Upaya
Pemberdayaan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
1.
Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu
merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakat dewasa ini. Posyandu yang
meliputi lima program prioritas yaitu: KB, KIA, Gizi, Iminunisasi, dan
Penanggulan Diare, terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan
angka kematian bayi.Sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat
yang langsung bersentuhan dengan masyarakat di level bawah,sebaliknya posyandu
digiatkan kembali seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh mendeteksi
permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah. Permasalahn gizi buruk dan
anak balita,kekurangan gizi,busung lapar, dan masalah kesehatan lainnya
menyangkut kesehatan ibu dan akan mudah dihindari jika posyandu kembali
diprogramkan secara menyeluruh (Adisasmito, 2007).
Menurut
Adisasmito (2007), kegiatan di posyandu lebih dikenal dengan sistem lima
meja,yang meliputi:
1.
Meja 1: Pendaftaran dan pencatatan
2.
Meja 2: Penimbangan
3.
Meja 3: Pengisian kartu menuju sehat (KMS)
4.
Meja 4: Penyuluhan Kesehatan,pemberian oralit, vitamin
A, dan tablet besi
5.
Meja 5: Pelayanan kesehatan yang meliputi
imunisasi,pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan,serta
pelayanan keluarga berencana.
Untuk meja 1 sampai 4 dilaksanakan olrh
kader kesehatan,sedangkan meja 5 dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Menurut
Adisasmito (2007), sejak dicanangkan pada tahun 1984, pertumbuhan jumlah
posyandu sebagai berikut.
Tahun
|
Jumlah
|
1990
|
244.382
|
1991
|
251.815
|
1992
|
242.255
|
1993
|
233.061
|
2003
|
245.154
|
Bila diperhitungkan bahwa tiap posyandu
rata-rata mempunyai lima orang kader, maka jumlah kader aktif posyandu
adalah sebesar 5 x 245. 154 = 1.225.770 orang kader. Jumlah yang demikian besar ternyata juga dibarengi dengan peranannya yang menonjol, khususnya dalam meningkatkan cakupan
program. Dari data di atas dapat dilihat terjadi jumlah posyandu yang pada masa
1993-2003 karena kebijakan kesehatan yang tidak
mendukung padahal fungsi posyandu di tataran bawah sangat signifikan membantu mengatasi masalah
kesehatan. Menurut Adisasmito (2007), besarnya sumbangan posyandu dalam
meningkatkan cakupan
program dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Jenis Pelayanan
|
Cakupan (%)
|
Balita
Imunisasi
DPT-1
Polio-3
TT-2 Bumil
KB (Pil)
Pemeriksaan Bumil
|
74,0
61,9
60,9
22,4
32,4
11,2
|
Tampak bahwa posyandu mempunyai
kontribusi yang besar pada peningkatan cakupan program, khususnya pada sasaran
populasi bayi. Hal inilah yang menyebabkan UCI ( universal child immunization) dinegeri kita dapat dicapai tiga
bulan lebih cepat (Adisasmito, 2007).
2.
Pondok
Bersalin Desa (Polides)
Pondok
bersalin desa merupakan wujud peran serta masyarakat dalam pemeliharaan
kesehatan ibu dan anak. UKBM ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan
dalam pelayanan KIA, yaitu kesenjangan geografis, kesenjangan informasi,
kesenjangan informasi, dan kesenjangan sosial budaya (Adisasmito, 2007).
Keberadaan
bidan ditiap desa diharapkan mempu mengatasi kesenjangan geografis, sementara
kontrak setiap saat dengan penduduk setempat diharapkan mampu mengurangi
kesenjangan informasi. Polides dioperasionalkan melalui kerja sama antara bidan
dan dukun bayi, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan sosial budaya, sementara
tarif pemeriksaan ibu, anak, dan melahirkan yang ditentukan dalam musyawarah
LKMD diharapkan mampu mengurangi kesenjangan ekonomi (Adisasmito, 2007).
3.
