Epidemiologi Penyakit Menular
New Emergieng Disease (Ebola)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
New
Emerging Disease termaksud wabah penyakit menular yang tidak diketahui
sebelumnya atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam
dua dekade terakhir. Ada beberapa faktor yang menyebabkan permasalahan ini
selalu muncul hampir disetiap tahunnya, yaitu evolusi dari microbial agent
dengan hewan perantara (zoonotic
encounter), perubahan iklim dan lingkungan, perubahan perilaku perilaku
manusia seperti penggunaan pepsida, penggunaan obat antimikrobial yang bisa
menyebabkan resistensi dan penurunaan penggunaan vaksin.
Perkembangan
industri dan ekonomi, perpindahan penduduk secara massal yang membawa serta
wabah penyakit tertentu (travel disease), dan perang seperti ancaman penggunaan
bioterorisme atau senjata biologis juga dapat mempengaruhi kemunculan dari
kasus-kasus tersebut. Oleh karena iu dibutuhkan penanganan dan pemantauan di
bidang kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan sebagai deteksi dini dan
penatalaksanaan penyakit emerging.
Di
tengah munculnya New emergieng disease Ebola
penyakit infeksi tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di
seluruh dunia. Penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian.
Khususnya pada anak-anak, insidens penyakit infeksi meningkat pada usia 1-5
tahun. Di indonesia sendiri, berdasarkan data SUSENAS tahun 2005, 28% kematian
anak masih disebabkan oleh ISPA yakni infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Data SKRT 2001 juga menyebutkan bahwa 23% penyebab kematian balita indonesia
disebabkan oleh ISPA yakni penyakit infeksi
pneumokokus.
B.
Rumusan
Masalah
Terkait
dengan latar belakang di atas maka dirumuskan beberapa permasalahan.
Permasalahan tersebut antara lain belum diketahuinya gambaran kejadian
pneumonia pada balita 10-59 bulan yang dirawat inap di RSUP persahabatan serta
berhubungan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian`
1. Bagaimana
gambaran kejadian New-Emerging disease (Ebola).
2. Bagaimana
New-emerging disease (Ebola) berdasarkan orang, tempat dan waktu.
3. Bagaimana
riwayat alamiah penyakit.
4. Bagaimana
rantai penularan.
5. Bagaimana
upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD31).
C.
Tujuan
Mengetahui gambaran kejadian
New-Emerging disease (Ebola). Dapat mengetahui beberapa faktor-faktor kejadian
New-Emerging disease (Ebola).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Ebola
adalah sejenis virus ddari genus ebolavirus, familia filoviridas, dan juga nama
dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Penyakit ebola sangat
mematikan. Gejala-gejalanya antara lain muntah, diare, sakit badan, pendarahan
dalam dan luar, dan demam. Tingkat kematian berkisar antara 50% sampai 90%.
Asal katanya adalah dari sungi ebola di kongo. Penyakit ebola dapat ditularkan
lewat kontak langsung dengan cairan tubuh atau kulit. Masa inkubasinya dari 2
sampai 21 hari umumnya antara 5sampai 10 hari. Saat ini telah dikembangkan
vaksin untuk ebola yang 100% efektif dalam monyet namun vaksin untuk manusia
mulai terjangkit virus ini sampai menemui ajalnya sekitar 1 minggu karena
saking ganasnya virus ini.
Virus
ini masih berada di daratan afrika dan kabarnya juga telah sampai ke filipiina,
suatu ketika negeri eropa melakukan pengimporan kera dari kongo, ketika
mengetahui virus ini akhirnya seluruh kera ini dimusnahkan agar tidak menyebar
kemana-mana dan sampai saat ini belum di temukan vaksin yang dapat menyembuhkan
penyakit ini. Transmisi anar manusia terjadi akibat kontak langsung dengan
cairan tubuh yang berasal dari diare, muntah dan pendarahan, kulit atau membran
mukosa, periode inkubasi virus berlangsung selama 2 sampai 21 hari. Kejadian
epidemik ebola banyak terjadi pada rumah sakit yang tidak menerapkaan higiene
yang ketat infektivita virus ebola cukup stabil pada suhu kamar(20)
tetapi hancur dalm 20 menit pada 60 derajat infeksitas juga dihancurkan oleh
dan iradiasi ultraviolet,pelarut lemak, dan dsinfektan fenolik.
Ebola
merupakan salah satu kasus emerging zoonosis yang paling menyita perhatian
publik karena kemunculannya yang sering dan memiliki angka mortalitas yang
tinggi pada manusia. Penyebaran virus ebola dalam skala global masih terbatas.
