MAKALAH DASAR-DASAR
ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
CONTROLING
OLEH :
KELOMPOK 4
IRNAWATI KHUSBIN N20116026
APRILIA DWI SAFITRI N20116081
LIA ROZIAH N20116076
IIS LORINA N20116146
VIVIN
VIRDAYANTI N20116216
NURAINI N20116096
AYU PRATIWI N20116126
MOH. SAHRUL N20116166
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSUTAS TADULAKO
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat, rahmat dan
karunianya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah controlling.
Terima kasih
kami ucapkan kepada H.M. Syaiful Bahri, S.E M.M., yang telah memberikan tugas
ini sehingga kami dapat menambah pemahaman kami tentang pengantar manajemen.
Terima kasih pula kami ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu kami
dalam menyusun makalah ini.
Adapun
tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas. Banyak kendala yang
kami alami dalam menyusun makalah ini. Namun, itu semua tidak menyurutkan niat
kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami telah
berupaya menyempurnakan makalah ini, namun seperti kata pepatah, “Tak ada
gading yang tak retak” maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari teman-teman dan orang lain yang sudi meluangkan waktunya untuk
menyimak isi dari makalah ini.
Sekali lagi,
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Kami sangat berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah................................................................................. 1
1.2 Permasalahan................................................................................................. 1
1.3 Maksud Dan
Tujuan Penyusunan Makalah................................................... 2
1.4 Metode
Penyusunan Makalah....................................................................... 3
BAB II PEMBAHASA
2.1 Pengertian
Pengawasan................................................................................. 4
2.2 Tujuan dan
Bidang-Bidang Pengawasan...................................................... 6
2.2.1
Produksi.................................................................................................. 7
2.2.2
Pemasaran............................................................................................... 7
2.2.3
Keuangan................................................................................................ 7
2.2.4
Personalia................................................................................................ 7
2.2.5
Administrasi
(Perkantoran)..................................................................... 8
2.3 Elemen-elemen
Esensial dalam Manajemen Pengawasan............................. 8
2.4 Fungsi
Pengawasan....................................................................................... 10
2.4.1
Pengawasan
Pendahuluan (Feedforward Control’s).............................. 11
2.4.2
Pengawasan
Berjalan (Concurrent Control’s)......................................... 11
2.4.3
Pengawasan
Umpan Balik (Postaction Control’s).................................. 11
2.5 Prinsip-Prinsip
Conroling.............................................................................. 12
2.5.1
Tiik Kontrol
Strategis (Strategic Point Control)..................................... 12
2.5.2
Umpan Balik
(Feedback)........................................................................ 12
2.5.3
Kontrol yang
Fleksibel (Flexible Control).............................................. 12
2.5.4
Kesesuaian
Organisasi (Organizational Suitability)................................ 12
2.5.5
Kontrol Diri
(Self Control)..................................................................... 13
2.5.6
Kontrol
Langsung (Direct Control)........................................................ 13
2.5.7
Faktor
Manusia (Human Factor)............................................................. 13
2.6 Macam dan
Jenis-jenis Pengawasan.............................................................. 13
2.6.1
Menurut
Ruang Lingkupnya................................................................... 13
2.6.2
Menurut
Obyek Pengawasan.................................................................. 14
2.6.3
Menurut
Pihak yang Mengawasi............................................................. 14
2.6.4
Menurut
Waktu....................................................................................... 14
2.7 Pengawasan
merupakan Aspek Penting dalam Manajemen......................... 15
2.8 Asas-asas
Pengawasan.................................................................................. 16
2.9 Sifat dan
Waktu Pengawasan....................................................................... 17
2.9.1
Preventif
Control.................................................................................... 18
2.9.2
Represive Control................................................................................... 19
2.9.3
Pengawasan
yang dilakukan di tengah proses penyimpangan Terjadi.... 19
2.9.4
Pengawasan
berkala................................................................................ 19
2.9.5
Pengawasan
mendadak........................................................................... 19
2.10
Karakteristik sistem pengawasan yang efektif............................................ 20
2.11
Cara-cara Pengawasan yang Baik............................................................... 21
2.12
Langkah-langkah dan Proses Pengawasan.................................................. 22
BAB III :
PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pengawas
atau controller dapat diibaratkan dengan navigator kapal. Navigator kapal yang
sudah terlatih itu membantu kapten kapal. Tanpa seorang navigator, kapal dapat
terkandas pada batu karang atau kehilangan haluan, tetapi hak untuk memberi
komando tetap berada di tangan kapten kapal. Navigator hanya memberi petunjuk
dan memberitahukan kapten, bagaimana posisi kapal yang sedang dikemudikan itu.
Jadi organisasi atau badan usaha juga bisa diibaratkan sebagai kapal, sehingga
peran pengawas (controller) sangat penting dalam maju mundurnya suatu
organisasi atau badan usaha.
Pengawasan
(Controlling) sendiri memiliki arti penemuan, penerapan cara dan alat untuk
menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan
dan mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan adanya manajemen pengawasan
(controlling) dimaksudkan untuk mengawasi kegiatan-kegiatan organisasi agar
pelaksanaan kegiatan tersebut sejalan dengan tujuan yang ditetapkan.
Secara
singkat, dapat dikatakan bahwa fungsi ini berusaha untuk menjamin kegiatan
organisasi bergerak ke arah tujuannya. Dengan adanya fungsi pengawasan, dapat
diketahui apakah pelaksanaan kegiatan berjalan sebagaimana semestinya atau
terjadi kesalahan atau penyimpangan. Jika telah diketahui, tindakan lebih
lanjut dapat dilaksanakan. Kemudian, dapat diusahakan untuk meningkatkannya dan
jika terjadi kesalahan dapat dilakukan perbaikan.