Pos
Obat Desa (POD)
Pos
obat desa merupakan wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan
sederhana. Kegiatan ini dapat dipandang sebagai perluasan kegiatan kuratif
sederhana, melengkapi kegiatan preventif dan promotif yang telah dilaksanakan
di posyandu (Adisasmito, 2007).
Menurut
Adisasmito (2007), dalam implementasinya POD dikembangkan melalui beberapa pola
disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Beberapa pengembangan POD itu
antara lain:
1) POD
yang diintegrasikan dengan dana sehat.
2) POD
yang merupakan bentuk peningkatan posyandu.
3) POD
yang dikaitkan dengan pokdes/polides
4) Pos
obat pondok pesantren (POP), yang dikembangkan di beberapa pondok pesantren.
4.
Dana
Sehat
Menurut
Adisasmito (2007), dana sehat telah dikembangkan pada 27 provinsi meliputi 209
kabupaten/kota. Dalam implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat,
antara lain sebagai berikut:
1) Dana
sehat pola usaha kesehatan sekolah (UKS), dilaksanakan pada 43 kabupaten dan
telah mencakup 12.366 sekolahan.
2) Dana
sehat pola pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) dilaksanakan pada 96
kabupaten.
3) Dana
sehat pola pondok pesantren, dilaksanakan pada 39 kabupaten/kota.
4) Dana
sehat pola koperasi unit desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23 kabupaten,
terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
5) Dana
sehat yang dikembangkan lembaga swadya masyarakat (LSM), dilaksanakan pada 11
kabupaten/kota.
6) Dana
sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir angkutan kota
dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota.
Dana
sehat berpotensi sebagai wahana memandirikan masyarakat, yang pada gilirannya
mampu melestarikan kegiatan UKBM setempat. Oleh karena itu, dana sehat harus
dikembangkan keseluruh wilayah/kelompok, sehingga semua penduduk terliput oleh
dana sehat atau bentuk JPKM lainnya.
5.
Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM)
Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga
swadaya masyarakat (LSM), namun samapi sekarang yang tercatat mempunyai
kegiatan di bidang kesehatan hanya 105 organisasi LSM. Ditinjau dari segi
kesehatan, LSM ini dapat digolongkan menjadi LSM yang salah satunya kegiatannya
bidang kesehatan atau LSM yang aktivitasnya seluruhya kesehtan dari LSM khusus
acara lain,organisasi profesi,organisasi kesehatan,organisasi swadaya
internasional. Menurut Adisasmito (2007), dalam hal ini kebijaksaan yang
ditempuh adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan
peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua tingkatan
2) Membina
kemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap organisasi kemasyarakatan
3) Memberikan
kemampuan,kekuatan,dan kesempatan yang lebih besar kepada organisasi
kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan dengan kemampuan
sendiri.
4) Meningkatkan
kepedulian LSM terhdap upaya pemerataan pelayanan kesehatan
5) Masih
merupakan tugas berat untuk melibatakan semua LSM untuk berpikrah dalam bidng
kesehatan
6.
Upaya
Kesehtan Tradisional
Tanaman obat kelurga (TOGA) adalah
sebidang tanah di halaman atau ladang yang dimanfaatkan untuk menanam tanaman
yang berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan dengan peran serta masyarakat TOGA
merupakan wujud partisipasi mereka dalam bidang peningkatan kesehatan dan
pengobatan sederhana lain untuk menjaga
dan meningkatkan kesehatan dan mengobati gejala (keluhan) dari beberapa
penyakit yang ringan itu, TOGA juga berfungsi ganda mengingat dapat digunakan
untuk memperbaiki gizi masyarakat,upaya pelestarian alam dan memperindah
pemandangan, menambah penghasialn keluarga,serta memperindah tanam dan
pemandangan (Adisasmito, 2007).
7.
Upaya
Kesehatahan Kerja
Upaya
kesehatan kerja menjadi semakin penting pda era industrialisasi sekarang ini.
