Pengelolaan permukiman,
penyediaan sarana pengolahan buangan air limbah domestik merupakan salah satu
aspek yang diperhitungkan. Sistem pembuangan air limbah yang umum digunakan masyarakat
yakni air limbah yang berasal dari toilet dialirkan ke dalam tangki septik dan
air limpasan dari tangki septik diresapkan ke dalam tanah atau dibuang ke
saluran umum. Sedangkan air limbah non toilet yakni yang berasal dari mandi,
cuci serta buangan dapur dibuang langsung ke saluran umum (Wardiha, prihandono,
2015).
Kota Denpasar pada tahun 2010 memiliki
penduduk 4763 jiwa/km dimana terdapat 6831 KK (35,86%) di seluruh kota tidak
memiliki jamban, sedangkan berdasarkan survey di 19 lokasi permukiman kumuh
diketahui 57,1% tidak memiliki jamban dengan leher angsa dan 57,1% tidak
memiliki tangki septik untuk pengolahan air limbah tinja Studi yang dilakukan
terhadap masyarakat yang bermukim di pinggiran kali memperlihatkan bahwa 72,4%
KK tidak memiliki tangki septik maupun sambungan rumah untuk sewerage system
kota Denpasar Hal ini menunjukkan bahwa lokasi permukiman yang semakin beresiko
untuk tidak memiliki tangki septik atau sarana pengolahan limbah lainnya memang
terbukti dengan sedikitnya persentase kepemilikan sarana tersebut (Wardiha,
prihandono, 2015).
Tangki septik yang umum
digunakan di masyarakat adalah tangki septik konvensional. Namun penggunaan
tangki septik ini masih belum optimal disebabkan karena efisiensi pengolahan
baru mencapai 65% sehingga menyebabkan hanya 22,5% total polutan organik yang
dapat diolah. Selain itu efisiensi yang rendah menyebabkan terjadi penumpukan
lumpur dengan cepat sehingga mengurangi masa layan dari tangki septik tersebut
(Wardiha, prihandono, 2015).
Implikasinya adalah terjadinya
kasus peyakit karena pencemaran air (water born disease), bahwa pada tahun 2008
sekitar 2,71% penduduk terjangkit penyakit diare dan 0,53% penderita diare
adalah balita, dan berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Batam, bahwa pada
tahun 2009 terjadi peningkatan kasus diare sekitar 34,67% dari tahun sebelumnya
(Wardiha, prihandono, 2015).
0 Komentar