Iklan atas - New

Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional


Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional
1.    Indikasi perilaku kepemimpinan transformasional
Gaya kepemimpinan kedua adalah kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional didasarkan pada sikap dan perilaku tertentu yang mendukung perubahan organisasi. Peran seorang pemimpin dalam teori “Leadership Transformational ini yang utama adalah sebagai katalis bagi perubahan yang akan dilaksanakan, artinya pemimpin berperan meningkatkan sumber daya manusia yang ada dan berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja yang tinggi bagi anggota, tetapi tidak bertindak sebagai pengawas perubahan.
Kepemimpinan transformasional berusaha untuk menginspirasi kinerja yang luar biasa. Ada beberapa cara seorang pemimpin transformasional memotivasi karyawannya, yaitu dengan :
§  Mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha,
§  Mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok, dan
§  Meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri,
§  Dan yang penting itu adalah bagaimana keahlian komunikasi dari pemimpin. Bagaimana seorang pimpinan itu mengkomunikasikan bagaimana visi dan misi perusahaan kepada bawahan.
Bass dan Avolio (1994) menemukan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki empat komponen perilaku, yaitu :
a)    Idealized Influence (Pengaruh Idealis)
perilaku seorang pemimpin transformasional yang memiliki keyakinan diri yang kuat. Ia selalu hadir di saat-saat sulit, ia pun memegang teguh nilai-nilai yang ia junjung tinggi. Komitmen yang tinggi selalu mengiringi langkah pemimpin ini. Ia menumbuhkan kebanggaan pada pengikutnya. Ia seorang yang bervisi jelas, dan langkah-langkahnya selalu mempunyai tujuan yang pasti. Di atas segalanya, ia adalah orang yang tekun.