Pertumbuhan industri yang pesat membuat tenaga kerja formal semakin banyak,yang
biasnya membuat tenaga kerja formal semakin banyak,yang biasanya tetap diringi
oleh maraknya tenaga kerja informal. Salah satu wujus upaya kesehatan kerja
adalah dibentukny Pos Upaya kesehatan kerja (Pos UKK) di sektor informasi dan
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sektor formal (Adisasmito,
2007).
Untuk sektor formal, upaya kesehatan
kerja di rumah sakit justru menunjukkan kemajuan yang berarti. Bekerja sama
dengan Dirjen pelayanan Medik telah dilakukan serangkaian kegiatan termasuk
pelatihan bagi pengelola UKK di rumah sakit. Untuk sektor formal laiinya telah
dilakukan pendekatan dengan Depnaker DAN PT Jamsostek suapaya dalam mengembangkan jaminan pemeliharaan kesehatan
bagi karyawannya dapat lebih ditingkatkan cakupannya (Adisasmito, 2007).
Pos upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK )
bentuk operasional PKMD di lingkungan pekerja merupakan wadah dari serangkaian
upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang terencana,teratur,dan
berkesinambungan yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja atau kelompok
pekerja yang memilih jenis kegiatan usaha yang sama denga bertujuan untuk meningkatakan
produktivits kerja. Dengan demikian, implementsinya selalu mencakup tiga pilar
PKMD, yaitu adanya kerjasama lintas sektor, adanya pelayanan dasar kesehatan
kerja, dana adanya peran serta masyarakat. Jumlah Pos Upaya Kesehatan Kerja
(Pos UKK) samapi dnegan tahun 2003 tercatat sebanyak 9.130 Pos UKK (Profil
Kesehatan 2003) (Adisasmito, 2007).
8.
Upaya
Kesehatan Dasar Swasta
Upaya Kesehatan dasar swasta sampai saat
ini berkembang pesat sekali baik jenis
maupun jumlahnya. Upaya kesehatan dasar swasta ni dilaksanakan baik oleh
perorangan mauoun kelompok dalam masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat
berupa yayasan. Menurut Adisasmito (2007) upaya kesehatan dasar swasta ini
dapat dikelompokkan menjadi:
1) Kelompok
pelayanan swasta dasar di bidang medik,meliputi Balai kesehatan ibu dan Ayah
(BKIA),Balai Pengobatan (BP)Swasta dan rumah Bersalin (RB).
2) Kelompok
berdampak kesehtan,meliputi salon kecantikan,pusat kebugaran,dan sebgaianya.
3) Kelompok
tradisional, meliputi tabib,sinshe,panti pijat,dukun patah tulang,yang
pembinaan teknisnya dilakukan oleh upaya kesehatan tradisional (Ukestra).
9.
Kemitraan
LSM dan Dunia Usaha
Lembaga Swadya Masyarakat (LSM) merupaka
organisasi on pemerintah (Non Governmentl Organization/NGO) yang sebenarnya
mempunyai beberapa potensi yang bisa di gunakan untuk meningkatkan derajat
kesehtan masyarakat,antara lain dalam hal Community development,pemberi
pelayanan himounan dana masyarakat untuk kesehatan (Adisasmito, 2007).
Untuk meningkatkan fungsi LSM, forum
Komunikasi ditingkatkan menjadi jejring LSM yang ternyata berkembang bebebrapa
peminatan. Ada beberapa kelompok peminatan kesehatan, yaitu:
1)
Pembangunan kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD)/Primary Health Care (PHC)
2)
Keluarga
Berencana/Kesehatan ibu dan anak (KB/KIA)
3)
Penyakit menuar seksual
(PMS/AIDS)
4)
Kesehatan anak, remaja,
dan generasi muda
5)
Kesehatan wanita
6)
Pengobatan tradisional
7)
Kesehatan kerja
8)
Kesehatan
lingkungan/air bersih
9)
Penyakit menular
10) Klinik/balai
pengobatan
Forum komunikasi antara LSM dan sektor
kesehatan sebaiknya terus dilakukan, baik di tingkat pusat,provinsi ,maupun
daerah kabupaten/kota. Sementara itu, kemitraan LSM dengan dunia usaha
menunjukkan adanya peningkatan yang besar,contohnya pada progrm Pekan Imunisasi
Nasional. Salah satu contoh kemitraan LSM dengan dunia usaha yang sudh
dikembangkan adalah program penanggulangan wanita rawan kesehatan (Adisasmito,
2007).