1.2 Permasalahan
Kami sebagai
penulis, memiliki beberapa point-point permasalahan mengenai “Manajemen
Pengawasan (Controlling)” ini, yaitu sebagai berikut :
1)
Apa yang
dimaksud dengan pengawasan ?
2)
Apa saja
tujuan dan bidang-bidang pengawasan ?
3)
Bagaimana
elemen-elemen esensial yang ada di dalam tiap sistem kontrol sendiri ?
4)
Ada berapa
fungsi, tipe, dan proses pengawasan dalam manajemen ?
5)
Bagaimana
menerapkan prinsip-prinsip kontrol yang berguna untuk mengembangkan sistem
kontrol ?
6)
Ada berapa
macam dan jenis-jenis pengawasan jika ditinjau dari setiap segi?
7)
Apakah
pengawasan itu merupakan aspek penting dalam manajemen ?
8)
Apa saja
asas-asas yang menyangkut tentang pengawasan ?
9)
Bagaimana
sifat dan waktu dalam pengawasan ?
10) Bagaimana
karakteristik sistem pengawasan yang lebih efektif ?
11) Bagaimana
cara-cara melakukan pengawasan yang baik ?
12) Bagaimana
langkah-langkah dan proses pengawasan ?
1.3 Maksud dan
Tujuan Penyusunan Makalah
Adapun maksud
dan tujuan kami sebagai penulis dalam membuat makalah ini :
1)
Agar dapat
memahami tentang pengertian dari pengawasan.
2)
Agar
mengetahui tujuan dan bidang-bidang pengawasan.
3)
Agar
mengetahui elemen-elemen esensial yang ada dalam tiap sistem kontrol.
4)
Agar
mengetahui fungsi, tipe dan proses dalam pengawasan.
5)
Agar
mengetahui prinsip-prinsip dalam pengawasan.
6)
Agar bisa
mengetahui macam dan jenis-jenis pengawasan.
7)
Agar
mengetahui bahwa pengawasan itu adalah aspek yang sangat penting.
8)
Agar
mengetahui asas-asas yang terkait dengan pengawasan.
9)
Agar
mengetahui sifat dan waktu dalam pengawasan
10) Agar
mengetahui karakteristik sistem pengawasan yang efektif.
11) Agar
mengetahui cara-cara melakukan pengawasan yang baik.
12) Agar
mengetahui cara-cara dan langkah-langkah dan proses pengawasan.
1.4 Metode
Penyusunan Makalah
Dalam
pembuatan makalah ini, yang berkaitan tentang Manajemen Pengawasan
(Controlling), kami menggunakan metode dengan melihat sumber-sumber seperti
media cetak dan media elektronik, dan sumber-sumber lain yang relefan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
PENGAWASAN (CONTROLLING)
Controling merupakan
salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh seorang controller
(pengawas). Pengawasan dilakukan untuk menemukan dan mengoreksi adanya
penyimpangan-penyimpangan dari hasil yang telah dicapai dibandingkan dengan
rencana kerja yang telah ditetapkan, pada setiap tahap-tahap kegiatan perlu
dilakukan pengawasan. Sebab apabila terjadi penyimpangan akan lebih cepat
melakukan koreksi atau perbaikan.
Seorang
controller ( pengawas ) harus menyelaraskan tingkat jaminan sumber daya dengan
kebutuhan rencana-rencana yang pasti dengan proses mencatat atau dengan
pengendalian perkembangan ke arah tujuan pokok dan sasaran serta metode
pencapaiannya yang memungkinkan seorang pengawas melihat lebih awal adanya
penyimpangan. Oleh karena itu, pengawasan berkaitan erat dengan perencanaan.
Pengawasan (
Controlling ) dapat diartikan secara negatif, positif, dan dalam arti luas.
Dalam arti negatif pengawasan dapat diartikan sebagai tindakan mencari-cari
kesalahan kemudian memberikan sanksi, dan melakukan larangan-larangan. Dalam
arti positif pengawasan ialah tindakan-tindakan agar organisasi atau perusahaan
berjalan terarah, tidak terjadi kesalahan-kesalahan, penyimpangan atau
kebocoran di segala bidang. Sedangkan dalam arti luas, pengawasan adalah
aktifitas controller untuk melakukan pengamatan, penelitian dan penilaian dari
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi atau perusahaan yang sedang atau telah
berjalan untuk mencapain tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun
pengertian pengawasan menurut beberapa pakar ekonomi, antara lain :
a.
Earl P Strong: Pengawasan adalah proses pengaturan berbagai faktor
dalam suatu perusahaan, agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana.
b.
Haroold Koontz: Pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan terhadap
pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk
mencapai tujuan-tujuan perusahaah dapat terselenggara.
c.
C. G. R. Terry: Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan
apa yang harus dicapai yaitu, standar apa yang sedang dijalankan yaitu
pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan,
sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.
d. Schermerhorn, menyatakan
bahwa pengawasan adalah merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan
pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang
diharapkan sesuai dengan kinerja yang teleh ditetapkan tersebut.
e.
Stoner, Freeman dan Gilbert, menyatakan bahwa pengawasan adalah
proses untuk memastikan bahwa segala akifitas yang terlaksana sesuai dengan apa
yang telah direncanakan.
f.