Hal ini berkaitan dengan transmisinya yang tidak melalui udara dan juga jarak
waktu yang diperlukan virus ebola untuk menginfeksinya satu individu ke
individu lainnya.
B.
Epidemiologi
Penyakit Berdasarkan Orang, Tempat Dan Waktu
Virus
Ebola masuk ke dalam tubuh manusia melalui kontak langsung dari darah, sekret
tubuh, organ atau cairan tubuh lainnya dari individu yang terinfeksi. Di
Afrika, pada upacara kremasi dari penderita yang terinfeksi virus Ebola yang
kemudian terkontak dengan individu yang sehat bisa menyebabkan terjadinya
penularan virus ini. Transmisi virus dari hewan ke manusia juga dapat terjadi
saat manusia berkontak dengan jaringan dan cairan tubuh dari hewan yang
terinfeksi. Proteksi terhadap tenaga kesehatan yang menangani penderita Ebola
juga sangat penting. Walaupun virus Ebola tidak ditularkan melalui udara,
penularan lewat droplet bisa terjadi di laboratorium.
C.
Riwayat
Alamiah
Patogenesis Efek akhir dari infeksi
virus Ebola ialah syok yang disebabkan oleh beberapa proses yang memengaruhi
satu sama lainnya, yaitu: replikasi virus sistemik, supresi sistem imun,
peningkatan permeabilitas pembuluh darah, dan koagulopati (Gambar 1). Infeksi
pada sel target utama seperti monosit/makrofag dan sel dendritik menghasilkan
penyebaran sistemik dari virus dan aktivasi diferensiasi sel. Monosit/makrofag
yang teraktivasi akan menghasilkan sitokin proinflamasi dan tissue factors,
sedangkan aktivasi sel dendritik yang terganggu menyebabkan rendahnya
perlindungan respon imun. Meskipun virus tidak menginvasi limfosit dan sel
natural killer (NK), apostosis ekstensif dari sel-sel sekitarnya dapat terjadi.
Sel endotelial kemudian diaktivasi oleh sitokin proinflamasi dan partikel virus
yang menyebabkan permeabilitas meningkat. Tissue factors yang dihasilkan oleh
monosit/makrofag menginduksi koagulopati dan juga dapat meningkatkan
inflamasi.5 Gejala dan tanda klinis Onset penyakit ini setelah terjadi inkubasi
ialah 2-21 hari. Gejala klinis dapat dibagi dalam 4 fase, yaitu:
1. Fase
A: Influenza like syndrome. Terjadi gejala atau tanda nonspesifik seperti panas
tinggi, sakit kepala, artralgia, mialgia, nyeri tenggorokan, lemah badan, dan
malaise.
2. Fase
B: Bersifat akut (hari ke 1-6). Terjadi demam persisten yang tidak berespon
terhadap obat anti malaria atau antibiotik, sakit kepala, lemah badan yang
terus menerus, dan diikuti oleh diare, nyeri perut, anoreksia, dan muntah.
3. Fase
C: Pseudo-remisi (hari ke 7-8). Selama periode ini penderita merasa sehat
dengan konsumsi makanan yang baik. Sebagian penderita dapat sembuh dalam
periode ini dan selamat dari penyakit.
4.
Fase
D: Terjadi agregasi (hari ke 9). Pada beberapa kasus terjadi penurunan kondisi
kesehatan yang drastis diikuti oleh gangguan respirasi; dapat terjadi gangguan
hemostasis berupa perdarahan pada kulit (petekia) serta gangguan
neuropsikiatrik seperti delirium, koma, gangguan kardiovaskular, dan syok
hipovolemik.
Gambar 1. Patogenesis infeksi virus
Ebola. Hasil akhir infeksi virus Ebola berat ialah syok yang disebabkan oleh
beberapa proses yang saling memengaruhi: replikasi virus sistemik, supresi
sistem imun, peningkatan permeabilitas vaskular, dan koagulopati. Infeksi
primer dari sel target seperti monosit/makrofag dan sel dendritik menghasilkan
penyebaran sistemik dari virus dan aktivasi diferensiasi sel. Monosit/makrofag
diaktifkan untuk memroduksi sitokin proinflamasi dan tissue factors, sedangkan
sel dendritik teraktivasi yang rusak memperburuk respon imun protektif.
Meskipun virus tidak menginfeksi limfosit dan sel natural killer (NK),
apoptosis terjadi pada semua tipe sel. Sel endotel kemudian diaktivasi oleh
sitokin proinflamasi dan partikel virus yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas. Pelepasan tissue factors dalam monosit/makrofag merangsang
koagulopati, yang juga mengakibatkan peningkatan inflamasi
D.
