diharapkan
Ini terdiri dari produk generik bersama dengan kondisi  pemeriksaan minimal yang perlu  dipenuhi. misalnya, para pasien merasa nyaman ketika menunggu diruang tunggu, layanan cepat dan kedatangan yang tepat waktu.
c.    Produk yang diperluas (augmented product)
Ini merupakan bidang yang memungkinkan suatu produk dibedakan dari yang lain. Sebagai contoh, ketika pasien memeriksakan kandungannya diberikan selebaran yang berisi informasi terkait dengan keseluruhan ibu hamil baik berupa tulisan maupun gambar sehingga menarik untuk dibaca.
d.   Produk Potensial
Ini terdiri dari seluruh sifat dan manfaat tambahan potensial yang merupakan utilitas bagi pasien. Ini termasuk untuk penegasan ulang produk untuk memanfaatkan pengguna baru dan perluasan aplikasi yang sudah ada. Ini bisa melibatkan penciptaan biaya peralihan yang dapat mempersulit atau mahal bagi para pelanggan untuk berpindah dari penyedia jasa mereka yang sudah ada. Dengan adanya persaingan yang sangat ketat diantara perusahaan-perusahaan penyedia jasa seperti saat ini, memaksa produsen untuk benar- benar menghantarkan produk yang dapat membedakannya dengan produk pesaing. Strategi ini disebut strategi diferensiasi.
Langkah awal diferensiasi adalah dengan mengenal dengan baik karakteristik  produk jasa yang kita tawarkan. Dalam industri jasa, tingkatan jasa adalah sebagai berikut:
1.    Core services
Strategi utama yang dapat dilakukan oleh produsen adalah mengidentifikasi tingkat tangible dan intangible dalam produk servis mereka. Semakin tinggi tingkat tangibilitas servis yang akan dihantarkan, maka semakin tinggi pula dibutuhkan phisycal evidence yang berfungsi sebagai petunjuk kualifikasi dan kualitas jasa itu sendiri.
2.    Facilitating services
Yang merupakan benefit atau value tambahan yang dihantarkan oleh jasa kepada konsumen agar konsumen dapat lebih mudah dalam mengkonsumsi jasa tersebut. Berikut merupakan beberapa bentuk umum darifacilitating services:
Ø Information
Agar dapat memperoleh seluruh nilai yang ditawarkan jasa, pasienmemerlukan informasi yang relevan.
Ø Order taking
Ketika pasien akan mendaftar pada poliklink ini maka proses pendaftaran haruslah dilakukan semudah mungkin sehingga tidak menyulitkanpasien.
Ø Payment
Ketika pasien hendak membayar, sistem pembayaran yang memudahkan pasien hendaknya perlu diciptakan.
3.    Enhacing services
Adalah benefit yang dapat membantu perusahaan untuk mencapai positioning dan diferentiating. Melalui strategi enhancing, perusahaan dapat menambah atribut yang dapat benar- benar membedakan jasa yang ditawarkan dengan jasa kepunyaan pesaing.
Ø Consultation
Ini merupakan nasehat, masukan atau keterangan  yang diberikan oleh pihak penyedia layanan jasa kepada pasien yang membutuhkannya.
Ø Hospitality
Menyangkut aspek keramahan seluruh personal  didalam poliklinik kebidanan dan kandungan tersebut.
Ø Exeption (pelayanan ekstra)
Exeption meliputi pelayanan yang berada di luar rutinitas pelayanan normal. Misalnya bidan bersedia datang ke rumah untuk memeriksa pasien yang emergency.
2 Price (Harga)
Harga memainkan peranan penting dalam bauran pemasaran jasa, karena penetapan harga memberikan penghasilan bisnis. Harga merupakan sejumlah uang yang dikenakan atas sebuah produk atau pelayanan jasa, atau sejumlah nilai yang ditukarkan pasien untuk keuntungan atau penggunaan atas sebuah pelayanan jasa di bidang kebidanan dan kandungan. Seorang pasien tentunya mempertimbangkan value atau keuntungan yang mungkin akan didapatnya bila memilih salah satu dari berbagai rumah sakit penyedia layanan jasa yang tersedia dengan biaya yang ditetapkan oleh rumah sakit tersebut. Untuk itu RSAnak Bunda haruslah menetapkan biaya yang benar- benar sesuai dengan kemampuan finansial segmen pasarnya dan yang terpenting adalah bahwa biaya yang ditetapkan harus sebanding dengan perceived value yang akan didapat pasien. Strategi penetapan harga dapat dimulai dengan menentukan tujuan penetapan harga.
1.    Tujuan penetapan harga
Ø Survival (kelangsungan hidup)
Merupakan usaha untuk tidak melakukan tindakan- tindakan untuk meningkatkan profit ketika RS berada dalam kondisi pasar yang tidak menguntungkan. Usaha tersebut cenderung untuk bertahan.