Secara lebih
lengkap, mockler, dalam Stoner, Freeman, dan Gilbert mengemukakan fungsi
pengawasan dalam manajemen adalah upaya sistematis dalam menetapkan standar
kinerja dan berbagai tujuan yang direncanakan, mendesain system informasi umpan
balik, membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan yang telah
ditetapkansebelumnya, menentukan,apakah terdapat penyimpangan dan tingkat
signifikan dari setiap penyimpangan tersebut, danmengambil tindakan yang
diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sumber daya perusahaan dipergunakan
secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.
g. Mockler secara
lengkap menguraikan bahwa pada intinya pengawasan tidak hanya berfungsi untuk
menilai apakah sesuatu itu berjalan ataukah tidak, akan tetapi termasuk
tindakan koreksi yang mungkin diperlukan maupun penentuan sekaligus penyesuaian
standar yang terkait dengan pencapaian tujuan dari waktu ke waktu.
2.2 TUJUAN DAN
BIDANG-BIDANG PENGAWASAN
Griffin
menjelaskan bahwa terdapat empat tujuan dari pengawasan :
1) Adaptasi
Lingkungan, maksudnya adalah agar perusahaan dapat terus
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dilingkungan perusahaan, baik
lingkungan yang bersifat internal maupun lingkungan eksternal.dengan
demikianfungsi pengawasan tidak saja dilakukan untuk memastikan agar kegiatan
perusahaan berjalan sebagaimana rencana yang telah ditetapkan, akan tetapi juga
agar kegiatan yang dijalankan sesuai dengan perubahan lingkungan, karena sangat
memungkinkan perusahaan juga merubah rencana perusahaan disebabkan terjadi
berbagai perubahan dilingkungan yang dihadapi perusahaan.
2) Meminimumkan
Kegagalan, maksudnya adalah ketika perusahaan melakukan
kegiatan produksi, misalnya perusahaan berharap agar kegagalan seminimal
mungkin.oleh karena itu perusahaaan perlu menjalankan fungsi pengawasan agar
kegagalan-kegagalan tersebut dapat diminimumkan.
3) Meminimumkan
Biaya, maksudnya adalah ketika perusahaan mengalami
kegagalan maka akan ada pemborosan yang tidak memberikan keuntungan bagi
perusahaan.maka untuk meminimumkan biaya sangat diperlukan adalah pengawasan.
4) Antisipasi
Kompleksitas Organisasi, maksudnya adalah agar perusahaan
dapat mengantispasi berbagai kegiatan organisasi yang kompleks.kompleksitas
tersebut mulai dari pengelolaan terhadap produk, tenaga kerja hingga berbagai
prosedur yang terkait denganmanajemen organisasi.
Sesuai dengan pengertian pengawasan dalam arti luas, maka pengawasan bertujuan
:
1.
Menemukan
dan menghilangkan kemacetan yang mungkin timbul.
2.
Melakukan
pencegahan dan perbaikan kesalahan yang ada.
3.
Mencegah
penyimpangan
4.
Mengadakan
koreksi apakah hasil sesuai rencana,
5.
Memperoleh
efisiensi dan efektifitas.
6.
Mendidik
pegawai dan mempertebal rasa tanggung jawab.
Dalam
kenyataannya pengawasan tidak hanya dilakukan bagi para pekerja di perusahaan, namun
mencakup hampir semua bidang dalam perusahaan. Secara singkat pengawasan dapat
dilakukan pada bidang :
2.2.1
Produksi
Di bidang
ini pengawasan dimulai saat menerima pesanan dari pembeli, kemudian melakukan
pembelian bahan sampai dengan produk selesai dibuat. Hal ini meliputi pula
pengawasan persediaan barang dan pengawasan kualitas serta kuantitas produk.
2.2.2
Pemasaran
Tugas bagian
ini dimulai saat produk akan dikirim ke pasar atau konsumen. Oleh karena itu
biasanya pengawasan berawal dari sini, tetapi adakalanya bagi perusahaan yang
cukup besar sebelumnya sudah dimulai dengan riset dan mengumpulkan informasi
dari pasar.
2.2.3
Keuangan
Bidang ini
harus ditangani dengan cepat, tepat, dan akurat. Pengolahan dan pengawasan yang
kurang teliti akan berakibat terjerumusnya perusahaan di dalam masalah keuangan
yang bertujuan agar perusahaan dapat menekan biaya-biaya yang digunakan.
2.2.4
Personalia
Bidang ini
merupakan factor penting yang akan ikut menentukan tercapainya tujuan suatu
organisasi sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tugas dari bidang
ini adalah mengatur, membina, menggerakkan, mengarahkan, serta mengembangkan
pegawai agar mampu menyelesaikan tugas-tugasnya secara efektif dan efisien guna
menunjang tercapainya tujuan perusahaan atau organisasi.
2.2.5
Administrasi (Perkantoran)
Bidang ini
merupakan penerapan fungsi manajemen dibidang perkantoran, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan kantor agar tujuan perusahaan
dapat tercapai dan karyawan merasa puas.
2.3 ELEMEN-ELEMEN
ESENSIAL DALAM MANAJEMEN PENGAWASAN
Esensi
kontrol terletak pada pengawasan langkah-langkah yang ada dikaitkan dengan
hasil yang diinginkan yang ditentukan di dalam proses perencanaan.
Elemen-elemen esensial dalam tiap sistem kontrol adalah :
1. Tujuan yang
ditentukan sebelumnya, demikian juga rencana, kebijaksanaan, standar, norma,
aturan keputusan, kriteria, atau tolak ukur.