10.
Kader
Kesehatan
Kader di Indonesia merupakan sosok insan
yang menarik perhatian khalayak. Kesederhanaannya dan asalnya yang dari
masyarakat setempat,telah membuat kader begitu dekat dengan masyarakat.
Keberadaannya yang selalu dekat dengan masyarakat membuat alih pengetahuan dan
oleh keterampilan dari kader kepada tetangganya demikian mudah. Kedekatannya
dengan petugas puskesmas telah membuat mereka menjadi penghubung yang andal
antara petugas kesehatan dengan masyarakat. Profil kader yang paling dikenal
adalah kader posyandu Melejitnya jumlah dan peran posyandu dalam keberhasilan
program keluarga berencana dan kesehatan,telah turut mengangkay kepopuleran kader
posyandu di Indonesia. Peran PKK (Pembina Kesejahteraan Keluarga) dalam kader
ini sangat besr,karena hampir seluruhnya kader posyandu atau pusat, provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan dan desa/kelurahan,selalu berupaya melakukan penggerakan dan pembinaan
intesnsif terhadap kader PKK yng menjadi tulang punggung kegiatan posyandu
(Adisasmito, 2007).
Salah satu permasalahan yang berkaitan
dengan kader ini dalah tingginya drop out kader. Persentase kader aktif secara
nasional adlah 69,2%,sehingga angka drop out kader sekitar 30,8%.Kader drop out
adalah mekanisme yang alamiah karena pekerjaan yang didasari sukarela tentu
saja secara kesisteman tidak mempunyai ikatan yang kuat. Namun,sikap yang baik
adalah bila kader yang drop out itu pengetahuan dan keterampilannya tidaklah
hilang,tetapi berguna minimal bagi keluarganya dan tetangganya. Jadi,dapat
dikatakan bahwa mereka drop out dari kegiatan berkala di institusi UKBM,tetapi
secara fungsional tetap berkiprah dalam
menolong sesama di bidang keseatan (Adisasmito, 2007).
11.
Bentuk UKBM yang Lain
Menurut Adisasmito (2007), bentuk upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat yang lain adalah sebagai berikut.
1) Satuankarya
Bhkti Husada (SBH) Merupaka bentuk partisipasi generasi muda khususnya pramuka
dalam bidang kesehatan.
2) Upaya
kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD) merupakan wujud peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
3) Pemberantasan
Penyakit menular melalui penekatan Pembangunan Kesehatan Masyaraay Desa
(P2M-PKMD) merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam penganggulangan
penyakit menular yang banyak diderita penduduk setempat.
4) Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan
(DPKL),merupaka wujud peran serta masyarakat dalam program penyediaan air
bersih dan perbaikan lingkungan pemukiman.Melalui kegiatan ini diharapkan
cakupan penyediaan air bersih dan rumah sehat menjadi semakin tinggi.
5) Pos
kesehtah Pondok Pesantren (Poskestren), merupakan wujud partisipasi masyarakat
pondok pesantren dalam bidang kesehtan.Biasanya dalam Poskestren ini muncul
beberapa kegiatan,antara lain Pos obat pondok pesantren (POP),santri husada
(Kader kesehatan di kalanagn santri), pusat informasi kesehatan di pondok
pesantren, dan upaya kesehatan lingkungan di sekitar pondok pesantren.
6) Karang
Werda,meruapak wujud peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan usia
lanjut,misalnya pos pembinaan terpadu lansia (pospindu lansia atau posyandu
usila).
7) Dan
masih banyak lagi bentuk UKBM yang lain.
0 Komentar