Rantai
Penularan
Ada
beberapa cara penularan virus ebola, sebagai berikut:
a.
Melalui
kontak langsung dengan darah
b.
Melalui
cairan tubuh atau keringat
c.
Melalui
jaringan yang terinfeksi
d.
Melalui
sperma
e.
Melalui
air liur, dll
Penularan virus
ebola terjadi karena kontak dengan penderita dan hewan mati yang terjangkit
virus ebola, seperti monyet, gorila, kelelawar dan lain-lain. Virus ebola dapat
ditularkan melalui keringat, terutama jika kulit terluka. Selain itu virus
ebola juga dapat menular ke manusia saat menanganai mayat pasien ebola.
Untuk laki-laki
yang telah sembuh dari penyakit ebola masih bisa menularkan virus melalui
sperma sampai tujuh minggu setelah sembuh dari sakit. Untuk petugas kesehatan
sering terinfeksi saat merawat pasien penderita ebola. Hal ini dapat terjadi
jika kontak langsung sangat dekat ketika melakukan perawatan kepada pasien
ebola
E.
Upaya
pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi(PD31)
Penyebab penyakit ebola adalah karena terkontaminasi
oleh hewan yang terinfeksi hewan virus ebola dan penyebarannya melalui kontak
langsung dengan penderita. Untuk menghindari hal tersebut, berikut
langkah-langkah pencegahan virus ebola:
a.
Mencari
tahu mengenai virus ebola secara dini
b.
Ketika
anggota keluarga atau orang disekitar telah diduga terinfeksi virus ebola
sebaiknya segera dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
c.
Usahakan
untuk tidak melakukan kontak langsung dengan penderita ebola.
d.
Menggunakan
pelindung secara maksimal saat berada disekitar orang-orang yang terkena virus
ebola
e.
Memasak
daging hingga benar-benar matang sebelum dikonsumsi
f.
Selalu
mencuci tangan dengan bersih,terutama setelah melakukan kontak langsung dengan
penderita.
g.
Tidak
berkunjung di negara atau tempat yang beresiko menularkan ebola.
Sampai saat ini
belum ada vaksin yang tersedia untuk penggunaan klinis. Ebola memerlukan lebih
intensif karena pasien ebola sering dehidrasi. Tidak ada pengobatan khusus yang
tersedia untuk saat ini, sebagai terapi obat baru masih dievaluasi dan
membutuhkan cairan melalui pembuluh darah. Oleh karena itu, saat ini
orang-orang yang terinfeksi ebola tidak lama bertahan, karena terapi untuk
virus ebola belum tersedia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ebola
adalah sejenis virus ddari genus ebolavirus, familia filoviridas, dan juga nama
dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Penyakit ebola sangat
mematikan. Gejala-gejalanya antara lain muntah, diare, sakit badan, pendarahan
dalam dan luar, dan demam. Tingkat kematian berkisar antara 50% sampai 90%.
2. Gejala
klinis dapat dibagi dalam 4 fase, yaitu:
a. Fase
A: Influenza like syndrome. Terjadi gejala atau tanda nonspesifik seperti panas
tinggi, sakit kepala, artralgia, mialgia, nyeri tenggorokan, lemah badan, dan
malaise.
b. Fase
B: Bersifat akut (hari ke 1-6). Terjadi demam persisten yang tidak berespon
terhadap obat anti malaria atau antibiotik, sakit kepala, lemah badan yang
terus menerus, dan diikuti oleh diare, nyeri perut, anoreksia, dan muntah.
c. Fase
C: Pseudo-remisi (hari ke 7-8). Selama periode ini penderita merasa sehat dengan
konsumsi makanan yang baik. Sebagian penderita dapat sembuh dalam periode ini
dan selamat dari penyakit.
d. Fase
D: Terjadi agregasi (hari ke 9). Pada beberapa kasus terjadi penurunan kondisi
kesehatan yang drastis diikuti oleh gangguan respirasi; dapat terjadi gangguan
hemostasis berupa perdarahan pada kulit (petekia) serta gangguan
neuropsikiatrik seperti delirium, koma, gangguan kardiovaskular, dan syok
hipovolemik.
DAFTAR
PUSTAKA
Jahrling
PB, et al. Preliminary report. Isolation of Ebola virus from monfilovirus
keys imported to USA.Lancet,1990;335:502-505,
Murphy
FA, Kiley MP, Fisher-HochS. Filoviridae. Marburg and Ebola Viruses. In: Fields
BN, Knipe DM, et.al., ed. Virology,second edition. NewYork;RavenPress, 1990
Annisa
Riskianty, 2009.faktor-faktor yang mempengaruhi ebola, universitas indonesia.
0 Komentar