2. Alat
pengukur untuk kegiatan yang sedang berjalan (bila mungkin secara kuantitatif).
3.
Alat untuk
pembanding kegiatan yang sedang berjalan dengan kriteria.
4.
Beberapa
sarana koreksi atas kegiatan yang sudah berjalan seperti untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
Elemen
pertama dari suatu sistem melibatkan jawaban atas pertanyaan: kira-kira
hasilnya akan bagaimana? Elemen ini menuntut perhatian akan masa yang akan
datang atas apa yang diinginkan dan apa yang diharapkan. Usaha untuk meramalkan
kejadian yang akan datang merupakan dasar untuk menafsirkan kejadian yang
aktual sedang berjalan. Ramalan yang lemah sekalipun, merupakan kerangka kerja
untuk lebih baik memahami pengalaman. Kriteria yang ditentukan sebelumnya dapat
diterapkan dengan bebas. Tujuannya bisa dinilai oleh orang lain, baik atau
tidak baik.
Suatu sistem
kontrol yang berfaedah tidak dinilai dari baiknya tujuan. dia hanya menyajikan
sarana yang mengarahkan aktifitas ke suatu tujuan aktual. Kriteria yang di
tentukan sebelumnya harus dinyatakan secara eksplisit. Maka dari itu,
pernyataan kuantitatif lebih diutamakan. Dalam manajemen produksi, unit-unit
fisik, seperti angkutan per-ton, jarak, unit-unit per jam, kerja mesin, atau
berat limbah per-unit keluaran atau out put, dapat memberikan tolok ukur yang
sederhana dan langsung untuk operasi. Dalam manajemen financial, nilai uang
atau dollar berlaku sebagai pernyataan khusus untuk norma-norma. Seringkali
para manajer financial menggunakan keberhasilan yang lalu sebagai tolok ukur
kasar untuk mengontrol operasi yang berjalan, contohnya, laporan 12 bulan yang
lalu. Asumsinya adalah bahwa prestasi yang lalu tidak terlalu jelek dan bahwa
apabila dapat disamakan atau dilewati, maka perusahaan tidak akan mundur. Para
manajer pemasaran sebaliknya seringkali menggunakan data- data industry sebagai
tolok ukur yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk membandingkan hasil-hasil
penjualannya sendiri. Mereka juga mengembangkan yang didasarkan pada potensi
pasar untuk digunakan sebagai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Elemen kedua
dalam sistem kontrol ialah pengukuran prestasi aktual. Langkah ini pada umumnya
menuntut perhatian khusus dan pengeluaran, karena pencatatan dan
laporan-laporan haruslah disusun untuk menyampaikan informasi dalam bentuk yang
cocok untuk sistem kontrol. Pengukuran-pengukuran prestasi aktual harus dalam
unit sama dengan yang ditentukan kriteria sebelumnya. Pelaporan prestasi aktual
yang benar menaikkan nilai sistem kontrol. Perbaikan- perbaikan dalam
pemprosesan data yang baru ini meningkatkan kecepatan pelaporan data-data
tersebut.
Elemen
ketiga sistem kontrol melibatkan studi pertautan. Teknik tersebut seperti
ratio, kecenderungan, ekuasi matematis, dan peta-peta membantu mengartikan
pengukuran-pengukuran prestasi aktual dengan menunjukan hubungan antara
pengalaman aktual atas kriteria yang ditetapkan terdahulu. Gunanya pembandingan
prestasi yang lalu dengan prestasi yang sudah direncanakan ialah tidak hanya
untuk mengetahui apabila ada kesalahan tetapi juga untuk memungkinkan manajer
meramalkan problem di masa datang. Suatu sistem kontrol yang baik akan
memberikan informasi secepatnya sehingga hambatan-hambatan dapat dicegah.
Elemen
keempat suatu sistem kontrol ialah tahap membuat koreksi. Elemen keempat ini
melibatkan suatu keputusan untuk tidak melakukan kegiatan apapun apabila
prestasi “tidak terkontrol”.
Dua tipe
dasar kekeliruan yang menghinggapi manajer dalam mengambil tindakan korektif
ialah :
1.
Mengambil
tindakan justru ketika tidak diperlukan.
2.
Salah
mengambil langkah justru ketika langkah korektif diperlukan.
Suatu sistem
kontrol yang baik harus memberikan beberapa dasar yang membantu manajer
mengestimasikan resiko-resikonya sehubungan dengan tipe-tipe kekeliruan di
atas. Sudah barang tentu, tes akhir suatu sistem kontrol ialah tindakan
korektifnya jatuh pada waktu yang tepat.
2.4 FUNGSI PENGAWASAN
Fungsi pengawasan dimaksudkan untuk mengawasi kegiatan-kegiatan organisasi agar
pelaksanaan kegiatan tersebut sejalan dengan tujuan yang ditetapkan. Begitu
pula dengan seluruh unsur yang ada didalamnya agar saling mendukung dan bekerja
bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, Secara singkat, dapat
dikatakan bahwa fungsi ini berusaha untuk menjamin kegiatan organisasi bergerak
ke arah tujuannya.
Fungsi pengawasan meliputi beberapa tindakan, antara
lain :
1. Menetapkan standar
prestasi.
2. Mengukur
prestasi yang sedang berjalan dan membandingkannya dengan standar yang telah
ditetapkan.
3. Mengambil
tindakan untuk memperbaiki prestasi yang tidak sesuai dengan standar.