Ø Profit maximization (maksimalisasi keuntungan)
Penentuan harga bertujuan untuk memaksimumkan profit dalam kurun waktu tertentu.
Ø Sales maximization (maksimalisasi penjualan)
Penentuan harga untuk membangun pangsa pasar (market share) dengan melakukan penjulan pada harga awal yang merugikan.
Ø Prestige (Gengsi)
Tujuan penentuan harga di sini adalah untuk memposisikan jasa RS tersebut sebagai jasa yang eksklusif.
Ø ROI (Return on Investment)
Tujuan penentuan harga didasarkan atas pencapaian return on investment yang diinginkan (ROI). Setelah tujuan penetapan harga  yang akan dikenakan kepada pasien ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi penentuan biaya.
2.    Faktor- Faktor yang mempengaruhi penentuan harga jasa
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi penetuan harga jasa adalah sebagai berikut:
Ø Elastisitas permintaan.
Rumah sakit jasa perlu mengetahui hubungan antara harga dan permintaan dan bagaimana besarnya permintaan bervariasi pada berbagai tingkat harga yang berbeda.
Ø Struktur biaya.
Ada tiga jenis biaya yang perlu untuk diketahui oleh pelaku bisnis jasa yakni biaya tetap, variabel, dan semi variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh aktivitas atau volume produksi. Biaya variabel adalah biaya yang meningkat sejalan dengan meningkatnya tingkat produksi. Biaya semi variabel merupakan biaya yang mengandung kedua unsur biaya tetap dan variabel. Dalam indsutri jasa biasanya biaya tetap lebih besar dari biaya variabel.
Ø Persaingan. (kompetisi)
Pemahaman terhadap posisi biaya dan perilaku penentuan harga pesaing akan membantu RS untuk menetapkan strategi dalam hal menghadapi persaingan. Dengan mengetahui posisi biaya pesaing maka RS dapat menilai apakah jasa yang ditawarkan dapat bersaing atau tidak.
Ø Positioning dari jasa yang ditawarkan.
Faktor ini menyangkut penentuan segmen pasar yang dibidik oleh RS. JikaRS memutuskan untuk membidik segmen kelas atas, maka tentunya harga yang ditetapkan akan berada di atas harga marginal. Apabila RSmembidik segmen kelas menengah, maka harga yang ditetapkan adalah marginal, sedangkan bila RS menetapkan untuk membidik segmen kelas bawah, maka harga yang ditetapkan adalah berada di bawah harga marginal.
Ø Daur hidup jasa.
Daur hidup jasa merupakan alur waktu perjalanan jasa yang dimulai dari proses pengembangan sampai terjadinya penurunan reaksi pasar terhadap jasa.            
3.    Place (Tempat, termasuk Distribusi)
Tempat dalam jasa merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepadapasien dan di mana lokasi yang strategis. Lokasi berarti berhubungan dengan di mana RSharus bermarkas dan melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi penetapan lokasi yaitu:
a.    Pasien mendatangi pemberi jasa
Apabila keadaannya seperti ini, maka lokasi menjadi sangat penting. Rumah Sakit sebaiknya memilih lokasi yang mudah dijangkau olehpasien atau dengan kata lain lokasi haruslah strategis.
b.    Pemberi jasa mendatangi pasien
Dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting, tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa haruslah tetap berkualitas.
c.    Pemberi jasa dan pasien tidak bertemu langsung
Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah peningkatan kemampuan sarana komunikasi dan informasi


4.    Promosi
Promosi adalah arus informasi atau persuasi arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang/ organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Dalam penetapan strategi promosi, pemasar jasa dapat mempertimbangkan promotion mix berikut:
a.    Advertising (periklanan)
Merupakan salah satu bentuk dari komunikasi impersonal (impersonalcommunication) yang dipergunakan oleh RS baik barang atau jasa. Peran periklanan dalam pemasaran jasa adalah untuk membangun kesadaran (awareness) terhadap keberadaan jasa yang ditawarkan, untuk menambah pengetahuan pasien tentang jasa yang ditawarkan, untuk membujuk pasien agar membeli atau menggunakan barang dan jasa yang ditawarkan, dan untuk membedakan diri RS dengan RS lain (diffrentiate the service) yang mendukung positioning jasa.
b.    Personal  Selling
Personal selling mempunyai peranan yang penting dalam pemasaran jasa, karena:
Ø Interaksi langsung antara penyedia jasa dan konsumen sangat penting.
Ø Jasa tersebut disediakan oleh orang bukan mesin.