b)   Individualized Consideration (Konsiderasi Individu)
perilaku pemimpin transformasional, di mana ia merenung, berpikir, dan selalu mengidentifikasi kebutuhan para karyawannya. Ia berusaha sekuat tenaga mengenali kemampuan karyawan. Dibangkitkannya semangat belajar pada para karyawannya, tidak itu saja, ia juga memberi kesempatan belajar seluas-luasnya. Ia malahan menjadi pelatih mereka, dan ia selalu mendengar karyawannya dengan penuh perhatian. Ia sadar bahwa ia tidak bisa sendiri, maka ia adalah orang yang berani mendelegasikan wewenangnya. Baginya, karyawan yang diberdayakan adalah kunci kesuksesan sebuah karya.
c)    Inspirational Motivation (Motivasi Inspirasi)
upaya pemimpin transformasional dalam memberikan inspirasi para pengikutnya agar mencapai kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbayangkan. Ditantangnya karyawan mencapai standar yang tinggi. Ia mengajak karyawan untuk memandang ancaman dan masalah sebagai kesempatan belajar dan berprestasi. Oleh karenanya, ia menciptakan budaya untuk berani salah, karena kesalahan itu adalah awal dari pengalaman belajar segala sesuatu. Baginya, kata adalah senjata utamanya. Dengan kata pula ia bangkitkan semangat karyawan. Ia gunakan simbol-simbol dan metafora untuk memotivasi mereka. Pemimpin ini jika bicara selalu antusias, ia seorang yang optimis. Diajaknya para karyawan menemukan makna mendalam dalam bekerja. Agar karyawan mau mengikutinya secara suka rela, ia menempatkan dirinya sebagai tauladan bagi para pengikutnya tersebut.
d)   Intellectual Stimulation (Stimulasi Intelektual)
senjata pemimpin transformasional dalam mengajak karyawan melihat perspektif baru. Imajinasi, dipadu dengan intuisi namun dikawal oleh logika dimanfaatkan oleh pemimpin ini dalam mengajak karyawan berkreasi. Ia seorang yang risau dengan status quo, maka ia tanyakan mengapa organisasi harus tetap dalam keadaan status quo itu. Ia ajak karyawan untuk berani menentang tradisi uang, dan  ia ajak pula karyawan untuk bertanya tentang asumsi lama. Ia menyadari bahwa sering kali kepercayaan tertentu telah menghambat pola berpikir, oleh karenanya, ia ajak karyawannya untuk mempertanyakan, meneliti, mengkaji dan jika perlu mengganti kepercayaan itu.
Menurut Luthans (Safaria, 2004:63), pemimpin transformasional memiliki beberapa karakteristik tertentu, yaitu : 
§  Pemimpin mengidentifikasikan dirinya sendiri sebagai agen perubahan.
§  Pemimpin mendorong keberanian dan pengambilan resiko. 
§  Pemimpin percaya pada orang-orang. 
§  Pemimpin dilandasi oleh nilai-nilai.
§  Pemimpin adalah seorang pembelajar sepanjang hidup (lifelongs learners).
§  Pemimpin memiliki kemampuan untuk mengatasi kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian. 
§  Pemimpin juga adalah seorang pemimpin yang visioner. 
Prinsip-prinsip yang harus diciptakan oleh seorang pemimpin transformasional, yaitu (Erik Rees, 2001) :
  • Simplifikasi, keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama.
  • Motivasi, Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu kita lakukan.
  • Fasilitasi, dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi pembelajaran yang terjadi di dalam organisasi secara kelembagaan, kelompok, atau pun individual.
  • Mobilitasi, yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi dan tujuan.
  • Siap Siaga, yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif.
§  Tekad, yaitu tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas.
2.    Indikasi perilaku kepemimpinan transaksional 
Kepemimpinan transaksional, pemimpin yang memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas. Kepemimpinan transaksional merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang intinya menekankan transaksi di antara pemimpin dan bawahan. Kepemimpinan transaksional memungkinkan pemimpin memotivasi dan mempengaruhi bawahan dengan cara mempertukarkan reward dengan kinerja tertentu. Artinya, dalam sebuah transaksi bawahan dijanjikan untuk diberi reward bila bawahan mampu menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama.
Alasan ini mendorong Burns untuk mendefinisikan kepemimpinan transaksional sebagai bentuk hubungan yang mempertukarkan jabatan atau tugas tertentu jika bawahan mampu menyelesaikan dengan baik tugas tersebut. Jadi, kepemimpinan transaksional menekankan proses hubungan pertukaran yang bernilai ekonomis untuk memenuhi kebutuhan biologis dan psikologis sesuai dengan kontrak yang telah mereka setujui bersama.
Menurut Bass (1985), sejumlah langkah dalam proses transaksional yakni pemimpin transaksional memperkenalkan apa yang diinginkan bawahan dari pekerjaannya dan mencoba memikirkan apa yang akan bawahan peroleh jika hasil kerjanya sesuai dengan transaksi. Pemimpin menjanjikan imbalan bagi usaha yang dicapai, dan pemimpin tanggap terhadap minat pribadi bawahan bila ia merasa puas dengan kinerjanya.
Kepemimpinan Transaksional mendasarkan pada asumsi bahwa kepemimpinan merupakan kontrak sosial antara pemimpin dan para pengikutnya. Pemimpin dan para pengikutnya merupakan pihak-pihak yang independen yang masing-masing mempunyai tujuan, kebutuhan dan kepentingan sendiri. Sering tujuan, kebutuhan dan kepentingan tersebut saling bertentangan sehingga mengarah ke situasi konflik. Misalnya, di perusahaan sering tujuan pemimpin perusahaan dan tujuan karyawan bertentangan sehingga terjadi perselisihan industrial.
Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin mtransaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya.
Dalam teori kepemimpinan ini hubungan antara pemimpin dan para pengikutnya merupakan hubungan transaksi yang sering didahului dengan negosiasi tawar menawar. Jika para pengikut memberikan sesuatu atau melakukan sesuatu untuk pemimpinnya, pemimpin juga akan memberikan sesuatu kepada para pengikutnya.

Posting Komentar

0 Komentar