Pengawasan merupakan suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi
dan manajemen tercapai. Pengawasan manajemen adalah usaha sistematik untuk
menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, membandingkan
kegiatan nyata dengan tujuan perencanaan, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyipangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan
efisiensi dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Ada tiga
tipe pengawasan, berdasarkan proses kegiatan yaitu :
2.4.1
Pengawasan Pendahuluan (Feedforward Control’s)
Dirancang untuk mengantisipasi adanya penyimpangan dari standar atau tujuan dan
memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.
2.4.2
Pengawasan Berjalan (Concurrent Control’s)
Pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan Merupakan proses
di mana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu atau syarat
tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan - kegiatan bisa dilanjutkan,
untuk menjadi semacam peralatan "double check" yang telah menjamin
ketepatan pelaksanaan kegiatan.
2.4.3
Pengawasan Umpan Balik (Postaction Control’s)
Pengawasan ini adalah untuk memastikan bahwa output yang dihasilkan sesuai
dengan standar dengan kata lain sebagai pengukur hasil dari suatu kegiatan yang
telah diselesaikan.
Ada beberapa tahap proses pengawasan antara lain :
1.
Penetapan
standard kegiatan
2.
Penentuan
pengukuran kegiatan
3.
Pengukuran
pelaksanaan kegiatan nyata
4. Membandingkan
pelaksanaan kegiatan dengan standard dan penganalisaan
penyimpangan-penyimpangan.
5.
Mengambil
tindakan pengoreksian bila dianggap perlu
2.5 PRINSIP-PRINSIP
KONTROL
Beberapa ide dasar tertentu sangat berguna dalam pengembangan sistem
kontrol. Prinsip-prinsip kontrol terdiri dari :
2.5.1
Titik Kontrol Strategis (Strategic Point Control)
Kontrol
terbaik hanya bisa diperoleh apabila titik-titik kritis, titik kunci, dan titik
batas dapat diidentifisir dan perhatian khusus diarahkan pada penyesuaian
titik-titik tersebut. Usaha mengontrol semua titik cenderung akan menambah
usaha sia-sia saja dan mengurangi perhatian atas problem-problem penting.
Kontrol yang baik tidak berarti kontrol yang maksimum, karena kontrol itu
mahal.
2.5.2
Umpan Balik (Feedback)
Umpan balik
adalah proses penyesuaian kegiatan yang akan datang atas dasar informasi
prestasi. Manajemen banyak menggunakan prinsip umpan balik di bidang-bidang
yang pada permulaan nampaknya tidak berhubungan.
2.5.3
Kontrol yang Fleksibel (Flexible Control)
Setiap
sistem kkontrol harus peka terhadap perubahan kondisi. Seringkali sistem
kontrol menuntut penyesuaian diri dengan perkembangan-perkembangan baru,
termasuk kegagalan dari sistem kontrol itu sendiri.
2.5.4
Kesesuaian Organisasi (Organizational Suitability)
Kontrol harus
terpola untuk keperluan organisasi. Arus informasi mengenai prestasi yang
sedang berjalan harus sesuai dengan struktur organisasi. Untuk dapatnya
mengontrol keseluruhan kegiatan / operasi, seorang atasan harus menemukan suatu
pola yang akan memberikan kontrol terhadap semua bagian.
2.5.5
Kontrol Diri (Self Control)
Unit-unit
dapat direncanakan untuk mengontrol diri sendiri. Apabila suatu department
dapat mempunyai tujuan masing-masing serta system kontrolnya, control yang
mendetail dapat ditangani didalam department itu sendiri.
2.5.6
Kontrol Langsung (Direct Control)
Setiap
sistem kontrol harus didesain untuk memelihara kontak langsung antara
pengontrol dan yang dikontrol. Meskipun telah tersedia sejumlah sistem kontrol
yang dilaksanakan oleh spesialis-spesialis, supervisor pada tingkat pertama
masih diperlukan karena mengenal langsung prestasinya.
2.5.7
Faktor Manusia (Human Factor)
Tiap sistem
kontrol yang menyangkut orang berkaitan dengan cara-cara psikologis bagaimana
orang itu memandang suatu sistem. Suatu sistem kontrol yang disusun dengan
desain rapi kemungkinan akan gagal karena manusianya tidak menguntungkan untuk
sistem itu.
2.6 MACAM DAN
JENIS – JENIS PENGAWASAN
Ada beberapa macam pengawasan ditinjau dari beberapa segi antara lain:
2.6.1. Menurut
Ruang Lingkupnya
1. Pengawasan
Administrasi yaitu pengawasan yang meliputi seluruh aktifitas organisasi atau
perusahaan.
2. Pengawasan
Manajerial yaitu pengawasan yang bersifat khusus yang berlaku hanya untuk suatu
bagian atau unit tertentu saja.
2.6.2. Menurut
Obyek Pengawasan
1. Pengawasan
keuangan
2. Pengawasan
kepegawaian
3. Pengawasan
pemasarann
4. Pengawasan
produksi
5. Pengawasan
kualitas
6. Pengawasan
persediaan
2.6.3 Menurut
Pihak yang Mengawasi
a. Internal
control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat
pengawasan yang ada dalam organisasi atau perusahaan itu sendiri.
b. External
control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat
pengawasan dari luar organisasi atau perusahaan.
c. Direct
Control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan yang
bersangkutan ( pengawasan langsung ).
d. Indirect
Control, yaitu pengawasan yang dilakukan bukan oleh atasan
langsung, misalnya pengawasan oleh kepala biro, atau kepala bagian ( pengawasan
tidak langsung).
e. Formal
Control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat (
sosial control),misalnya oleh berbagai media.