Ø Orang merupakan bagian dari produk jasa.
c.    Sales Promotion
Merupakan semua kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan arus barang atau jasa dari produsen sampai pada penjualan akhirnya. Point of sales promotion terdiri dari brosurinformation sheets, dan lain- lain.
d.   Public Relation
Public relation merupakan kiat pemasaran penting lainya, di mana RS tidak harus berhubungan hanya dengan pelanggan, pemasok, dan penyalur, tetapi ia juga harus berhubungan dengan kumpulan kepentingan publik yang lebih besar.
e.    Word of Mouth
Dalam hal ini peranan orang sangat penting dalam mempromosikan jasa. Pasien sangat dekat dengan pengiriman jasa, dengan kata lain pasien tersebut akan berbicara kepada orang lain yang berpontensial tentang pengalamannya dalam menerima jasa tersebut, sehingga word of mouth ini sangat besar pengaruh dan dampaknya terhadap pemasaran jasa dibandingkan dengan aktivitas komunikasi lainnya.
f.     Direct Marketing
Merupakan elemen terakhir dalam bauran komunaksi atau promosi. Terdapat enam area dari direct marketing, yaitu:
Ø Direct mail
Ø Mail order
Ø Direct respons
Ø Direct selling
Ø Telemarketing
Ø Digital marketing
1.    People (Orang/ SDM)
Yaitu orang-orang atau sumber daya manusia yang ada dalam RS jasa yang ikut berperan dalam penyampaian jasa kepada pasien. Peran penting SDM dalam pemasaran jasa adalah karena keterlibatannya secara langsung maupun tak langsung dalam interaksi dengan pasien. Orang-orang secara bertahap menjadi bagian diferensiasi yang mana RS jasa mencoba menciptakan nilai tambahan dan memperoleh keunggulan kompetitif. Peran penting SDM dalam RS jasa harus dibedakan untuk mengelolanya lebih lanjut yang pada umumnya dapat dikelompokkan  atas :
Ø Contactors
Adalah SDM yang berhubungan erat dengan pasien dan memilih aktivitas memasarkan secara konvensional. Mereka memiliki posisi dalam hal menjual dan perannya sebagai  customer service.
Ø Modivers
Yaitu SDM yang tidak terlibat secara langsung  dalam aktivitas pemasaran jasa. Keberhasilan dari posisi ini terletak pada kerja yang intensif.
2.    Influencers
Peran SDM lebih terfokus pada implementasi dari strategi pemasaran RS. Tugasnya antara lain mencakup pengadaan riset dan pengembangan.

3.    Isolateds
SDM yang berada pada posisi ini tampaknya akan sulit berhasil apabila tidak mendapat dukungan yang memadai dari dari manajemen terutama untuk memotivasi mereka. SDM harus diarahkan untuk mengetahui perannya serta strategi pemasaran perusahaan sehingga mereka dapat berkontribusi  lebih optimal bagi perusahaan.
6.    Proses
Proses adalah seluruh proses kerja yang dilakukan oleh RS jasa, seperti prosedur, tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanisme, kegiatan dan routinitas dimana suatu produk atau jasa disampaikan kepada pasien. Ini melibatkan keputusan kebijakan tentang keterlibatan pelanggan dan keleluasaan karyawan.
Proses-proses  dimana jasa diciptakan dan disampaikan kepada pelanggan merupakan faktor  utama dalam marketing mix jasa karena para pelanggan atau konsumen akan seringkali mempersepsikan sistem penyampaian jasa sebagai bagian dari jasa itu sendiri. Dengan demikian, keputusan mengenai manajemen operasi sangat penting untuk menunjang keberhasilan pemasaran jasa. Kenyataannya, koordinasi terus-menerus antara pemasaran dan operasi sangat essensial agar dapat berhasil dalam sebagian besar bisnis jasa.
7.    Fisik (Bukti Fisik)
Yaitu lingkungan atau fasilitas fisik RS poliklinik kebidanan dan kandungan tempat penyedia jasa serta pasien berinteraksi, ditambah elemen tangible apa saja yang digunakan untuk mengkomunikasikan atau mendukung peranan jasa itu. Dalam  bisnis jasa, kita dapat membedkan bukti fisik tersebut menjadi dua tipe :
a.    Bukti Penting  (essential evidence)
Merupakan  fasilitas fisik yang penting untuk menunjang penyampaian jasa kepada pasien  dan hal ini mempresentasikan keputusan kunci yang dibuat penyedia jasa serta akan dapat menambah lingkup produk secara signifikan.
b.    Peripheral Evidence.
Bukti fisik ini memiliki nilai independen yang kecil tetapi menambah tangibilitas pada nilai yang diberikan produk jasa. Bila transaksi jasa dilaksanakan di lokasi RS tersebut, maka bukti fisik   memainkan peran yang sangat penting. Familiaritas merupakan suatu faktor yang  dapat digunakan untuk memberikan ketentraman tentang apa yang diharapkan oleh pasien dengan jalan memberikan fasilitas atau bukti fisik tersebut.

Posting Komentar

0 Komentar