2.6.4 Menurut
Waktu
a. Preventif
Control, yaitu pengawasan yang bersifat pencegahan sebelum
terjadinya kesalahan atau penyimpangan.
b.Reprensif
Control, yaitu pengawasan setelah terjadinya penyimpangan atau kesalahan.
Selain macam pengawasan di atas, ada beberapa jenis dari pengawasan,
diantaranya :
a)
Pengawasan
Kemudi (Steering Control) atau disebut pula pengawasan umpan maju (feed
forward control), pengawasan ini dirancang untuk mendeteksi adanya
penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan dan memperbolehkan mengambil
tindakan koreksi sebelum kegiatan selesai dikerjakan.
b)
Pengawasan
Skrening (Screening Control), bisa disebut pengawasan ya atau tidak (yes
or no control). Tipe pengawasan ini merupakan proses yang terlebih dahulu
menyetujui aspek tertentu dari sebuah prosedur, atau syarat tertentu harus
dipenuhi dulu sebelum kegiatan dilanjutkan. Disini segi keamanan merupakan
faktor kunci dan bahkan dapat memberikan keamanan ekstra kepada manajer.
c)
Pengawasan
Purnakarya (Post Action Control) atau disebut pengawasan umpan balik (Feed
Back Control), jenis pengawasan ini mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan
yang telah diselesaikan.
2.7 PENGAWASAN
MERUPAKAN ASPEK PENTING DALAM MANAJEMEN
Dalam hal ini, terdapat beberapa alasan akan pentingnya pengawasan di dalam
setiap organisasi :
a. Adanya
perubahan di lingkungan organisasi
Menyebabkan fungsi
pengawasan harus dilaksanakan agar dampak dari perubahan-perubahan tersebut
segera dapat dideteksi sehingga manajemen akan mampu menghadapi tantangan dan
peluang yang disebabkan oleh perubahan itu. Misalnya timbulnya perubahan
teknologi, adanya pesaing-pesaing baru yang muncul.
b. Organisasi
menjadi semakin kompleks
Pada umumnya
organisasi saat ini cenderung bercorak desentralisasi, maka kegiatan perusahaan
menjadi terpisah-pisah secara geografis, lebih luas dan kompleks. Demikian juga
jika banyak dipakai penyalur dalam penjualan produk, maka untuk menjaga
kualitas dan profitabilitas, perlu system pengawasan yang lebih teliti.
c.
Timbulnya kesalahan-kesalahan dalam bekerja
Untuk mendeteksi adanya kesalahan yang mungkin diperbuat oleh pelaku organisasi,
maka digunakan fungsi pengawasan, semakin jarang pekerja melakukan kesalahan,
semakin sederhana manajemen melakukan fungsi pengawasan.
d.
Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang
Mengimplementasikan sistem pengawasan merupakan cara yang tepat untuk
memeriksa pelaksanaan tugas-tugas pekerja yang telah didelegasikan. Namun
demikian, manajer harus dapat menjaga keseimbangan antara pengawasan dengan
kebebasan pribadi dari pekerja supaya tidak mematikan kreatifitas.
2.8
ASAS – ASAS PENGAWASAN
Harold Kontz dan Cyril O Donnel menetapkan asas pengawasan
sebagai berikut:
1.
Asas
tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective). Pengawasan
harus ditujukan ke arah tercapainya tujuan, yaitu dengan mengadakan perbaikan
(koreksi) untuk menghindarkan penyimpangan-penyimpangan / deviasi dari
perencanaan.
2.
Asas
efisiensi dan pengawasan (Principle of efficiency and control).
Pengawasan itu efisien bila dapat menghindarkan deviasi dari perencanaan,
sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain di luar dugaan.
3.
Asas
tanggung jawab pengawasan (Principle of control responsibility).
Pengawasan hanya dapat dilaksanakan apabila manajer bertanggungjawab penuh
terhadap pelaksanaan rencana.
4.
Asas
pengawasan terhadap masa depan (Principle of future control). Pengawasan
yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan penyimpangan perencanan yang
akan terjadi baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang.
5.
Asas
pengawasan langsung (Principle of direct control). Teknik kontrol yang
paling efektif ialah mengusahakan adanya manajer yang berkualitas baik.
Pengawasan itu dilakukan manajer atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat
salah. Cara yang paling tepat demi pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan
ialah mengusahakan agar petugas memiliki kualitas yang baik.
6.
Asas
refleksi perencanaan (Principle of replection of plans). Pengawasan
harus disusun dengan baik, sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan
perencanaan.
7.
Asas
penyesuaian dengan organisasi (Principle of organizational suitability).
Pengawasan harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Manajer dan
bawahannya merupakan sarana untuk melaksanakan rencana. Dengan demikian
pengawasan yang efektif harus disesuaikan dengan besarnya wewenang manajer,
sehingga mencerminkan struktur organisasi.
8.
Asas
pengawasan individual (Principle of individuality of control).
Pengawasan dan teknik pengawasan harus sesuai dengan kebutuhan manajer, teknik
kontrol harus ditujukan terhadap kebutuhan-kebutuhan akan informasi setiap
manajer, ruang lingkup informasi yang dibutuhkan itu berbeda satu sama lain,
tergantung tingkat dan tugas manajer.
9.
Asas standar
(Principle of standard). Kontrol yang efektif dan efisien memerlukan
standar yang tepat, yang berguna sebagai tolok ukur pelaksanaan dan tujuan yang
akan dicapai.
10. Asas
pengawasan terhadap strategis (Principle of strategic point control).
Pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan
terhadap faktor- faktor yang strategis dalam perusahaan.
11. Asas
kekecualian (The exception principle). Efisiensi dalam kontrol
membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor kekecualian.
Kekecualian ini dapat terjadi dalam keadaan tertentu ketika situasi
berubah atau tidak sama.
12. Asas
pengendalian pleksibel (Principle of flexibility of control). Pengawasan
harus luwes untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan rencana.
13. Asas
Peninjauan Kembali (Principle of review). Sistem kontrol harus ditinjau
berkali-kali, agar sistem yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
14. Asas
tindakan (Principle of action). Pengawasan dapat dilakukan apabila ada
ukuran-ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi,
staffing dan directing.
2.9
SIFAT DAN WAKTU PENGAWASAN.
Sifat dan waktu pengawasan/ control dibedakan atas :
2.9.1
Preventif Control
Pengawasan
yang dilakukan sebelum kegiatan dikerjakan dengan maksud supaya tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa
cara, yaitu :
a.
Membuat
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan tata cara suatu kegiatan atau
dibuat tata tertib.
b.
Membuat
pedoman – pedoman kerja.
c.
Menetapkan
sanksi – sanksi terhadap pembuat kesalahan.
d.
Menentukan
kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab.
e.
Mengorganisasikan
segala macam kegiatan.
f.
Menentukan
system koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.
2.9.2
Represive Control
Pengawasan
yang dilakukan setelah terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan, agar
tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga sasaran dapat tercapai. Hal ini
bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a.
Membandingkan
antara hasil-hasil kegiatan dengan rencana yang telah ditentukan.
b.
Mencari
penyebab-penyebab terjadinya penyimpangan dan mencari solusinya.
c.
Memberikan
penilaian terhadap hasil kegiatan, termasuk kegiatan para penanggungjawabnya.
d.
Melaksanakan
sanksi yang telah ditentukan terhadap pembuat kesalahan.
e.
Menilai
kembali prosedur-prosedur yang telah ditentukan.
f.
Mengecek
kebenaran laporan yang dibuat para petugas pelaksana.
2.9.3
Pengawasan yang dilakukan di tengah proses
penyimpangan terjadi.
Pengawasan
ini dilakukan di tengah proses penyimpangan yang terjadi untuk menghindarkan
kegagalan pelaksanaan rencana.
2.9.4
Pengawasan berkala
Pengawasan
berkala yaitu pengawasan yang dilakukan secara berkala sebulan sekali atau satu
kuartal sekali atau satu tahun sekali.
2.9.5
Pengawasan mendadak
Pengawasan
mendadak ialah pengawasan yang dilakukan secara mendadak tanpa ada
pemberitahuan terlebih
dahulu.
2.10 KARAKTERISTIK
SISTEM PENGAWASAN YANG EFEKTIF
1)
Akurat ; setiap data harus akurat, jika tidak mengakibatkan
organisasi tidak tepat dalam mengambil keputusan untuk mengoreksi suatu
penyimpangan.
2)
Tepat waktu ; informasi segera dikumpulkan, diarahkan dan
dievaluasi jika hendak diambil tindakan yang tepat pada waktunya untuk
perbaikan.
3)
Obyektif dan Komprehensif ; informasi dalam sistem pengawasan
harus dapat dipahami dan dianggap obyektif oleh individu yang menggunakannya.
4)
Dipusatkan pada titik pengawasan strategis ; sistem
pengawasan sebaiknya dipusatkan pada daerah yang paling banyak kemungkinan akan
terjadi penyimpangan dari standar.
5)
Ekonomis ; biaya untuk implementasi sistem sebaiknya lebih
kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari sistem itu.
6)
Fleksibel ; sistem harus fleksibel agar organisasi lebih mudah
bertindak untuk mengatasi perubahan yang kurang menguntungkan atau memanfaatkan
kesempatan-kesempatan baru.
7)
Dapat diterima oleh seluruh anggota organisasi ; idealnya
jika sistem tersebut dapat menghasilkan prestasi yang tinggi diantara para
anggota organisasi dengan membangkitkan perasaan bahwa mereka memiliki otonomi,
tanggung jawab dan kesempatan untuk mencapai tujuan.
8)
Dapat diorganisasikan dengan arus pekerjaan organisasi. Hal ini
disebabkan oleh:
Ø Setiap
langkah dalam proses pekerjaan dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
seluruh operasi.
Ø Informasi
pengawasan harus sampai kepada orang yang memerlukannya.
2.11 CARA – CARA
PENGAWASAN YANG BAIK
1.
Pengawasan
harus mendukung sifat atau kebutuhan dari kegiatan. Untuk masing-masing
kegiatan cara pengawasannya pun berbeda – beda, antara organisasi kecil dan
besar juga berbeda.
2.
Pengawasan
harus segera melaporkan setiap ada penyimpangan, jika ada penyimpangan yang
terlambat diatasi maka hal itu akan menjadi parah dan memperumit tindakan
korektif yang akan dilakukan.
3.
Pengawasan
harus berorientasi jauh ke depan. Manajemen perlu membuat perkiraan situasi
yang mungkin akan terjadi pada organisasi di masa depan.
4.
Pengawasan
harus akurat dan obyektif. Agar pengawasan menjadi obyektif, maka mutlak
diperlukan suatu ukuran sebagi pedoman pelaksanaannya.
5.
Pengawasan
harus fleksibel. Dalam melakukan pengawasan, perlu dicari alternatif-alternatif
rencana untuk situasi yang memungkinkan.
6.
Pengawasan
harus serasi dengan pola organisasi. Jika satu bagian membuat kekeliruan, maka
hal itu harus diatasi bersama- sama dengan kegiatan lain yang merupakan satu
kesatuan organisasi.
2.12 Langkah-langkah
dan Proses Pengawasan
1)
Menetapkan standard
and metode untuk mengukur prestasi. Misalkan beberapa target yang harus
dicapai/ beberapa jumlah produksi yang harus dicapai.
2)
Mengukur
prestasi kerja, hal ini merupakan proses yang berkesinambungan dan berulang-ulang
yang frekuensinya tergantung pada jenis aktiitasnya, sebaiknya dilakukan dengan
segera agar waktunya tidak terlalu panjang.
3)
Menentukan
apakah prestasi kerja memenuhi standar
4)
Merupakan
kelanjutan dari kedua langkah terdahulu yaitu membandingkan antara langkah
pertama dan langkah kedua.
5)
Mengambil
tindakan korektif, apabila tidak ada penyimpangan pada langkah pertama dan
kedua maka manajemen tidak perlu melakukan tindakan apa-apa. Tapi jika
sebaliknya, maka manajemen perlu melakukan tindakan korektif. Tindakan ini
dapat berupa perubahan aktifitas organisasi atau pada standar kerja yang telah
ditetapkan semula.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang telanh dirangkum dari bagian awal sampai akhir :
1.
Controling merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus
dilaksanakan oleh seorang controller ( pengawas).
2.
Pengawasan
memiliki tujuan untuk menemukan kemacetan, mencegah penyimpangan, melakukan
koreksi,memperoleh efisiensi dan efektifitas, dan mempertebal rasa tanggung
jawab dan dapat dilakukan pada bidang produksi, pemasaran, keuangan,
personalia, dan administrasi.
3.
Elemen-elemen
esensial dalam sistem kontrol adalah sebagai alat ukur, pembanding, dan sarana
koreksi kegiatan yang sedang berjalan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
4.
Fungsi
pengawasan dimaksudkan untuk mengawasi kegiatan-kegiatan organisasi agar
pelaksanaan kegiatan tersebut sejalan dengan tujuan yang ditetapkan.dan
meemiliki tiga tipe pengawasan berdasarkan proses kegiatan, yaitu ada tipe
pengawasan pendahuluan, pengawasan berjalan, dan pengawasan umpan balik.
5.
Prinsip-prinsip
kontrol terdiri dari titik Kontrol Strategis (Strategic Point Control),
Umpan Balik (Feedback), Kontrol yang Fleksibel (Flexible Control),
Kesesuaian Organisasi (Organizational Suitability), Kontrol Diri (SelfControl),
Kontrol Langsung (Direct Control), Faktor Manusia (Human Factor).
6.
Menurut
tinjauan dari beberapa segi, ada beberapa macam dan jenis pengawasan, yaitu
menurut ruang lingkupnya, obyek pengawasan, pihak yang mengawasi, dan waktu.
7.
Pengawasan
merupakan aspek penting dalam manajemen karena jika adanya perubahan di
lingkungan organisasi, jika organisasi semakin kompleks, jika timbulnya
kesalahan-kesalahan dalam bekerja, manajemen akan mampu menghadapi semua
tantangan tersebut dan kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenangnya.
8.
Harold Kontz
dan Cryil O Donnell menetapkan asas pengawasan menjadi beberapa asas,
diantaranya Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective),
Asas efisiensi dan pengawasan (Principle of efficiency and control),
Asas tanggung jawab pengawasan (Principle of control responsibility),
Asas pengawasan terhadap masa depan (Principle of future control), Asas
pengawasan langsung (Principle of direct control), Asas refleksi
perencanaan (Principle of reflection of plans), Asas penyesuaian dengan
organisasi (Principle of organizational suitability), Asas pengawasan
individual (Princple of individuality of control), Asas standar (Principle
of standard),Asas pengawasan terhadap strategis (Principle of strategic
point control), Asas kekecualian (The exception principle), Asas
pengawasan fleksibel (Principle of flexibility of control), Asas
peninjauan kembali (Principle of review), Asas tindakan (Principle of
action).
9.
Sifat dan
waktu pengawasan (control) dibedakan atas preventive control, represive
control, pengawasan yang dilakukan tengah proses penyimpangan terjadi,
pengendalian berkala, dan pengendalian mendadak.
10. Karakteristik
pengawasan yang efektif yaitu, akurat, tepat waktu, obyektif dan komprehensif,
dipusatkan pada titik pengawasan strategis, ekonomis, fleksibel, dapat diterima
oleh seluruh anggota organisasi, dapat diorganisasikan dengan arus pekerjaan
organisasi.
11. Cara-cara
pengawasan yang baik itu, diantaranya pengawasan harus mendukung sifat atau
kebutuhan dari kegiatan, harus segera melaporkan setiap ada penyimpangan, harus
berorientasi jauh kedepan, harus akurat dan obyektif, harus fleksibel, harus
serasi dengan pola organisasi.
12. Langkah-langkah
dan proses pengawasan terdiri dari, menetapkan standard and metode untuk
mengukur prestasi, mengukur prestasi kerja, menentukan apakah prestasi kerja
memenuhi standar, mengambil tindakan korektif.
DAFTAR
PUSTAKA
T. Hani Handoko, 2003, Manajemen Edisi 2.
Yogyakarta, BPFE - YOGYAKARTA .
Sule, Ernie Tisnawati, dkk. 2005. Pengantar Manajemen.
Jakarta: Kencana Penada Media Group
0 Komentar